Site icon Parade.id

AS Bertekad Mencegah China dan Rusia Kuasai Ruang Angkasa

Jakarta – (PARADE.ID)- Amerika Serikat (AS) bertekad untuk mencegah China dan Rusia menguasai ruang angkasa. Bahkan, AS akan meminta bantuan sekutu.

Seperti dilansir AFP, Rabu (17/6/2020) keinginan AS itu tertuang dalam dokumen “Strategi Luar Angkasa Pertahanan” baru yang diluncurkan oleh Departemen Pertahanan AS atau Pentagon pada hari Rabu (17/6).

Dokumen strategi itu adalah yang pertama sejak Presiden AS Donald Trump mengumumkan pembentukan pasukan militer Ruang Angkasa baru pada bulan Desember 2019.

“China dan Rusia menghadirkan ancaman strategis terbesar karena pengembangan, pengujian, dan penyebaran kemampuan counterspace mereka,” bunyi dokumen tersebut.

“China dan Rusia masing-masing telah mempersenjatai diri di ruang angkasa sebagai cara untuk mengurangi efektivitas militer AS dan sekutu dan menantang kebebasan kita untuk beroperasi di luar angkasa,” lanjut dokumen itu.

Dokumen strategi Pentagon menekankan bahwa baik China dan Rusia memandang akses ke luar angkasa sebagai hal yang penting bagi strategi nasional dan militer.

Kedua negara, menurut dokumen itu, menganggap ruang angkasa penting untuk perang modern dan penggunaan senjata di luar angkasa sebagai cara signifikan untuk mengurangi efektivitas militer AS dan sekutunya dalam perang di masa depan.

Dokumen itu juga mengemukakan kemungkinan serangan nuklir di ruang angkasa. Meskipun tidak adanya atmosfer akan mencegah pembakaran, peledakan senjata nuklir akan menyebabkan muatan elektromagnetik yang kuat yang akan menghancurkan sirkuit listrik semua satelit di sekitarnya.

Sekutu intelijen terdekat Amerika Serikat, kelompok “Lima Mata” (Australia, Kanada, Selandia Baru, Inggris, dan AS), telah bekerja sama sejak 2014 dalam inisiatif Operasi Ruang Angkasa Terpadu. Prancis dan Jerman bergabung dengan mereka pada bulan Februari.

Strategi tersebut juga menekankan bahwa AS akan berusaha untuk mempertahankan keunggulannya dalam ruang angkasa, khususnya melindungi satelit GPS yang menjadi dasar militer serta layanan darurat, transportasi, dan bahkan layanan keuangan.

Stephen Kitay, asisten wakil menteri pertahanan untuk kebijakan luar angkasa, mengatakan China dan Rusia sedang mengembangkan alat untuk gangguan dan serangan cyber yang secara langsung mengancam satelit AS. Misalnya seperti senjata elektromagnetik dan rudal anti-satelit.

Menurut Pentagon, China menginvestasikan miliaran dolar di luar angkasa dan menempatkan banyak satelit di orbit. Pada 2007, Beijing juga berhasil menguji serangan rudal permukaan ke udara terhadap satelit.

Sedangkan pada 2017, Rusia meluncurkan satelit inspeksi ke orbit, yang mampu mendiagnosis masalah. Tetapi satelit itu belum bergerak sejak diluncurkan dan jaraknya sangat pendek dari satelit Amerika.

Rusia juga telah merencanakan uji peluncuran roket pengangkut berat akhir tahun ini dan terus maju dengan pengembangan rudal balistik antarbenua baru, Sarmat.

Pada tahun 2018, Presiden Vladimir Putin mengklaim bahwa Sarmat adalah salah satu senjata Rusia baru yang dapat membuat pertahanan NATO menjadi usang.

“Kita masih di depan mereka, tetapi kita benar-benar berisiko dengan langkah mereka mengembangkan kemampuan ini,” kata Kitay. “Dan ini adalah ancaman yang sangat serius,” tandasnya.

(DETIK/PARADE.ID)

Exit mobile version