Profil Arsip - Parade.id https://parade.id/category/profil/ Bersama Kita Satu Thu, 12 Aug 2021 12:50:14 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.2 https://parade.id/wp-content/uploads/2020/06/cropped-icon_parade-32x32.jpeg Profil Arsip - Parade.id https://parade.id/category/profil/ 32 32 Profil Atlet Paralimpiade: Sapto Yogo, Atlet Lari Pengoleksi Medali https://parade.id/profil-atlet-paralimpiade-sapto-yogo-atlet-lari-pengoleksi-medali/ https://parade.id/profil-atlet-paralimpiade-sapto-yogo-atlet-lari-pengoleksi-medali/#respond Thu, 12 Aug 2021 12:50:14 +0000 https://parade.id/?p=14380 Jakarta (PARADE.ID)- Keterbatasan fisik tak menjadi penghalang bagi seseorang untuk meraih prestasi, setidaknya itu yang telah dibuktikan oleh Sapto Yogo Purnomo. Sapto adalah salah satu atlet difabel yang mengidap cerebral palsy, sebuah gangguan pada gerakan, otot, atau postur tubuh. Kondisi tersebut membuat atlet asal Banyumas, Jawa Tengah itu memiliki kelemahan di tangan dan kaki sebelah […]

Artikel Profil Atlet Paralimpiade: Sapto Yogo, Atlet Lari Pengoleksi Medali pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (PARADE.ID)- Keterbatasan fisik tak menjadi penghalang bagi seseorang untuk meraih prestasi, setidaknya itu yang telah dibuktikan oleh Sapto Yogo Purnomo.

Sapto adalah salah satu atlet difabel yang mengidap cerebral palsy, sebuah gangguan pada gerakan, otot, atau postur tubuh.

Kondisi tersebut membuat atlet asal Banyumas, Jawa Tengah itu memiliki kelemahan di tangan dan kaki sebelah kanan yang membuat gerakan tangan kanannya terlihat kaku dan tak seluwes orang pada umumnya.

Namun, pria 23 tahun itu juga tak pernah memilih dilahirkan dan tumbuh di tengah kondisi keterbatasan yang sempat membuatnya diolok-olok kawan sebayanya semasa kecil.

Sempat hampir tenggelam dengan cibiran kawan sebayanya, Sapto kemudian bangkit untuk membuktikan bahwa dirinya tak sepatutnya diremehkan, apalagi diolok-olok.

Pertama kali Sapto berlatih sprint pada usia 16 tahun, ketika masih duduk di kelas 1 sekolah menengah kejuruan (SMK) yang ditekuninya dan kemudian membawanya ke jenjang pelatnas.

Justru dengan keterbatasan yang dimilikinya, Sapto mampu membuktikan kemampuannya yang menonjol, yakni di bidang olahraga yang membuatnya menangguk prestasi.

Prestasi demi prestasi itu pula yang kemudian membuat para pengoloknya semasa kecil tersadar bahwa keterbatasan fisik tak menghalangi seseorang meraih prestasi.

Bergelut di cabang para-atletik, sosok kelahiran 17 September 1998 itu terus melejit dengan sederet prestasi di berbagai kejuaraan, baik nasional maupun internasional.

Pada ajang Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2016 di Bandung, Sapto langsung meraup lima medali emas untuk lima nomor yang diikutinya.

Kelima nomor tersebut, yakni lari 100 meter, lari 200 meter, lari estafet 4×100 meter, lari estafet 4×400 meter, dan lompat jauh.

Di kompetisi atletik ASEAN Para Games 2017 yang berlangsung di Malaysia, Sapto pun berhasil menggondol dua medali emas dari nomor lari 100 meter dan 200 meter, serta perak dari lompat jauh.

Setahun berselang, Sapto kembali memboyong sekaligus dua medali emas pada Asian Para Games 2018, yakni pada nomor lari 100 meter T37 putra dan lari 200 meter T37 putra.

Tak hanya itu, Sapto juga telah membuktikan prestasinya di ajang Asian Youth Para Games 2017 Dubai dengan merebut dua medali perak dan satu emas pada World Para Atletik di China 2018.

Benar-benar prestasi yang mengagumkan. Bahkan, belum tentu orang-orang dengan kondisi fisik yang jauh lebih sempurna bisa seperti Sapto yang telah mengharumkan nama bangsa.

Kini, Sapto harus kembali membuktikan kemampuannya dalam ajang yang tak kalah bergengsi, yakni Paralimpiade Tokyo yang akan berlangsung 24 Agustus hingga 5 September 2021 di Jepang.

Bersama 22 atlet lainnya, Sapto bakal mewakili Merah Putih pada pesta olahraga atlet disabilitas empat tahunan tersebut.

Dengan keterbatasannya, ditambah kungkungan pandemi COVID-19 yang belum sepenuhnya mereda, Sapto dkk tetap bersemangat berjuang untuk mengharumkan nama bangsa.

Keterbatasan tak boleh membatasi diri, pandemi yang telah membatasi berbagai ruang gerak pun tak boleh memupus optimisme untuk meraih prestasi.

