Jakarta (parade.id)- Din Syamsuddin mendukung pilihan PKS yang mencapreskan Anies Baswedan. Hal ini disampaikan Mantan Ketum PP Muhammadiyah saat menerima silaturahmi Presiden PKS Ahmad Syaikhu di kediamannya, Selasa (24/5/2023).
“Saya dapat memahami dan menyetujui, serta mendukung pilihan PKS untuk pemilihan presiden yang akan datang, yang bergabung ke koalisi perubahan untuk persatuan bersama Partai NasDem dan Partai Demokrat, serta mengusung Doktor Anies Baswedan sebagai calon presiden,” ujar Din.
Menurut Din, Anies merupakan sosok atau figure yang tepat untuk Indonesia ke depan, terutama menghadapi perubahan geo politik, geo ekonomi, dan geo strategic global dewasa ini yang epsintrum pertumbuhan ada di depan mata, yaitu east asia (asia timur) dengan race of the china.
“Indonesia memerlukan pemimpin yang visioner yang memahami cita-cita nasional dan mampu memobilisasi potensi rakyat Indonesia dan juga bisa berdialog dengan kalangan internasional. Maka ini adalah pilihan yang tepat. Dan saya berharap akan menjadi kenyataan,” katanya.
Secara khusus Din melihat perilaku PKS tentang pencapresan ini meletakannya ke dalam satu keihklasan, kelegawan sehingga tidak mendesaskan diri, mendesakan keinginan, walaupun di PKS ia tahu banyak qualified, banyak yang mumpuni, baik Preside PKS sendiri maupun, ada juga seperti Aher yang sukses di Jawa Barat dan figur-figur lain.
“Oleh karena itu, saya menaruh harapan kepada PKS ke depan untuk tetap berpegang teguh pada khittah ini: menjadi partai yang berorientasi pada penciptaan atau perwujudan cita-cita nasional tetapi tetap berdiri pada nilai-nilai Islam,” harapannya.
Din memberikan apresiasi kepada PKS di mana ia amati dan ia nilai merupakan partai yang menisbatkan dirinya dengan Islam dan mengamalkan ajaran Islam secara konsisten. Terpenting konsistensi perjuangan partai-partai politik untuk kebenaran, kejujuran, dan keadilan.
“Mutiara yang hilang dari kehidupan kebangsaan kita sekarang, partai politik hanyalah sebagai partai yang sering berorientasi pada kekuasaan semata atau melanggengkan kekuasaan demi kekuasaan itu sendiri. Hilang adalah orientasi pada cita-cita nasional: Indonesia yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan kematangan,” katanya.
(Rob/parade.id)