Banjarnegara (parade.id)- Penjabat (Pj) Bupati Banjarngara Tri Harso Widirahmanto mempertemukan penolak Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dengan pihak PT Geo Dipa Energi, kemarin, Senin (24/10/2022), di Balai Desa Karangtengah, Batur (Dieng). Penolak berasal dari dua desa, yaitu Desa Karangtengah dan dari Desa Bakal.
Pertemuan yang diharapkan berjalan lancar, kenyataannya tidak demikian. Pertemuan berakhir ricuh.
“Tercatat ada sekitar 5 warga desa penolak PLTP mendapatkan tindakan kekerasan berupa pemukulan, tendangan dan dilempari kursi oleh para pekerja PT Geo Dipa Energi,” demikian rilis yang didapat parade.id, yang telah dikonfirmasi ke Dera dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Tengah.
“Hadir pula Polsek Batur, Koramil Batur, dan Pemerintah Desa Karangtengah. Namun setelah acara tersebut dibuka, tiba-tiba terjadi pengusiran yang dilakukan oleh pekerja geodipa disertai kekerasan kepada Warga Desa Bakal,” masih bunyi rilis.
Alasan dari tindakan tersebut yakni karena warga Desa Bakal tidak diperkenankan hadir pada pertemuan tersebut.
“Namun karena Warga Bakal ingin menyampaikan segala penolakan terkait dengan pembangunan PLTP, sebab di Desa Bakal juga menjadi wilayah terdampak dari keberadaan PLTP Dieng, sehingga warga Desa Bakal mempunyai hak untuk menyuarakan penolakan tersebut.”
Menurut Dafiq pemuda Desa Bakal mengatakan, terkait hal tersebut bahwa menurutnya warga Desa Bakal berhak untuk mengikuti pertemuan dengan pihak PT. Geodipa, karena Desa Bakal juga terkena dampak dari adanya PLTP.
“Kemudian, Dafiq terkena pukulan serta pengeroyokan dari pekerja Geodipa dan oknum dari luar yang tidak dikenali identitasnya.”
Selain itu, Amar Warga Desa Karangtengah menceritakan bahwa pada awalnya pertemuan tersebut berjalan normal tetapi saat warga memasang poster penolakan dan warga Desa Bakal datang, tiba-tiba ada sekelompok orang langsung menyerang warga Desa Bakal.
Akibat tidakan tersebut, lima warga Desa Bakal yang menolak PLTP Dieng 2 mengalami luka-luka, antara lain: (1) Dafiqul Fariq (keroyok, tonjok mata kanan, diinjak-injak); (2) Agesa Ijlal Setyawan (Ditonjok, lebam mata kiri); (3) Slamet Noviyanto (Tonjok mata kiri, mulut sampai gigi patah); (4) Ahmad Ngafif (Tonjok bagian dada) (5) Ahmad Arin (Kena lemparan kursi, dahi kanan lebam setelah dipukul orang, dahi mengelupas).
“Akhirnya, pertemuan antara warga dengan PT.Geodipa dibatalkan oleh Pj. Bupati Banjarnegara. Tetapi, Pj. Bupati Banjarnegara, lalu PT. Geodipa, dan Pekerja Geodipa tetap mengadakan pertemuan secara tertutup di dalam Balai Desa Karangtengah.”
Sementara itu, beberapa warga yang terkena pukulan sedang menjalani visum di Puskesmas Batur. Hasil pemeriksaan visum akan diberitahukan besok pagi (hari ini, red).
“Lebih lanjut, hasil visum akan digunakan sebagai bahan pelaporan ke Polsek Batur.”
Perkembangan terkini
Pasca kericuhan, menurut Dera, warga menunggu di sana sampai jam 7 malam. Kemudian ada perwakilan dari warga dan pihak Geodipa yang dipanggil untuk menemui pertemuan tertutup itu.
Namun, kata Dera, pertemuan tertutup itu tidak membahas kericuhan, melainkan membahas tindak lanjut pertemuan sebelumnya yang akan dilaksanakan.
Sebab sebenarnya pertemuan itu akan membahas Geodipa yang akan mengambil material, yang sebelumnya digunakan untuk membangun PLTP (Dieng 2), di lokasi yang dipersoalkan warga. Akhirnya pertemuan membahas itu.
“Di akhir kesepakatan itu, mendapat keputusan kalau Geodipa tidak akan membangun di lokasi tersebut dan hanya akan mengambil material-material yang sebelumnya sudah disiapkan di sana. Itu kesepakatan akhir,” kata Dera, kepada parade.id.
Warga juga sepakat dengan itu kalau materialnya diambil. Tapi warga kata Dera juga masih wanti-wanti, karena walau Dieng 2 tidak dibangun di lokasi yang dimaksud—ada kemungkinan akan dibangun di lokasi-lokasi yang masih sama (Dieng 2) itu.
“Warga intinya masih mengantisipasi dampak, sehingga perjuangan warga masih tetap berlanjut,” kata dia.
Perlu diketahui, bahwa warga Desa dari Karangtengah dan warga Desa Bakal Banjarnegara, Jawa Tengah menolak Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Dieng Unit 2, karena pembangunan (PLTP) dekat dengan pemukiman warga sehingga khawatir terkena dampak.
Selain itu, penolakan terjadi karena warga trauma dengan ledakan sumur PLTP yang pernah terjadi pada 2016. Warga juga mengaku ada ancaman hilangnya mata air yang menghidupi mereka selama ini karena airnya digunakan untuk operasional PLTP.
(Rob/parade.id)