Site icon Parade.id

Cerita Prabowo tetang Pemimpin yang Menyatukan Negeri

Foto: patung Toyotomi Hideyoshi, dok. ThoughtCo

Jakarta (parade.id)- Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengatakan, membaca sejarah tidak hanya tentang bangsa sendiri, melainkan juga sejarah dari bangsa-bangsa lain.

Ia pun menceritakan kisah sejarah dari seorang pemimpin yang mampu menyatukan bangsanya setelah ratusan tahun tercerai berai. Kisah ini berasal dari negara Jepang dengan tokohnya yang bernama Toyotomi Hideyoshi.

Toyotomi Hideyoshi adalah seorang panglima perang Jepang yang pada saat itu menghadapi musuhnya bernama Tokugawa Ieyasu. Suatu ketika Hideyoshi telah siap dengan pasukan yang akan menyerang pasukan yang dipimpin oleh Ieyasu.

“Namun karena keduanya benar-benar cinta terhadap tanah airnya, Jepang. Mereka berdua akhirnya bersepakat untuk berunding dan bernegosiasi,” Prabowo mulai bercerita, di akun Twitter-nya, Sabtu (17/12/2022).

Hideyoshi mengatakan, “Anda melihat tentara saya di belakang ini? Jumlah mereka puluhan ribu dan siap perang. Mereka berani dan handal di medan pertempuran. Saya juga melihat pasukanmu cukup banyak, mereka juga disiplin dan kuat.”

Besok ada dua pilihan, ketika peperangan pecah dan salah satu di antara kita akan menjadi pemenang. Saya yakin, saya menang. Anda yakin, anda menang. Tapi siapa pun yang menang, akan menelan banyak korban”, ujar Hideyoshi.

Pasukan Anda dan saya banyak dari pemuda-pemuda, mereka akan mati dan cacat. Orang tua mereka akan menangis, karena putranya mati di peperangan”, kata Hideyoshi.

Kenapa kita harus berperang esok hari? Saya tahu anda cinta Jepang. Saya pun demikian. Anda mau persatukan Jepang, saya pun demikian. Marilah kita kerja sama untuk sama-sama mempersatukan Jepang.”

Tokugawa Leyasu pun sepakat dengan perkataan Hideyoshi, “Anda benar. Anak-anak Jepang ini hebat-hebat, setia dan masih muda.”

“Akhirnya pada saat itu, banyak orang tua yang tidak menangis karena melihat putra-putranya kembali ke rumah tanpa kurang satu pun,” kata Prabowo.

Dari secuplik cerita ini, menurut dia, kita dapat mengambil pelajaran, bahwa seorang pendekar hormat bukan berarti menyerah. Sopan bukan berarti meninggalkan perjuangan.

Justru, ia harus selalu mencari jalan yang damai, jalan yang baik, menempatkan kepentingan bangsa di atas segala-galanya.

“Seorang pendekar mampu mengalahkan perasaan pribadinya demi merawat persatuan kesatuan bangsa dan rakyatnya. Jadilah pribadi yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.”

(Rob/parade.id)

Exit mobile version