Makassar (PARADE.ID)- Ketua Umum Brigade Muslim Indonesia (BMI), Muhammad Zulkifli merasa bersyukur atas gagalnya petisi yang akan dibuat oleh Petisi Rakyat Papua (PRP) soal penolakannya terhadap Otsus, DOB—pernyataan referendum dan pengibara bendera bintang kejora di Monumen Mandala Makassar.
“Alhamdulillah. Saya bersyukur kepada Allah SWT karena rencana mereka (PRP) gagal total,” kata Zul dalam keterangannya, kepada parade.id, Jumat (10/6/2022),
Perlu diketahui, bahwa BMI sebelumnya sempat melakukan aksi penolakan atas (aksi) PRP terhadap petisi yang dibuat sempat. Kedua massa aksi bertemu. Ketika bertemu, kedua massa tampak terlibat bentrok.
Namum bagi Zul, apa yang dialami oleh anggota BMI, termasuk dirinya yang menjadi korban bentrokan, adalah luka kecil. Luka yang didapatnya ini, kata dia, bentuk penghormatan atas pengorbanan leluhur yang telah mempersembahkan Irian Barat kepada NKRI.
“Jika dahulu leluhur kami mengorbankan harta dan nyawa demi membebaskan Irian Barat, maka apa yang kami alami ini adalah kecil,” kata dia.
“Maka itu, silakan kritik pemerintah. Tapi, tetaplah mencintai negeri ini,” sambungnya.
Adapun soal kronologi mengapa terjadi bentrokan antara massa BMI dengan massa PRP, Zul menjelaskan bahwa peristiwa itu diawali dengan viralnya provokasi jubir kelompok Petisi Rakyat Papua, Jeffry Wenda. Dia menyebut Jeffry menyerukan kelompok mahasiswa Papua di Makassar untuk menduduki monumen Mandala.
Monumen itu merupakan simbol perjuangan para pahlawan dalam membebaskan Irian Barat.
Zulkifli menekankan pihaknya sudah mengingatkan agar mahasiswa Papua usah menggelar aksi yang arahnya juga mendukung gerakan Papua Merdeka.
“Kami tidak bisa menerima jika simbol sakral itu dinodai oleh aksi yang mendukung gerakan Papua merdeka. Kami sudah ingatkan tetapi mereka terus bersikukuh untuk melakukan long march dari asrama Papua ke monumen Mandala,” kata Zul, kemarin.
Pun, dia menegaskan, pihaknya juga tidak ada sama sekali rencana melakukan penyerangan ke asrama mahasiswa Papua. Kata dia, pihaknya malah sepakat tidak turun ke lapangan jika mahasiswa Papua hanya sekadar melakukan aktivitas di dalam asrama.
Namun, yang terjadi di lapangan faktanya berbeda. Mahasiswa Papua tetap turun ke jalan untuk lakukan long march. Selain itu, mahasiswa Papua juga menyerukan kemerdekaan Papua sambil kibarkan bendera Kejora.
“Dalam rangka menduduki monumen Mandala dan menyuarakan Papua merdeka serta mengibarkan bendera bintang kejora. Kondisi ini yang tidak bisa kami terima dan menyebabkan ormas menghalau mereka di jalan dan terjadi benturan,” ujar Zul.
Bentrokan kemudian pecah di depan Asrama Mahasiswa Papua, Jalan Lanto Dg Pasewang, Kota Makassar, Rabu petang kemarin. Akibat bentrokan itu, Zulkifli bersama sejumlah anggotanya terluka. Mereka terluka karena lemparan batu dari mahasiswa Papua. Zulkifli dan sejumlah rekannya sempat dapat perawatan di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.
Zulkifli menduga mahasiswa Papua sudah persiapkan batu dan peralatan lainnya untuk mengantisipasi bentrokan. Tapi, dia bilang pihaknya tak akan gentar untuk terus menghalau upaya mahasiswa Papua meneriakkan rencana kemerdekaan Papua di Makassar.
“Kami sudah ingatkan jika alasan kebebasan berpendapat mereka gunakan untuk mendukung gerakan teroris Papua, maka dengan alasan kebebasan serta hak bela negara yang diatur Undang-Undang akan kami jadikan dasar menghalau mereka,” tuturnya.
(Verry/PARADE.ID)