Biodata singkat:

Nama: Sapto Yogo Purnomo
Tanggal lahir: 17 September 1998
Cabang: para-atletik

Prestasi:

– Peparnas Bandung 2016 (5 emas)
– ASEAN Para Games Malaysia 2017 (2 emas dan 1 perak)
– Asian Youth Para Games 2017 Dubai (2 perak)
– World Para Atletik di China 2018 (1emas)
– Asian Para Games 2018 (2 emas)

*Sumber: antaranews.com

Artikel Profil Atlet Paralimpiade: Sapto Yogo, Atlet Lari Pengoleksi Medali pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/profil-atlet-paralimpiade-sapto-yogo-atlet-lari-pengoleksi-medali/feed/ 0
Mengenal Lebih Dekat Panglima Kodam XIV/ Hasanuddin Andi Sumangerukka https://parade.id/mengenal-lebih-dekat-panglima-kodam-xiv-hasanuddin-andi-sumangerukka/ https://parade.id/mengenal-lebih-dekat-panglima-kodam-xiv-hasanuddin-andi-sumangerukka/#respond Wed, 31 Mar 2021 15:28:31 +0000 https://parade.id/?p=11711 Kendari (PARADE.ID)- Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) selalu identik dengan sosok yang disegani, dan terkadang juga ditakuti. Meski berasal dari rakyat dan berjuang untuk rakyat, tak sedikit rakyat yang lantas merasa segan untuk berinteraksi. Akan tetapi, berbeda dengan sosok Panglima Kodam XIV/ Hasanuddin Mayor Jenderal TNI Andi Sumangerukka, SE, MM. Kalau dilihat dari namanya, Andi […]

Artikel Mengenal Lebih Dekat Panglima Kodam XIV/ Hasanuddin Andi Sumangerukka pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Kendari (PARADE.ID)- Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) selalu identik dengan sosok yang disegani, dan terkadang juga ditakuti. Meski berasal dari rakyat dan berjuang untuk rakyat, tak sedikit rakyat yang lantas merasa segan untuk berinteraksi.

Akan tetapi, berbeda dengan sosok Panglima Kodam XIV/ Hasanuddin Mayor Jenderal TNI Andi Sumangerukka, SE, MM. Kalau dilihat dari namanya, Andi Sumangerukka merupakan seorang bangsawan Suku Bugis, Sulawesi Selatan. Meski tergolong bangsawan, justru tidak menjadi halangan dirinya untuk selalu dekat dengan rakyat.

Dalam hidupnya, Jenderal bintang dua ini memiliki prinsip. Apalagi setelah menjadi seorang anggota TNI. Persoalan rakyat sudah menjadi prioritas utama, sehingga Andi Sumangerukka selalu terpanggil untuk turut andil membangun ibu pertiwi.

Andi Sumangerukka, lahir 11 Maret 1963 di Makassar, Sulawesi Selatan. Dia merupakan anak dari pasangan Mayor (Purn.) TNI H. Syam Daud dan Hajjah Andi Azizah. Andi Sumangerukka sejak lahir memang sudah mengalir darah TNI. Meski lahir dari kalangan elit, namun Ia tak segan untuk terjun langsung berhadapan dengan publik.

Dekat dengan rakyat membuat ia semakin mengutamakan kepentingan banyak orang. Misalnya, saat masyarakat di Sulawesi Barat yang beberapa waktu lalu mengalami musibah gempa bumi. Ia tak mau hanya duduk berdiam diri di balik kursi empuknya sembari menunggu laporan, tetapi justru terjun langsung dan menjadi garda terdepan untuk meringankan masalah para korban bencana.

Mulai dari membantu evakuasi para korban, pendirian posko darurat hingga pembagian sembako bagi masyarakat. Itu semua dilakukannya. Tidak hanya itu, di tengah pandemi virus COVID-19 “menyerang” negara ini, ia pun lagi-lagi tak mau ketinggalan untuk turun langsung membantu.

Sebagai perwira tertinggi di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat, Ia menjadi garda terdepan memimpin para prajuritnya guna membantu pemerintah memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19.

Di kalangan orang terdekatnya, Andi Sumangerukka memiliki panggilan akrab. Puang atau Jenderal Kota Lama sapaan akrab bagi orang-orang terdekatnya. Dengan jiwa sosial yang tinggi, ia kemudian membentuk organisasi sosial yang bernama Aku Sahabat Rakyat (ASR), yang pada akhirnya ASR tersebut menjadi Motto Prajurit TNI, khususnya wilayah Kodam XIV/ Hasanuddin.

“ASR ini dibentuk untuk kepentingan rakyat. Tujuannya, agar Prajurit TNI dapat terjun langsung mendengar, menyerap aspirasi rakyat dan menuntaskannya,” kata Andi Sumangerukka saat berkunjung di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara beberapa waktu lalu.

Karena selalu terlibat dalam urusan sosial, ASR saat ini rupanya cepat mendapat respon positif. Terbukti dalam beberapa bulan ASR terus meluas, sejumlah komunitas khususnya pemuda milenial, dengan suka rela membentuk Komunitas ASR, Relawan ASR yang totalnya kini mencapai ribuan orang yang tersebar di Sulawesi Tenggara, khususnya.

Pria ini lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1987. Saat menjalani pendidikan militer, ia mengambil kualifikasi kecabangan artileri pertahanan udara. Meski menjadi pimpinan di tiga provinsi, dalam setiap kunjungan kerjanya sebagai Panglima Kodam XIV/ Hasanuddin, ia selalu terlihat sederhana dan tidak ingin disambut meriah.

