Jakarta (PARADE.ID)- Politisi Demokrat, Rachland Nashidik mengatakan bahwa fokus Presiden Jokowi menyelamatkan ekonomi Indonesia di tengah pandemi telah berhasil. Pertumbuhan ekonomi Indonesia jadi 3 persen.
“Indonesia keluar dari resesi tapi terjungkal dalam pandemi,” kata dia, kemarin (5/8/2021).
Hal itu, kata Rachland, ditandai dengan kematian yang hampir merenggut 100.000 jiwa. 30.000 di bulan Juli.
Positivity rate sebanyak 500.000. Indonesia pun disebutnya sebagai episentrum pandemi Asia. Dikucilkan dalam pergaulan internasional.
“Patut dirayakan? Saya tak yakin kita patut rayakan,” tertulis demikian di akun Twitter-nya.
Terkait pertumbuhan ekonomi, politisi Demokrat lainnya, yakni Andi Arief, juga ikut angkat suara. Andi bahkan sampai memberikan selamat buat Badan Pusat Statistik (BPS) karena telah mengumumkan pertumbuhan ekonomi 3 persen kuartal II Tahun 2021.
“Sejak pagi buta sudah ada wartawan TV yang stand by di kantor BPS menunggu pengumuman. Selamat buat BPS. Kado ultah kemerdekaan,” kata dia.
Kendati begitu, Andi mengingatkan kita ke depannya, di kuartal ke-3. Tapi menurutnya yang paling penting ialah mencegah kematian yang sudah setiap hari kisarannya 2.000-an.
“Berapapun pertumbuhan ekonominya saat ini, gak terlalu penting. Kalau BPS umumkan 10 persen juga rakyat bisa apa. Ayo Pak Jokowi, jangan sampai merayakan kemerdekaan rasa kematian.”
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II tahun 2021 tumbuh 7,07 persen secara y-on-y.
“Pertama, bahwa perekonomian global pada triwulan II 2021 itu jika dibandingkan dengan periode sebelumnya itu mengalami perbaikan. Demikian juga terkait dengan Negara yang menjadi mitra dagang kita itu juga mengalami perbaikan ekonominya pada triwulan II 2021,” sampainya, Kamis (5/8/2021), saat konferensi pers secara virtual.
Adapun yang mendorong pertumbuhan ekonomi Indoensia itu sebesar 7,07 persen, dan itu hampir dilakukan seluruh Negara dimana ekonomi lesu maka yang menjadi stimulus itu menurut dia adalah konsumsi pemerintah atau belanja pemerintah. Belanja pemerintah di triwulan II ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, baik untuk belanja barang (82,10 persen), belanja pegawai (19,79 persen), maupun belanja modal (45,56 persen).
Jadi, kata dia, konsumsi pemerintah memberikan andil dalam menggerakan ekonomi di triwulan II ini.
“Demikian juga kalau kita lihat perbaikan mobilitas, karena penanganan Covid membaik triwulan II, mobilitas masyarakatnya mengalami perbaikan, itu juga mampu mendorong konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,93 persen,” ungkapnya.
(Rgs/PARADE.ID)