Jakarta (PARADE.ID)- Skandal EncroChat baru-baru ini dibongkar oleh Kepolisian Uni Eropa (Europol). Ini penangkapan besar-besaran dalam kasus kriminal siber yang dilakukan Europol tahun ini.
Sekitar 800 orang yang diduga terlibat dalam sindikat kriminal itu ditangkapi di berbagai wilayah di Eropa. Kepolisian menyita lebih dari dua ton narkoba, puluhan senjata, dan uang tunai sekitar £ 54 juta atau sekitar Rp 883 miliar.
Komisaris Polisi Metropolitan Inggris, Dame Cressida Dick, pengungkapan skandal EncroChat barulah permulaan.
“Kami akan terus mengganggu jaringan kriminal terorganisasi selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan dan mungkin bertahun-tahun yang akan datang,” kata dia seperti dikutip dari Hackeread.com, diakses Mingu (5 Juli 2020).
Skandal EncroChat menggambarkan bagaimana canggihnya para penjahat menggunakan teknologi informasi. Cara mereka berkomunikasi layakanya agen intelijen, memakai layanan telepon terenkripsi, EncroChat.
“EncroChat terbongkar! Jaringan terenkripsi digunakan untuk bertukar jutaan pesan antara penjahat untuk merencanakan kejahatan berat di seluruh Eropa,” demikian twit Eruopol pada 2 Juli lalu.
Pengungkapan kasus itu kerja sama antarberbagai instansi seperti kepolisian Europol, unit peradilan Uni Eropa (Eurojust), dan penegak hukum Belanda dan Prancis.
EncroChat adalah salah satu penyedia komunikasi terenkripsi terbesar dan menawarkan layanan pesan instan ponsel aman. Saat ini peladen (server) EncroChat telah dimatikan oleh kepolisian.
Pesan yang dikirimkan EncroChat ke pengguna. | Foto: IrishTimes
Menurut Badan Kejahatan Nasional Inggris (NCA), para penjahat itu mengoordinasi dan merencanakan distribusi komoditas ilegal, pencucian uang, dan juga merencanakan untuk membunuh penjahat saingan via EncroChat.
Menurut laporan Hackread.com, Europol mengklaim telah menemukan bukti-bukti kejahatan yang belum pernah didapatkan sebelumnya terkait jaringan penjahat siber tersebut.
Dalam siaran persnya disebutkan, penegak hukum di seluruh otoritas Eropa telah secara diam-diam mencegat dan memecahkan kode komunikasi antara penjahat yang dilakukan melalui EncroChat.
Sejak 2017 otoritas penegak hukum Prancis dan Gendarmerie Prancis (bagian militer yang mengadili hukum sipil) menyelidiki ponsel pintar yang menggunakan EncroChat. Ini lantaran layanan tersebut dicurigai telah “membantu” kegiatan kriminal terorganisasi di Prancis.
Otoritas Perancis kemudian menghubungi Eurojust pada 2019, dan memprakarsai operasi bersama melawan EncroChat dan penggunanya. Di Prancis, operasi dimulai pada Maret 2020 dengan nama kode “Emma 95”, sedangkan di Belanda, operasi itu diberi nama kode “Lemont”.
Pada 2020, EncroChat menjadi salah satu penyedia layanan komunikasi digital terenkripsi terbesar di dunia, dan mayoritas penggunanya adalah penjahat, terutama mereka yang terlibat dalam perdagangan kokain, ganja, dan pencucian uang.
Kepolisian akhirnya bisa “mencegat pertukaran pesan antara ribuan penjahat dan data tersebut diproses dan diterjemahkan oleh ratusan penyelidik yang berpartisipasi dalam operasi.”
Intersepsi itu berlanjut hingga 13 Juni 2020 ketika EncroChat akhirnya menyadari bahwa layanannya berada di bawah pengawasan penegak hukum.
EncroChat pun mengirimkan pesan peringatan kepada penggunanya untuk segera menghancurkan ponsel mereka. Namun, sudah terlambat. Saat itu pihak berwenang sudah memiliki banyak informasi terhadap jaringan kejahatan, tulis Hackread.com.
Dengan biaya sekitar £ 1.500 atau sekitar Rp 245 juta untuk kontrak enam bulan, layanan EncroChat dilengkapi pengiriman pesan instan, panggilan VOIP, dan kode penghapus yang menghapusnya dari jarak jauh, tulis ZDNet.
(Cyberthreat/PARADE.ID)