Site icon Parade.id

Aksi Buruh Perempuan di Hari Perempuan Sedunia

Foto: Ketum KASBI Nining Elitos ketika orasi terkait buruh dan perempuan di silang Monas, Jakarta

Jakarta (PARADE.ID)- Kemarin, Senin, 9 Maret 2021 sebagian perempuan merayakan Hari Perempuan Sedunia. Tidak terkecuali para buruh perempuan di Indonesia.

Ketua Umum KASBI, Nining Elitos yang ikut hadir bersama ratusan buruh perempuan lain yang merayakannya mengatakan bahwa Hari Perempuan Sedunia ini adalah momentum untuk kaum hawa lebih kuat. Jangan pernah mundur dalam memperjuangkan hak-haknya.

Juga momentum agar perempuan jangan pernah takut, apa pun konsekuensi dari perjuangan—karena tidak akan pernah sia-sia, seperti wanita muda di Myanmar yang meregang nyawa ketika mendesikasikan hidupnya untuk rakyat (Myanmar) dari junta militer.

“Maka kita sebagai rakyat Indonesia, perempuan maupun laki-laki juga akan menghadapi hal yang sama,” sampainya tegas, sembari mengucapkan turut berduk atas kematian perempuan yang bernama Angel tersebut.

Nining mengatakan di Hari Perempuan Sedunia ini juga sinyal untuk memanggil perempuan di seluruh dunia untuk memperkuat solidaritas lawan penindasan, penyunatan kehidupan layak bagi warga negara—di mana kita tahu kesehatan reproduksi sosial di pundak perempuan.

“Tetapi praktiknya dari berbagai macam regulasi kebijakan yang pada akhirnya membuat perempuan tersistematis; ditindas, dihisap, termasuk salah satunya adalah budaya praktis, karena kapitalisme lah  yang paling besar menyumbang itu,” sesalnya.

Sementara itu selain Nining, perempuan yang mewakili para petani mengatakan bahwa di hari Perempuan Sedunia perjuangan kaum hawa ini tidak main-main. Ia mengajak agar kita senantiasa membela kebebasan perempuan.

Kebebasan manusia tidak boleh menindas siapa pun. Harusnya tidak boleh saling merugikan,” demikian orasinya.

Perempuan itu, menurut dia adalah bagian dari majunya peradaban di dunia. Perempuan juga adalah simbol perlawanan oligarki serta kapitalis penghisap keringat para buruh.

“Mari satukan kekuatan karena kapitalisme ada di mana-mana, termasuk di kampung-kampung. Satukan barisan untuk melawan kapitalisme,” ajaknya.

Kalau menurut Rahayu dari S-Pek Karawang, Jawa Barat, hari ini (Perempuan Sedunia) adalah hari di mana kaum hawa menjadi penerus bangsa yang jelas-jelas akan perjuangan buruh perempuan, persis ketika tahun 1900-an.

Orator lainnya, Lini malah di Hari Perempuan Sedunia ini menyinggung feminisme. Sebuah paham di mana perempuan menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki.

“Perjuangan feminisme bukanlah perjuangan untuk  mendapatkan posisi-posisi Pimpinan di korporasi yang menggerus kekayaan alam—perusakan lingkungan perjuanga feminisme bukanlah perjuangan menjadi Ketua partai politik atau bahkan bagian dari anggota legislatif,” kata dia berapi-api.

Menurut dia perjuangan feminis adalah perjuangan antikapitalis. Adalah perjuangan untuk 99 persen rakyat dari 1 persen kapitalis (pemodal).

“Rapatkan barisan. Kuatkan solidaritas untuk tidak memberikan kelompok yang 1 persen, yang terus menerus melakukan penghisapan,” ajaknya.

Aksi mereka yang dihadiri kurang lebih 500-an orang ini cukup dramatis. Selain diguyur hujan ketika longmarch, massa juga kerap diingatkan petugas kepolisian soal protokol kesehatan di masa pandemi, khususnya menjaga jarak.

Tidak sedikit orator yang komplain imbuan para petugas kepolisian, karena dianggap mengganggu mereka yang sedang berorasi. Menyampaikan pendapat. Mass klaim telah menerapkan protokol kesehatan.

Namun demikian, selaku jubir dari aksi massa kemarin, Nining coba meyakinkan ratusan orang tersebut bahwa perjuangan perempuan saat ini boleh jadi akan dinikmati generasi ke depan ataupun generasi-generasi yang akan datang.

(Rgs/PARADE.ID)

Exit mobile version