Cerita Unik ketika Berkunjung ke Baubau

Ada cerita unik saat dalam kunjungan kerjanya sebagai Pangdam XIV/Hasanuddin di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara beberapa waktu silam. Ketika itu, sejam sebelum kedatangannya, sejumlah Prajurit TNI dan pejabat pemerintahan serta para kerabatnya terlihat beriringan menggunakan mobil yang dikawal Patroli Polisi Militer menuju Lokasi pendaratan Helikopter yang ditumpanginya.

Melihat penjemputan yang terlalu “berlebihan” dari udara, Andi Sumangerukka lantas meminta pilot untuk melakukan pendaratan di tempat berbeda yang cukup jauh dari lokasi yang sudah ditentukan. Padahal, semua rombongan sudah berkumpul dan siap menyambutnya. Setelah menunggu hampir sejam, helikopter tak kunjung mendarat, rombongan yang menjemput panik, entah apa yang terjadi sehingga helikopter tiba-tiba menghilang.

Tiba-tiba, telepom genggam salah satu penjemput berdering, ternyata panggilan telpon dari ajudan Andi Sumangerukka. Setelah berbincang, ternyata ajudan Andi Sumangerukka memberitahukan bahwa Jenderal sudah mendarat dengan selamat dan tengah menikmati hidangan makan siang di Metro Resto, salah satu restoran di Kota Baubau. Mendengar kabar itu, seluruh rombongan kemudian menuju Metro Resto.

Alhasil, rundown acara yang sudah di siapkan pun “berantakan”, acara pengalungan bunga, tari-tarian dan lain-lain sebagai bentuk penghormatan bagi para pejabat batal. Setelah semua rombongan tiba di Metro Resto, dari kejauhan Andi Sumangerukka tertawa terbahak melihat kepanikan penjemput sembari menyantap hidangan khas Sulawesi Tenggara di meja makan.

Hal-hal seperti ini terkadang yang membuat Andi Sumangerukka sangat dikagumi. Baik oleh rakyat maupun para prajuritnya. Bintang dua yang melekat dipundaknya tidak membuat dirinya jumawa, bahkan dia mampu dekat dengan bawahannya tanpa memandang pangkat dan jabatan.

Terbukti, saat dilangsungkannya pertemuan dengan seluruh Babinsa se-Kepulauan Buton di salah satu Aula di Kota Baubau. Sang jenderal terlihat begitu sederhana, bahkan saat menjawab pertanyaan-pertanyaan para prajurit TNI yang hadir dengan suasana penuh keakraban, hingga tak sedikit dari para prajurit TNI juga sempat berkeluh kesah tentang kehidupan sehari-hari mereka.

Berikut riwayat Mayor Jenderal TNI Andi Sumangerukka, SE. MM.:

Keluarga

– Mayor (Purn.) TNI H. Syam Daud (Ayah)

– Hajjah Andi Azizah (Ibu)

– Arinta Andi Sumangerukka (Istri)

Pendidikan

– SD Teladan Kendari

– SMP 1 Makassar

– SMA 3 Makassar 1983

– AKMIL 1984-1987

Karir dan Jabatan Militer

– Danyon Arhanud (2003)

– Asintel Kodam I/Bukit Barisan (2012)

– Danrem 143/Haluoleo (2012—2013)

– Irdam Kodam V/Brawijaya (2013—2015)

– Kabinda Sulawesi Tenggara BIN (2015—2019)

– Sahli Bid. Ideologi dan Politik BIN (2019)

– Pangdam XIV/Hasanuddin (2020—Sekarang)

(Irf/PARADE.ID)

Artikel Mengenal Lebih Dekat Panglima Kodam XIV/ Hasanuddin Andi Sumangerukka pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/mengenal-lebih-dekat-panglima-kodam-xiv-hasanuddin-andi-sumangerukka/feed/ 0
LDK MUI Gelar Rapat Kerja I di Pesantren Nuu Waar https://parade.id/ldk-mui-gelar-rapat-kerja-i-di-pesantren-nuu-waar/ https://parade.id/ldk-mui-gelar-rapat-kerja-i-di-pesantren-nuu-waar/#respond Sun, 14 Feb 2021 03:52:59 +0000 https://parade.id/?p=10746 Bekasi (PARADE.ID)- Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar rapat kerja I  di Pondok Pesantren Nuu Waar Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN), Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, kemarin, Sabtu (13/2/2021). Menurut Ketua Panitia Ustaz Epen Supendi, pengurus LDK MUI periode 2020-2025 berjumlah 51 orang. Lebih dari setengah pengurus mengikuti rapat kerja yang bertema “Merekatkan […]

Artikel LDK MUI Gelar Rapat Kerja I di Pesantren Nuu Waar pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Bekasi (PARADE.ID)- Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar rapat kerja I  di Pondok Pesantren Nuu Waar Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN), Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, kemarin, Sabtu (13/2/2021).

Menurut Ketua Panitia Ustaz Epen Supendi, pengurus LDK MUI periode 2020-2025 berjumlah 51 orang. Lebih dari setengah pengurus mengikuti rapat kerja yang bertema “Merekatkan Ukhuwah, Menjaga Aqidah” ini.

