Site icon Parade.id

Germaun: Politik Kaum Muda, Jangan Bungkus Sumpah Kita

Foto: dok. Ist

Jakarta (parade.id)- Beberapa waktu lalu, Gerakan Mahasiswa Unusia (Germaun) menggelar kegiatan diskusi dan mimbar bebas dalam momentum Sumpah Pemuda. Acara tersebut bertema “Tadarus Politik: Politik Kaum Muda, Jangan Bungkus Sumpah Kita” yang dilaksanakan di Lantai 5 Rooftoop Unusia, Matraman, Jakarta Pusat.

Kegiatan tersebut, dihadiri oleh Delpedro Marhaen dari Blok Politik Pelajar (BPP) dan Enggar Aprianysah dari Liga Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (LMID). Kegiatan ini, bertujuan untuk merefleksikan situasi kaum muda dan relevansi nya terhadap keadaan kaum muda hari ini.

Delpedro Marhaen atau yang kerap disapa sebagai Pedro, yang merupakan juru bicara Blok Politik Pelajar (BPP) menyinggung peran kaum muda yang menurutnya sangat dibutuhkan, apalagi dalam memperbaiki situasi politik di Indonesia.

“Kaum Muda dan politik merupakan satu kesatuan yang tak terpisah, untuk memperbaiki sistem perpolitikan di Indonesia, maka kaum muda harus berpolitik agar tidak didominasi oleh para oligarki kolot yang berkuasa,” ia menyampaikan.

Ia menyatakan demikian karena dalam perhatiannya definisi pemuda hari Ini telah dibajak oleh oligarki—seharusnya definisi pemuda yang tidak berdekatan dengan kekuasaan. Oleh sebab itu, rezim oligarki saat ini bertanggung jawab atas penyelewangan makna arti Pemuda.

Ia juga menilai, bahwa dalam era digitalisasi, cenderung mengkerdilkan situasi pemuda saat ini dan di jauhkan dari arti pemuda yang sebenarnya dan implementasi semokrasi bagi kaum muda.

“Kita hanya diberi asupan mengenai era digitalisasi tanpa diberikan makna substansi dari digitalisasi. Bahkan di era digitalisasi ini menjadi alat bagi kekuasaan untuk mengkerdilkan hak demokrasi kaum muda di sosial media, dengan di bentuknya UU ITE. Itu bukti bahwa era digitalisasi dan kaum muda juga dikebiri,” katanya.

Enggar Apriansyah atau yang akrab disapa Bung Enggar, yang merupakan mahasiswa Aktif Universitas Nahdlatul Ulama (Juru Bicara Gerakan Mahasiswa Unusia (Germaun) sekaligus anggota Liga Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (LMID) berpendapat bahwa dari kebuntuan politik kaum muda, mesti membangun alternatifnya. Hal itu agar bisa menjawab kebuntuan gerakan pemuda hari ini.

“Politik alternatif pemuda adalah jawaban dari kebuntuan gerakan pemuda, bahwa tadi yang disampaikan oleh Pedro, adalah problematika kaum muda dan politik. Maka saya akan berpendapat untuk menjawab kebuntuan politik kaum muda agar bisa mengembalikan marwah kamu muda dan makna politik, dengan membentuk alat politik bagi kaum muda,” ujarnya.

Enggar menegaskan tugas dan fungsi alat politik alternatif bagi kaum muda hari sebagai jalan keluar bagi kaum muda untuk memahami substansi politik dan ikut terlibat dalam pembangunan alat politik yang tidak berdekatan dengan kekuasaan.

Di akhir diskusi, Enggar memberikan pemaparan, mengenai tidak ada nya wadah bagi kaum muda utuk berkembang, justru potensi pemuda dimafaatkan oleh para elite politik dengan gaya milenialnya.

“‘Jika aku tidak diterima di pasar malam, maka aku akan buat pasar malamku sendiri,” pungkasnya, mengutip sastrawan Pramoedya Anantatoer.

(Verry/parade.id)

Exit mobile version