Site icon Parade.id

GMPN Desak KPK Panggil Petinggi Kalbe Farma terkait Dugaan Gratifikasi

Foto: Massa aksi GMPN terkait dugaan gratifikasi kepada dokter untuk meresepkan obat yang diproduksi mereka di Jakarta

Jakarta (PARADE.ID)- Gerakan Muda Peduli Nusantara (GMPN) mendesak KPK untuk memanggil petinggi PT Kalbe Farma terkait dugaan gratifikasi kepada dokter untuk meresepkan obat yang diproduksi mereka.

“Mendesak Ketua KPK segera menerbitkan Sprindik terhadap seluruh jajaran komisaris dan direksi PT Kalbe Farma,” demikian keterangan Samsul Preken kepada parade.id, Senin (22/1/2021).

GMPN juga meminta kepada seluruh penegak hukum selain KPK, yakni Kejaksaan, kepolisian dan juga Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk ikut turun tangan. Sebab menurut GMPN, dugaan suap membuat harga obat meroket dan publik pun terasa dirugikan.

“Kami meminta kepada penegak hukum untuk segera menetapkan status hukum seluruh jajaran komisaris dan direksi perusahaan tersebut,” pintanya.

Menurut dia, hal tersebut jika benar maka sangat mengancam dunia kesehatan di Indonesia, khususnya terhadap pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

“Tentunya kasus dugaan pemberian gratifikasi oleh perusahaan farmasi kepada para dokter jelas merugikan pasien. Tak hanya kantong pasien terkuras lebih dalam, keselamatan pasien pun terancam karena obat asli tapi palsu alias aspal pun marak beredar akibat harga obat generik bermerek yang selangit,” jelasnya.

Dalam industri kesehatan, kata dia, sudah lama dokter dan medical representative atau pemasar obat dari perusahaan farmasi diketahui menjalin hubungan saling menguntungkan. Para pemasar membujuk dokter agar menuliskan obat mereka dalam resep untuk pasien.

Imbalannya menurut dia adalah komisi, bonus, atau honor sampai puluhan juta rupiah setiap bulan. Kedoknya beragam: dari tes obat (seeding trial) sampai fasilitas mewah mengikuti seminar atau pelatihan.

“Dari puluhan nama dokter rumah sakit di Jakarta dalam satu rim kuitansi transfer uang yang diduga dari PT Kalbe Farma Tbk, nama Soetjipto Hamiprodjo paling sering muncul. Dokter spesialis saraf di Rumah Sakit Harum Sisma Medika, Kalimalang, Jakarta Timur itu rutin menerima uang dalam jumlah Rp 5-25 juta sepanjang 2011-2014,” kata dia lagi.

Pasien Harus Diselamatkan

Akibat dugaan praktik kotor produsen obat dan ulah sebagian dokter rakus, nyawa pasien bisa melayang. Dan menurut dia, pasien harus diselamatkan dari konspirasi kejahatan ‘Kera Putih’ ini.

Kondisi inilah yang kemudian memicu munculnya obat aspal. Celakanya, lanjut dia, kalangan masyarakat miskin lebih percaya pada obat aspal, ketimbang obat generik.

Dalam kondisi tersebut, persaingan antarprodusen obat generik bermerek pun kian tajam, sehingga mereka tak segan memberi gratifikasi kepada para dokter agar meresepkan obat pabrikannya kepada pasien.

“Kementerian Kesehatan, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Asosiasi Perusahaan Farmasi, dan KPK harus bekerja serius untuk mengungkap borok yang telah lama tersimpan. Aib dunia kesehatan nasional ini mesti dibongkar hingga ke akar-akarnya,” tandasnya.

(Lop/PARADE.ID)

Exit mobile version