Meski digelar secara luring, jelas Epen, raker tetap menerapkan protokol kesehatan.

“LDK MUI ini lembaga pertama di lingkungan MUI (periode 2020-2025) yang menggelar raker secara luring. Tentu dengan protokol kesehatan,” ujar Ustaz Epen dalam sambutannya.

Ketua LDK MUI Ustaz Abu Deedat Syihabuddin mengatakan, periode 2020-2025 ada 17 program LDK MUI yang sudah ditetapkan pada Munas X MUI, November 2020 silam.

“Program kerja LDK MUI 2020-2025 sudah ditetapkan pada Munas MUI. Forum raker mensosialisasikannya kepada pengurus,” jelas Ustaz Abu Deedat.

Menurut Ustaz Abu Deedat, pada Munas X MUI 2020 ditetapkan pula perubahan nama. Dari sebelumnya KDK MUI (Komite Dakwah Khusus Majelis Ulama Indonesia) menjadi LDK MUI.

“Pada prinsip pokoknya tidak berubah. Tugas, misi visinya sama. Hanya nama saya yang diubah. Untuk lebih mengokohkan, agar lembaga ini tugasnya lebih serius dalam menjaga dan mengawal umat dari berbagai bentuk penyimpangan,” ungkap Ustaz Abu Deedat.

Dikatakan Ustaz Abu Deedat, LDK MUI memiliki tugas khusus. Yakni menjaga umat dari penyimpangan, penyesatan, dan pemurtadan akidah. Sejarah berdiri LDK MUI berawal pada 2004.

Saat terjadi tsunami, ada 300 anak-anak Aceh yang dibawa kabur oleh relawan dari Amerika Serikat.

“KDK (kini LDK) berdiri karena ada kasus, dulu anak-anak Aceh pada 2004 ketika terjadi tsunami dibawa oleh relawan dari Amerika. Ada 300 anak-anak yang dibawa. MUI yang punya tugas mengawal akidah umat, himayatul ummah, himayatuddin (menjaga agama), himayatud daulah ( menjaga negara) merespon kasus ini dengan mendirikan KDK,” jelas Ustaz Abu Deedat.

Sementara itu, Ketua Komisi Dakwah MUI KH Cholil Nafis turut hadir pada raker I LDK MUI. Pada kesempatan ini, ia menyampaikan harapan kepada pengurus LDK MUI.

Kiai Cholil berharap pengurus LDK MUI terus berkomitmen menjaga akidah umat.

“Menjadi himayatuddin, jangan sampai umat kita ada yang murtad,” ujar Kiai Cholil.

Kemudian, lanjut Kiai Cholil, hendaknya pengurus LDK MUI terus menjalin komunikasi dan silaturrahim dengan para mualaf.

“Yang kedua, bagi saudara kita yang sudah sadar tanpa dipaksa masuk Islam (mualaf), hendaklah mereka dibina dan dilakukan pemberdayaan,” kata Kiai Cholil.

(Rgs/PARADE.ID)

Artikel LDK MUI Gelar Rapat Kerja I di Pesantren Nuu Waar pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/ldk-mui-gelar-rapat-kerja-i-di-pesantren-nuu-waar/feed/ 0
AR. Fakhruddin: Dai Jenaka dari Muhammadiyah https://parade.id/ar-fakhruddin-dai-jenaka-dari-muhammadiyah/ https://parade.id/ar-fakhruddin-dai-jenaka-dari-muhammadiyah/#respond Thu, 09 Jul 2020 03:52:39 +0000 https://parade.id/?p=3179 Jakarta (PARADE.ID)- NAMA lengkap beliau adalah Abdul Rozzaq Fakhruddin atau biasa dikenal dengan Pak A.R. Lahir di Yogyakarta pada 14 Februari 1916 dan meninggal pada 17 Maret 1995. Jenjang pendidikan beliau di tempuh di SD. Muhammadiyah (1928), Sekolah Guru Muhamamdiyah (1934), Madrasah Muballighin ke-3 Muhammadiyah (1934) juga pernah mengaji di pondok dan langsung ke para […]

Artikel AR. Fakhruddin: Dai Jenaka dari Muhammadiyah pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (PARADE.ID)-

NAMA lengkap beliau adalah Abdul Rozzaq Fakhruddin atau biasa dikenal dengan Pak A.R. Lahir di Yogyakarta pada 14 Februari 1916 dan meninggal pada 17 Maret 1995. Jenjang pendidikan beliau di tempuh di SD. Muhammadiyah (1928), Sekolah Guru Muhamamdiyah (1934), Madrasah Muballighin ke-3 Muhammadiyah (1934) juga pernah mengaji di pondok dan langsung ke para kiai.

Di antara jabatan dan profesi yang pernah beliau geluti semasa hidup: Guru Muhammadiyah di Ogan Ilir Palembang (1934-1937), Pamong Kelurahan Banaran Kulon Progo (1946-1947), Pegawai Departemen Agama (1947-1972), Anggota dan Pimpinan Hizbul Watan Muhammadiyah (1934), Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah (1969-1980 dan lain sebagainya (Apa & Siapa, 1984: 195-196).

