Site icon Parade.id

Bacaleg DPRD Partai Buruh: Kehadiran Said Iqbal Menemui Ganjar Tidak Mewakili Aspirasi Saya

Foto: Deputi Bidang Perempuan sekaligus Bacaleg DPRD DKI Dapil 2 Partai Buruh, Jumisih, di Istora Senayan, Senin (1/5/2023)/tangkapan layar

Jakarta (parade.id)- Bakal calon legislatif (Bacaleg) DPRD DKI Dapil 2 Partai Buruh (unsur Komite Politik KPBI), Jumisih menyatakan bahwa kehadiran Presiden Partai Buruh Said Iqbal bersama Presiden KSPSI AGN Andi Gani Nena Wea tidak mewakili aspirasinya.

“Saya baru mengetahui hal itu setelah berita beredar luas dan perbincangan yang ramai di grup. Bisa jadi ketidak-tahuan saya juga ketidak-tahuan kawan yang lain,” katanya, Selasa (2/5/2023), dalam keterangan tertulisnya kepada media.

“Bahwa dukungan Partai Buruh kepada Capres-Cawapres baru akan diputuskan dalam Konvensi Partai Buruh sekitar Juni/Juli tahun ini,” sambungnya.

Meskipun demikian, ia juga merasakan keresahan di kalangan kader Partai Buruh yang mengkhawatirkan jika dukungan Partai Buruh ke Ganjar. Hal ini kata Jumisih tak lepas dari track record Ganjar yang tidak baik-baik saja.

“Mengingat Ganjar adalah mengingat kasus Kendeng dan kasus Wadas, di mana Ganjar berkontribusi dan melegitimasi perampasan ruang hidup bagi warga (sebagian besar mereka perempuan dan ibu-ibu). Selain itu Ganjar menjadikan upah murah (UMP Jateng dan UMK di Kota/Kab di Jateng termasuk yang paling rendah di Indonesia) sebagai “daya saing kompetitif” untuk menarik investor menanamkan modalnya ke wilayah Jateng. Bayangkan Gubernur mempromosikan upah murah demi investasi?” ungkapnya.

“Sementera investor yang datang seperti di Kendeng, Wadas dll justru merusak lingkungan, menggusur kehidupan desa, dan tidak menambah lapangan kerja, justru menghancurkan lapangan kerja,” sambungnya.

Ganjar adalah juga menurutnya Capres yang diusung oleh Partai Politik yang mengesahkan UU Cipta Kerja. Sebagaimana kita tahu, bahwa UU Cipta Kerja adalah bentuk legalisasi perampasan hak hidup bagi manusia dan alam.

“Oleh karena itu, bagi saya posisi Ganjar sebagai personal capres yang diusung oleh PDIP yang mengesahkan UU Cipta Kerja adalah hal yang tak terpisah. Mendukung capresnya tanpa mendukung partainya adalah ‘pembenaran’ untuk tidak sekedar dikatakan salah,” katanya.

Mendukung Ganjar atau Capres-Cawapres oligarki menurut dia justru akan menghancurkan harapan rakyat pekerja pada partai buruh, sebagai partai politik yang diharapkan siap membela kepentingan luas rakyat pekerja melawan cengkraman, dominasi, hegemoni dan keserakahan oligarki.

Namun hal ini perlu ada catatan bahwa posisi ini berlaku untuk semua Capres-Cawapres, selama mereka adalah capres cawapres pendukung, pengesah UU Cipta Kerja dan kebijakan anti rakyat lainnya, mereka tidak layak kita dukung.

Kendati begitu, ia tak menampik bahwa dukungan pada Ganjar di internal Partai Buruh secara terbuka memang ada, terutama dari unsur-unsur KSPSI Andi Gani, sekalipun penetapan Capres-Cawapres Partai Buruh harus melalui konvensi dan presidium Partai, yang dalam prosesnya melibatan panel akademisi dan partisipasi luas konstituen Partai Buruh dalam jejak pendapat. Dan ini belum berjalan.

“Oleh karena itu saya menyerukan pada pimpinan-pimpinam Exco Pusat Partai Buruh untuk segera menetapkan dalam bentuk surat keputusan, tahap-tahap konvensi pencapresan Partai Buruh. Sebagaimana KSPSI Andi Gani yang sudah terbuka meng-endorse (bahkan sudah akan menyiapkan posko-posko relawan) bagi Ganjar Pranowo, maka kepada unsur-unsur lain di dalam Partai Buruh juga untuk menyatakan secara terbuka siapa Capres-Cawares yang hendak diusung dan dimenangkan dalam konvensi + presidium Partai Buruh,” kata dia.

Penentuan Capres-Cawapres Partai Buruh menurutnya sangat penting bagi perjalanan Partai, demi keberpihakan kita pada klas pekerja. Jadi kata dia jangan diam, jangan pasif.

“Bersuaralah yang lantang dan aktif terlibat. Upaya memunculkan capres dan cawapres Alternatif selaras dengan upaya partai untuk menggugat Judicial Review presidential Threshold 20 persen menjadi 0 persen sehingga betul-betul muncul peluang lahirnya Capres-Cawapres dari gerakan Rakyat.”

Kekuatan buruh adalah kekuatan utama di negeri ini. Kekuatan buruh yang sadar dan terorganisir adalah kunci untuk menghidupkan partisipasi rakyat secara luas dalam setiap pengambilan keputusan yang demokratis. Kebanggan saya berpartai, tentu tak lepas dari cita-cita besar bahwa suatu saat akan lahir pemimpin bangsa yang lahir dari kaum buruh, bukan dari kelompok oligarki.

“Oleh karena itu, saya menyerukan kepada seluruh kader Partai Buruh untuk berani menyampaikan sikap kritis, membangun opini yang rasional dan ilmiah untuk kemajuan Partai Buruh, karena Partai Buruh adalah partai kelas pekerja,” serunya.

(Rob/parade.id)

Exit mobile version