Jakarta (PARADE.ID)- Setelah kemarin, Ahad, sempat mendeklarasikan diri, Senin (11/4/2022), LIMAJAYA turun ke jalan, unjuk rasa di sekitar silang Monas. Presidium LIMAJAYA, Muksin Mahu yang juga jenderal lapangan menyampaikan beberapa hal terkait aksi yang dilaksanakan.
Pertama, Muksin menegaskan bahwa aksi hari ini adalah murni hanya mahasiswa yang “terdaftar” di LIMAJAYA. Tidak ada peserta massa lain, apalagi dugaan “penumpang gelap”, tidak.
Massa LIMAJAYA memegang betul apa yang disampaikan oleh pimpinan mereka.
“Hari ini, kami turun ke jalan tanpa ada ‘penumpang gelap’. Ini murni kami, yang tercantum dalam LIMAJAYA. Ini bentuk antisipasi kami agar aksi mahasiswa bersih dari kepentingan apa pun,” dalam orasinya, persis di depan IRTI.
Gambaran itu, menurut Muksin, adalah bentuk bahwa LIMAJAYA menolak segala bentuk provokasi dan pemecah belah.
LIMAJAYA membawa sedikitnya hampir ratusan mahasiswa, dari berbagai kampus dan atau organisasi. Tidak ada di luar itu.
“Mahasiswa jangan mau ditunggani oleh kelompok Ormas yang berupaya menyusup ke barisan mahasiswa, termasuk menolak pemberian makanan dan minuman dari kalangan ibu-ibu,” serunya, saat tepat sekelompok ibu-ibu sedang berupaya membagi-bagikan makanan dan minuman kepada peserta massa aksi yang sedang longmarch menuju Patung Kuda.
“Pertama, menolak eksistensi gerakan kemahasiswaan dalam pengaruh kelompok-kelompok yang sangat berkepentingan politik. Oleh karena itu, kami memisahkan diri dari kelompok BEM SI UNRI.”
Kedua, menyuarakan agar aksi yang dilakukan mahasiswa siang ini (red.) tetap bernuansa damai untuk menjaga marwah gerakan mahasiswa. Ketiga, mengimbau kepada rekan-rekan mahasiswa agar tidak terprovokasi terhadap isu-isu yang digaungkan oleh kelompok tertentu.
Untuk poin ketiga ini, LIMAJAYA sedari awal hingga akhir (berita ini dimuat) berjalan lancar dan damai.
Keempat, LIMAJAYA mengajak kepada seluruh elemen mahasiswa yang akan turun (tadi) dalam gerakan siang nanti agar mewaspadai “penumpang gelap” yang berpotensi memicu konflik.
Peringatan ini, kalau dilihat dan tidak mawas, terjadi di depan gedung DPR RI. Kisruh. Dan kabarnya karena ada oknum di luar mahasiswa sehingga terjadi kisruh. Sampai-sampai memakan korban seorang dosen UI, Ade Armando. Dan boleh jadi itu karena kelengahan dan ketidakwaspadaan penyelenggara aksi.
Kelima, LIMAJAYA menolak kenaikan harga BBM yang menyengsarakan rakyat. Dan keenam, menuntut agar Pemerintah segera menstabilkan kembali harga bahan pokok.
Ketujuh, mendesak pemerintah untuk menunda pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) selama ekonomi nasional belum stabil. Terakhir, menolak keras penundaan Pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan Presiden.
Tuntutan di atas dibacakan oleh Presidium lainnya, yaitu Farid, di depan Tugu Proklamasi, sebelum keberangkatan ke silang Monas.
“Banyaknya masalah bangsa ini, menyentuh nurani kami, mahasiswa-mahasiswa se-Jakarta Raya yang tergabung dalam LIMAJAYA. Kami terpanggil untuk kesekian kalinya tanpa lelah, kembali menjalankan tanggung jawab moral bangsa di pundak kami,” kata Farid.
(Verry/PARADE.ID)