Beliau bukan saja dikenal di kalangan Muhammadiyah, di luar pun juga dikenal sebagai sosok dai pemersatu. Dakwah-dakwahnya dikenal sejuk dan tak jarang diiringi dengan kejenakaan sehingga pesan dakwahnya bisa diterima luas bukan saja di kalangan Muhammadiyah saja bahkan di luarnya pun juga terkesima dibuatnya. Dulu beliau pernah menjadi pengisi acara tetap di TVRI Yogyakarta mengampu program Mimbar Agama Islam. Oleh banyak pendengarnya disebut sebagai “Pemersatu Umat.”

Di antara quote menarik Pak AR yang menggambarkan bahwa beliau adalah sosok pemersatu adalah sebagai berikut, “Perbedaan kecil janganlah membuat kita terpecah, tetapi hendaklah mempererat kita untuk saling menghargai dan bersatu,” pungkasnya.

Dengan gaya hidup yang mencerminkan kesederhanaan dan penyampaian dakwah yang renyah dan jenaka, tak mengherankan jika sosok ini bisa diterima banyak kalangan. Suatu hari, beliau pernah berkata, “Dalam berdakwah, bawalah Islam dengan senyum.” (Apa & Siapa, 1986: 214). Bahkan, dakwah-dakwahnya merambah ke wilayah kultural sehingga bisa sublim dalam nurani umat yang menjadi komunikan dakwah.

Dalam buku “Anekdot dan Kenangan Lepas Tentang Pak AR” (2005: 3-7) karya H.M. Sukrianto AR (salah satu putra Pak AR), disebutkan kisah menarik bagaimana dakwah kultural yang dijalankan oleh Pak AR. Saya ambil dari salah satu kisah menarik dakwah beliau yang berjudul “Yasinan Model Baru.”

Saat pak AR ditugaskan di Ulak Paceh Palembang, beliau tertimba imbas informasi kebencian terhadap Muhammadiyah. Akibatnya, salah satu ulama atau orang yang dihormati di kampung itu, turut membencinya, gara-gara dia adalah dai utusan Muhammadiyah. Informasi yang sampai di telinga sang kiai, Muhammadiyah itu jelek, Wahabi, suka mengubah agama dan mengafirkan orang lain.

Oleh karena itu, setiap kali hendak mengajar dan melewati rumah kiai tersebut, ketika Pak AR mengucapkan salam, selalu dijawab dengan sinis bahkan tidak pernah lengkap. Menariknya, Pak AR tidak pernah jemu untuk menyapanya dengan salam dan senyum. Hari berganti hari, rupanya sang kiai luluh juga dan menjawab salam dengan sempurna. Kemudian terjadilah dialog yang mesrah antara keduanya dan mulai menimbulkan simpati.

Pada akhir obrolan hangat itu, Pak AR ditawari oleh sang kiai kampung itu, “Besuk malam Jum’at, guru saya undang untuk Yasinan.” Pak AR pun menjawab, “Baik, insya Allah,” jawabnya. Menjelang hari H, beliau berpikir keras bagaimana jika nanti disuruh memimpin Yasinan, sebab selama ini tidak Yasinan dan tidak tau bagaimana caranya jika disuruh memimpin acara ini. Namun, beliau menemukan trik jitu yang nantinya disebut “Yasinan Model Baru.”

Apa yang dikhawatirkan benar-benar terjadi. Pada kesempatan itu, beliau disuruh memimpin Yasinan. Terjadilah dialog singkat dan hangat sebelum Pak AR memimpin Yasinan. Karena mereka sudah terbiasa dan hafal Yasin model lama, maka beliau menawarkan, “Bagaimana kalau sekarang kita Yasinan model baru, supaya bapak-bapak punya pengetahuan lebih luas dan punya pengalaman lain?” Di luar dugaan, mereka pun menjawab, “Setujuuuu,” secara serempak.

Model  Yasinannya ala Pak AR, para jamaah disuruh membaca satu ayat kemudian ada yang menerjemahkan dan baru kemudian dijelaskan maksudnya. Pada malam itu beliau bisa menerangkan dua sampai tiga ayat dari surah Yasin. Para hadirin pun puas dan pada pertemuan selanjutnya beliau sering diundang untuk memimpin Yasinan dan hal ini diamini sang kia kampung tersebut. Tentunya dengan gaya baru ala beliau dan lama kelamaan menjadi Pengajian Tafsir Al-Qur`an. Setelah menulis cerita ini, Sukrianto menulis, “Begitulah dulu Pak AR juga sudah melaksanakan dakwah kultural.”

Gaya berdakwahnya Pak AR juga pernah disebut oleh Mitsuo Nakamura dalam buku “Bulan Sabit Muncul dari Balik Pohon Beringin: Studi Tentang Pergerakan Muhammadiyah di Kotagede, Yogyakarta” (1983: 170) saat memberi pidato untuk warga Muhammadiyah di Kota Gede pada 28 November 1971.

Salah satu nasihatnya, agar bergaul baik dengan tetanggal dengan cara yang halus dan betul. Mengajak ngobrol tetangga yang mampir. Jika ada yang belum shalat, tidak mengolok dan mengejeknya. Jika ada yang sakit, maka segera dijenguk atau ditengok. Jika dalam kesusahan, maka segera membantu bahkan jika ada yang masuk angin, silakan dikeroki. Dan semacamnya yang menggambarkan istilah “sesrawungan ingkang sae”.

