Jakarta (parade.id)- Kemarin, Senin (12/9/2022), ratusan orang dari banyak organisasi masyarakat, yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pembela Rakyat (GNPR) melakukan aksi unjuk rasa terkait beberapa hal, salah satunya soal kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi. Secara umum, semua orator yang berorasi menolak kenaikan harga BBM subsidi.
Banyak tokoh dari Ormas Islam yang hadir. Seperti mantu Habib Rizieq Shihab, Habib Muhammad bin Husein Alatas, Mantan ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Ahmad Sobri Lubis, Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama Yusuf Martak, Sekretaris Majelis Syuro PA 212 Slamet Maarif, mantan Ketua Panitia Reuni Akbar Mujahid 212 Bernard Abdul Jabbar, dan lain-lain.
Mantu Habib Rizieq Shihab, Habib Muhammad bin Husein Alatas dalam orasinya menyebut bahwa kenaikan harga BBM telah menyebabkan rakyat sengsara. Sebab, semua harga barang juga ikut naik dan lagi-lagi masyarakat yang terkena imbasnya.
“Karena yang sengsara dengan kenaikan BBM adalah rakyat, betul? Harga bahan semua naik yang menjadi korban adalah rakyat betul?” orasinya.
Mantan ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Ahmad Sobri Lubis juga menolak kenaikan harga BBM subsidi, dengan alasan kebijakan itu zalim. Ia pun mengingatkan agar tidak meremehkan doa mereka yang merasa terzalimi atas adanya kebijakan tersebut.
“Ingat, doa orang yang terzalimi itu cepat terkabul, karena tanpa hijab (pembatas). Sehingga, jangan merasa bahwa doa kita tidak didengar Allah SWT,” orasinya.
Kemudian Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama Yusuf Martak membacakan sikap resmi GNPR atas kenaikan harga BBM. Kata dia, bahwa kenaikan harga BBM akan dapat semakin memberatkan ekonomi rakyat, mengingat rakyat baru saja dihadapkan dengan pandemi Covid-19.
“Terutama kenaikan BBM akan memicu naiknya harga barang-barang,” kata dia.
Subsidi yang dikatakan oleh pemerintah tidak tepat sasaran, yang kemudian menaikkan harga BBM kata dia mestinya diperbaiki. Bukan malah menaikkan harga BBM.
“Namun pada saat yang sama seperti membuka celah atas penyelewengan subsidi. Kenaikan ini untuk pencitraan politik,” tambahnya.
Selain itu, alasan subsidi BBM dituding menjadi beban APBN, kata dia, itu alasan yang mengada-ada. Malah cenderung menghina rakyat. Dan APBN jebol pun kata dia seperti kebohongan. Sebab, lanjut dia, dalam subsidi yang katanya Rp502 triliun, ternyata ada juga subsidi untuk PLN—memberi peluang ke pengusaha listrik swasta yang pro oligarki.
“Maka dengan GNPR tegas menolak kenaikan harga BBM. Kenaikan harga BBM subsidi adalah pengkhianatan konstitusi dan presiden mesti mundur dari jabatannya,” tandasnya.
Sementara orator lain berpendapt bahwa kenaikan harga BBM subsidi menandakan seperti negara sedang tidak baik-baik saja. Pasalnya, harga BBM naik di saat minyak mentah dunia sedang turun.
Tercatat Ormas yang tergabung dalam aksi GNPR adalah BangJapar, Gerakan Muslim Jakarta (GMJ), PA 212, Laskar Ampera, Keluarga Alumni UI (KA UI), Majelis Az-Zikra, Pengacara dan Jawara Bela Umat (PEJABAT), Aliansi Rakyat Menggugat (ARM), AP-KAMI, Pembela Tanah Air (PETA), Brigade Jawara Betawi 411, Komite Juang (KOM-JU), Gerakan Laskar Pro-08 (GL Pro-08), Barisan Kebangsaan Indonesia (BARKIN), Aliansi Perjuangan Islam (API), dan Syarikat Islam (SI).
(Rob/parade.id)