Site icon Parade.id

Awal Munculnya Pertalite hingga Gerakan Hemat BBM

Foto: ilustrasi, dok. antaranews.com

Jakarta (PARADE.ID)- Mantan Anggota DPR RI, Aqsanul Qosasih membagikan cerita bagaimana awal Pertalite muncul hingga “mencetuskan” Gerakan Hemat BBM.

Ia bercerit, awalnya itu, pertalite ini didesign direksi lama untuk mengurangi konsumen premium. Premium dibatasi, pertalite digenjot.

“Dan skrg pertalite juga dibatasi.
Memaksa rakyat pindah ke pertamax. Yg pasti Pemerintah tlh berhasil turunkan subsidi BBM dr Rp.210 T mjd Rp.79 T, dalam 5 thn,” kata dia, belum lama ini, di akun Twitter-nya.

Artinya, kata dia, selama 5 tahun itu rakyat membantu Pertamina (Negara) Rp20 triliun per tahun. Dalam membantu itu, tidak ada (memunculkan) gaduh, karena menurutnya semua dilakukan demi membantu Negara.

Sebuah harmoni yang seharusnya. Tapi, pergeseran ke Pertamax menurut dia pasti suatu saat terjadi, dan pertamax akan bersaing dengan Shell, Total, Vivo, AKR. BBM adalah pasar bebas.

“Rakyat pasti siap bantu pertamina, tinggal Pertamina yg harus lebih effisien, kurangi beban. Krn persaingan BBM akan ketat, yg effisien yg menang. Rakyat akan rasional, jika harga Pertamax tak bisa bersaing, maka pasar akan memilih yg terbaik, walaupun sedikit lebih mahal,” jelasnya.

Maka, kata dia, jangan pernah membandingkan harga BBM kita deNgan Negara Asia Tenggara (Singapura, thailand, dll) karena mereka bukan penghasil minyak. Jadi wajar harga lebih mahal.

Di Asia tenggara Penghasil minyak setelah kita itu menurutnya adalah Brunei.

“Brp harga BBM RON 90 di Brunei? Rp 5.500/ltr, dg subsidi negara. Saat ini ada 74 KKKS (Kontrkator Kerjasama) yg mengebor Migas negeri kita, dg Lifting 700 ribu barrel/hari, 70% asing.”

“Jgn sampe mrk ambil minyak di kita, justru jual dg harga murah di negaranya. Mrk cadangkan utk kpentingan rakyatnya. Smtr kita tak punya kilang yg cukup,” ia mengingatkan.

Ia mengingatkan kembali, bahwa Presiden Jokowi selalu menekankan (mewajibkan) Pertamina agar segera membangun Kilang tetapi tak pernah terealisir.

Padahal Negara lain siap invest kilang, UEA, Oman, tak lanjut, berhenti ditahap MOU, entah karena mereka tak capable atau faktor lain. Indonesia terakhir bangun kilang 1994.

“Satu2nya cara adalah menghemat BBM (bukan hny dg nekan Subsidi). Tapi mengurangi pemakaian BBM. ‘Gerakan Hemat BBM’ ini harus kita mulai dr Pengelola Negara. Misal dg mengurangi rombongan iring2an kunjungan. (Walupun skrg masa pencitraan). Rakyat akan manut dan mengikuti..”

Kita ini, kata dia, takkan seperti Sri Langka, karena Indonesia memilki kekayaan alam yang luar biasa; Sawit, Nikel, kita nomor 1 di dunia. Batubara, timah, nomor 2 di dunia. Migas ada. Belum lagi kekayaan laut dan hutan kita.

“Kita jaga dg slogan pepatah dahsyat pendahulu: ‘Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh’.”

(Rob/PARADE.ID)

Exit mobile version