Dengan dakwah yang sejuk, lemah lembut, jenaka, kaya humor, pergaulan yang luas dan simpatik dan tetap tegas dan teguh memegang akidah, maka dakwah-dakwah beliau bisa ditrima di kalangan masyarakat luas. Dalam Islam dalam berdakwah ada istilah bil-hikmah, maudidzah hasanah dan jidaal billati hiya ahasan. Dan itu beliau kemas dengan kerangka kultural yang menarik komunikan dakwah. Rahimahullah rahmatan waasi’ah.

*Mahmud Budi Setiawan

(hidayatullah/PARADE.ID)

Artikel AR. Fakhruddin: Dai Jenaka dari Muhammadiyah pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/ar-fakhruddin-dai-jenaka-dari-muhammadiyah/feed/ 0
85th Buya Syafii, Mengabdi Tiada Henti https://parade.id/85th-buya-syafii-mengabdi-tiada-henti/ https://parade.id/85th-buya-syafii-mengabdi-tiada-henti/#respond Fri, 19 Jun 2020 14:11:37 +0000 https://parade.id/?p=878 Jakarta (PARADE.ID)- Jika seorang Muhammad Iqbal dalam sebuah syairnya, pernah menyebutkan sosok Al Afghani, ibarat burung rajawali yang terbang tinggi, namun tak pernah membuat sarangnya sendiri. Maka, apa yang diungkapkan filusuf abad 20 asal Pakistan ini, juga sangat relevan, untuk melihat sosok seorang Ahmad Syafii Maarif atau yang dikenal dengan Buya Syafii Batang usia yang terus […]

Artikel 85th Buya Syafii, Mengabdi Tiada Henti pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (PARADE.ID)- Jika seorang Muhammad Iqbal dalam sebuah syairnya, pernah menyebutkan sosok Al Afghani, ibarat burung rajawali yang terbang tinggi, namun tak pernah membuat sarangnya sendiri. Maka, apa yang diungkapkan filusuf abad 20 asal Pakistan ini, juga sangat relevan, untuk melihat sosok seorang Ahmad Syafii Maarif atau yang dikenal dengan Buya Syafii

Batang usia yang terus merangkak naik, berbagai peran yang tak pernah henti, mulai dari seorang juru ketik, hingga menjadi sosok negawaran yang bersahaja, tidak mengubahnya menjadi seorang pangeran yang hanya menikmati fatamorgana dunia.

Tubuh lunglai dengan raut wajah yang penuh dengan lipatan, sebagai tanda usia semakin menua, tak membuat sosok Buya Syafii, diam dan tenang, melihat kondisi zaman yang belum seirama antara kata dan perbuatan.

Ketika suara kejujuran dan kebenaran disampaikan, berbalas dengan pelecehan dan penghinaan, tak ada tanda marah dan murka dari sosok Buya. Hanya, dalam sujud dan doa, beliau kembalikan kepada Pemilik Semesta, untuk memaafkan dan berharap kepada setiap orang yang menghinanya, agar semakin hidup hati dan jiwanya.

Jika banyak orang, setelah berkuasa, memiliki deretan harta dan jaringan sumber daya. Buya Syafii, justru jauh dari hingar bingar persoalan dunia apalagi terjerumus dalam sindrom kuasa.

Di ujung usianya yang semakin senja, bukannya berpikir warisan apa yang akan dinikmati anak cucu dan keluarga. Melainkan, mengorbankan waktu dan tenaga, untuk membangun dan mengembangkan sekolah umat, yaitu pondok pesantren Muallimin sebagai warisan Kiyai Dahlan Pertama

Bahkan, dalam kondisi tubuh tak kuasa, beliau sempatkan datang dan hadir ke gedung Grha, mendorong anak-anak muda, untuk memajukan majalah Suara Muhammadiyah, sebagai asal usul jejak jurnalis seorang Buya.

Dan dengan khas logat minang, beliau pesankan kepada setiap anak muda, ” agar tidak menjadi bujang baru berkeris”, namun tetaplah selalu tawadu dan tak lelah untuk membaca serta menggali ilmu. Karena peradaban manusia yang maju, tak akan pernah ada tanpa ilmu yang menopangnya.

Hari ini, tepatnya 31 Mei 2020, menjadi momen spesial, untuk kita belajar banyak hal, dari 85 tahun perjalanan hidup seorang Buya. Untuk menjadi inspirasi dan ibroh bagi kita, generasi muda.

“SELAMAT MILAD KE 85th BUYA SYAFII MAARIF”

Semoga Allah Swt senantiasa memberikan keberkahan dan kesehatan.

