Jakarta (parade.id)- Pengamat, Muhammad Said Didu, seorang tokoh publik, menyerukan kepada seluruh elemen bangsa untuk bersatu menyelamatkan Indonesia dari apa yang ia sebut sebagai “titik tikungan tajam” di mana kebohongan ditempatkan sebagai pahlawan dan kebenaran dianggap pecundang. Didu secara blak-blakan menyebut fenomena ini sebagai pertarungan antara “malaikat-malaikat melawan iblis.”
Dalam pernyataannya, Didu memberikan penghormatan kepada sejumlah tokoh seperti Roy Suryo, Dr. Tifa, Dr. Rismon, Rizal Fadilah, Kurnia, dan Eggy Sudjana, yang ia sebut sebagai “pejuang tangguh” yang tak kenal lelah membela kebenaran. “Saya hanya penggembira di luar dan kita semua akan ada di belakang Bapak-bapak. Insyaallah Bapak jangan kendor satu senti pun,” ucapnya di Jakarta, Senin (14/7/2025).
Didu mengaitkan isu ijazah palsu dengan lima kebohongan besar yang, menurutnya, ingin disembunyikan oleh pihak-pihak tertentu, bukan hanya Joko Widodo. Kelima kebohongan tersebut adalah:
- Kebohongan Identitas Diri Joko Widodo. Didu meyakini ada hal mendasar tentang identitas Joko Widodo yang ditutupi, dan jika terbuka, akan mengungkap siapa sebenarnya yang membentuknya.
- Kepalsuan Putra yang Menjadi Wakil Presiden. Didu mengindikasikan adanya “kepalsuan” terkait putra Joko Widodo yang menjadi Wakil Presiden, dan jika terungkap, akan membuka seluruh “dinasti kepalsuan” ini.
- Kepalsuan Pemilu. Ia menuding adanya kebohongan dalam pelaksanaan pemilu yang telah terjadi.
- Kebohongan Korupsi Ribuan Triliun. Didu menuding adanya korupsi bernilai ribuan triliun rupiah selama rezim Joko Widodo, dan ia mengaitkannya dengan “kebohongan tukang-tukang survei” yang kini banyak menduduki posisi komisaris BUMN.
- Kebohongan Survei-Survei. Didu juga menuduh adanya kebohongan dalam survei-survei yang dilakukan selama ini.
“Jadi jangan heran bahwa musuh kita banyak sekali karena banyak sekali yang terancam. Penikmat kebohongan ini itu mulai dari istana sampai ke lurah,” tegasnya.
Menyikapi kondisi ini, Didu menyerukan tiga hal kepada seluruh elemen bangsa. Pertama ia meminta seluruh rakyat untuk turun membela kebenaran dan menggusur kebohongan yang ia sebut dilakukan oleh “satu keluarga dari Solo.” “Masa kita kalah itu komandan yang lain itu anak semua,” serunya.
Kedua, kepada aparat hukum Didu meminta untuk berhenti melindungi “raja bohong” dan kembali kepada hati nurani. Ia juga berharap ada dua atau tiga orang pelaku utama yang pernah terlibat dalam melindungi “raja bohong” untuk mengakui perbuatannya demi menyelamatkan bangsa.
Ketiga, kepada Presiden Prabowo, Didu meminta, jika tidak mampu memihak kebenaran, setidaknya untuk diam dan tidak melindungi pihak yang disebut “raja bohong.” Ia khawatir adanya “kode-kode dari Solo” yang membuat Presiden Prabowo menjadi “letoi.” Didu menegaskan bahwa rakyat akan mendukung Presiden Prabowo jika membela kebenaran, namun kesabaran rakyat ada batasnya jika “Raja Bohong” selalu diistimewakan.
“Kepada seluruh rakyat Indonesia bersatulah menggusur Raja Bohong ini untuk menyelamatkan negara. Mulai dari Sabang sampai Merauke turunlah. Jangan diam demi bangsamu,” pungkas Said Didu, mengakhiri pernyataannya dengan seruan untuk melawan karena “saatnya melawan” jika tidak ingin dihancurkan.***