Sebuah Renungan Singkat

*Deni al Asyari
8 Syawal 1441 H

(suaramuhammadiyah/PARADE.ID)

Artikel 85th Buya Syafii, Mengabdi Tiada Henti pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/85th-buya-syafii-mengabdi-tiada-henti/feed/ 0
Profil Retno Marsudi, Menlu RI yang Menjabat 2 Periode Pemerintahan Jokowi https://parade.id/profil-retno-marsudi-menlu-ri-yang-menjabat-2-periode-pemerintahan-jokowi/ https://parade.id/profil-retno-marsudi-menlu-ri-yang-menjabat-2-periode-pemerintahan-jokowi/#respond Sun, 14 Jun 2020 09:05:14 +0000 https://parade.id/?p=372 Jakarta (PARADE.ID)_ Presiden RI Joko Widodo telah menunjuk menteri luar negeri Kabinet Kerja II, ia adalah Retno Marsudi. Pengumuman resminya disampaikan langsung pada Rabu (23/10/2019). Seorang diplomat karier di lingkungan Kementerian Luar Negeri RI sejak 1986, Retno Marsudi (27 November 1962; 56 tahun) adalah menteri luar negeri perempuan pertama dalam sejarah Indonesia. Alumni SMA 3 Semarang dan […]

Artikel Profil Retno Marsudi, Menlu RI yang Menjabat 2 Periode Pemerintahan Jokowi pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (PARADE.ID)_ Presiden RI Joko Widodo telah menunjuk menteri luar negeri Kabinet Kerja II, ia adalah Retno Marsudi. Pengumuman resminya disampaikan langsung pada Rabu (23/10/2019).

Seorang diplomat karier di lingkungan Kementerian Luar Negeri RI sejak 1986, Retno Marsudi (27 November 1962; 56 tahun) adalah menteri luar negeri perempuan pertama dalam sejarah Indonesia.

Alumni SMA 3 Semarang dan jebolan Hubungan Internasional FISIPOL-UGM itu pernah menduduki sejumlah posisi strategis selama berkarier di Kemlu RI.

Pada 2001 – 2003, Retno menjabat sebagai Direktur Kerjasama Intra dan Antar Regional Amerika dan Eropa.

Kemudian, istri dari Bagas Marsudi itu menjabat sebagai Direktur Eropa Barat.

Retno juga menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Norwegia merangkap Islandia pada 2005 – 2008.

Selesai menduduki pos dubes di Norwegia, Retno kembali ke Tanah Air, untuk menjabat sebagai Direktur Jenderal Amerika dan Eropa pada 2008 – 2012.

Kemudian, alumni UGM itu menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Belanda pada 2012 – 2014.

Belum selesai masa jabatannya sebagai Dubes RI di Belanda, Retno Marsudi diminta ‘pulang’ oleh Presiden Joko Widodo, yang menunjuknya sebagai Menteri Luar Negeri RI pada 2014 hingga periode pertama pemerintahan Presiden Jokowi berakhir.

Retno Marsudi merupakan salah satu menteri di Kabinet Kerja I yang berhasil mempertahankan kursi-nya hingga akhir periode, dan ‘menghalau’ re-shuffle menteri pada pertengahan periode pertama pemerintahan Jokowi.

Bukan tanpa alasan Presiden Jokowi mempertahankan Menteri Retno. Selama kepemimpinannya sebagai Menlu RI, banyak capaian yang dihasilkannya untuk Indonesia. Salah satunya berhasil menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB 2019 dan 2020, dan Anggota Dewan HAM PBB periode 2020 – 2022.

Retno Marsudi juga berhasil memimpin secara apik kebijakan luar negeri dan diplomasi Indonesia, seperti: meningkatkan presensi RI di berbagai platform regional dan multilateral; kehadiran Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Palestina; mendorong sentralitas RI dan ASEAN di kawasan Indo-Pasifik; kontribusi Indonesia dalam krisis kemanusiaan di Rakhine, Myanmar; hingga meningkatkan pengarusutamaan diplomasi perlindungan WNI di luar negeri.

Selama kariernya sebagai diplomat top RI, Retno Marsudi telah mendulang sejumlah penghargaan internasional, di antaranya, Agen Perubahan Untuk Kesetraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan dari Badan PBB Urusan Perempuan (UN Women) pada September 2017.

Selain itu juga penghargaan El Sol del Peru atau The Sun of Peru, dengan peringkat Grand Cross dari pemerintah Peru pada Mei 2018.

Dari tempatnya menjabat sebagai duta besar, Retno Marsudi meraih Medali Ridder Grootkruis in de Orde van Oranje-Nassau dari Kerajaan Belanda pada 2015; dan Penghargaan Order of Merit dari Kerajaan Norwegia pada 2011.

(liputan6/PARADE.ID)

Artikel Profil Retno Marsudi, Menlu RI yang Menjabat 2 Periode Pemerintahan Jokowi pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/profil-retno-marsudi-menlu-ri-yang-menjabat-2-periode-pemerintahan-jokowi/feed/ 0
Mengenang Kelahiran Soekarno, Sosok dan Ajarannya https://parade.id/mengenang-kelahiran-soekarno-sosok-dan-ajarannya/ https://parade.id/mengenang-kelahiran-soekarno-sosok-dan-ajarannya/#respond Sun, 14 Jun 2020 05:17:51 +0000 https://parade.id/?p=376 Jakarta (PARADE.ID)- Hari ini, 119 tahun lalu, tepatnya 6 Juni 1901, bapak proklamator Indonesia yang juga Presiden RI pertama, Ir. Soekarno dilahirkan. Soekarno atau akrab disapa Bung Karno meninggal pada 21 Juni 1970 di Jakarta. Dia meninggal dalam usia 69 tahun. Kelahirannya diketahui lewat biografi Soekarno yang ditulis oleh Cindy Adams, dengan judul Soekarno Penyambung […]

Artikel Mengenang Kelahiran Soekarno, Sosok dan Ajarannya pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (PARADE.ID)- Hari ini, 119 tahun lalu, tepatnya 6 Juni 1901, bapak proklamator Indonesia yang juga Presiden RI pertama, Ir. Soekarno dilahirkan. Soekarno atau akrab disapa Bung Karno meninggal pada 21 Juni 1970 di Jakarta. Dia meninggal dalam usia 69 tahun. Kelahirannya diketahui lewat biografi Soekarno yang ditulis oleh Cindy Adams, dengan judul Soekarno Penyambung Lidah Rakyat (cetakan pertama 1965).

Saat-saat kelahiran Cindy Adams melukiskan saat-saat kelahiran Bung Karno dalam buku tersebut. “Bersamaan dengan kelahiranku, menyingsinglah fajar dari suatu hari yang baru. Menyingsing pulalah fajar dari satu abad yang baru, karena aku dilahirkan di tahun 1901,” tulis Cindy dalam biografi Bung Karno yang dikutip Harian Kompas, Kamis 6 Juni 1991. Bung Karno juga menyebutkan apa yang pernah dilakukan oleh ibunya. Pada waktu itu dirinya baru berumur beberapa tahun. Dia terbangun bersama ibunya sesaat sebelum matahari terbit. Mereka berdua duduk di dalam kegelapan pada beranda rumahnya yang kecil. Lalu, ibunya segera memandang ke arah timur. Dengan sabar wanita Bali yang bersuamikan seorang guru Jawa ini menunggu matahari muncul naik ke langit. Sang ibu mengulurkan kedua tangan, meraih tubuh kecil Soekarno, dan segera memeluknya dengan tenang. Lewat suara lunak, ibu ini langsung berbisik, “Engkau sedang memandang fajar nak. Ini kukatakan kepadamu, kelak engkau menjadi orang yang mulia. Engkau akan menjadi pemimpin dari rakyat kita, karena ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi di saat fajar mulai menyingsing.”

Ibunya melanjutkan, bahwa orang Jawa percaya bahwa seseorang yang dilahirkan di saat matahari terbit, nasibnya ditakdirkan terlebih dahulu. Dia membisikkan juga pada Soekarno kecil untuk jangan melupakan pesan itu. “Jangan sekali-kali kau lupakan nak, bahwa engkau ini putera dari sang fajar,” ujarnya.

Tempat dan tanggal lahir Dilansir Kompas.com, Senin (6/6/2016), Bung Karno menurut biografi itu lahir di Surabaya. Meski begitu, versi yang selama ini beredar pada era Orde Baru menyebut Bung Karno lahir di Blitar. Ada beberapa versi mengenai kelahiran Bung Karno. Seperti diungkap Historia, berdasarkan buku induk mahasiswa Hogeschool (sekarang Institut Teknologi Bandung), Bung Karno lahir di Surabaya 6 Juni 1902. Sementara itu Harian Kompas, Senin (5/10/1970), menyebutkan ada kemungkinan Bung Karno lahir sebelum 23 Mei 1901. Disebutkan bahwa kelahiran Bung Karno ditandai dengan letusan Gunung Kelud pada 23 Mei 1901. Namun, meski ada beragam versi mengenai kelahiran Soekarno, telah disepakati bahwa kelahirannya bulan Juni. Hal itu diklaim oleh PDIP dan menjadikan bulan Juni sebagai Bulan Bung Karno. Sosok Bung Karno Bung Karno merupakan salah satu contoh terbaik dari seseorang yang berani mengambil risiko. Sebagai seorang sarjana teknik pada tahun 20-an ketika sebagian besar rakyatnya masih belum sempat mengenyam pendidikan, dia sudah mengambil risiko besar dengan tidak sudi bekerja sama dengan penjajah.

Padahal secara pribadi Bung Karno mungkin lebih terjamin kehidupannya sampai ke anak cucunya, kalau bersedia bekerjasama dengan Belanda.

Dikutip Harian Kompas, Selasa (6/6/2006), Bung Karno mewariskan bangsanya dengan berbagai ajaran yang digalinya sejak ia berjuang pada usia muda. Namun, jika diteliti secara saksama, ajaran pokok yang selalu didengung-dengungkan hingga menjelang wafatnya adalah persatuan bangsa. Presiden Soekarno menyerukan persatuan salah satunya pada sambutannya di sidang kabinet 15 Januari 1966 di Istana Merdeka. “Bangsa harus menjadi bangsa yang kuat dan besar. Oleh karena itulah belakangan ini selalu saya menangis, bahkan donder-donder, marah-marah. He, bangsa Indonesia, jangan gontok- gontokan!” kata Bung Karno. Ketika Pancasila masih dalam tahap draf, persatuan Indonesia dijadikan sila pertama. Tanpa persatuan, kata Bung Karno, suatu bangsa mustahil bisa maju membangun dirinya. Ia kerap menyitir ucapan Arnold Toynbee bahwa “A great civilization never goes down unless it destroy itself from within”. Juga ucapan Abraham Lincoln, “A nation divided against itself, cannot stand”. Mana ada bangsa yang bisa bertahan jika terpecah belah di dalamnya?
(Kompas/PARADE.ID)

Artikel Mengenang Kelahiran Soekarno, Sosok dan Ajarannya pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/mengenang-kelahiran-soekarno-sosok-dan-ajarannya/feed/ 0