Site icon Parade.id

GPBI Desak Pemerintah Evaluasi Menyeluruh Kawasan Industri IMIP, Imbas Ledakan Smelter

Foto: Ketua Umum Gerakan Pekerja Buruh Indonesia (GPBI) sekaligus Sekjen Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) Dedi Hardianto, dok. istimewa

Jakarta (parade.id)- Ketua Umum Gerakan Pekerja Buruh Indonesia (GPBI) Dedi Hardianto sekaligus Sekjen Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) mendesak pemerintah melakukan proses hukum atas ledakan maut tungku smelter PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yang menewaskan 18 pekerja dan menciderai 41 pekerja lainnya.

Menurut Dedi ada dugaan kuat jika PT ITSS melanggar aturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

“Saya minta pemerintah mengusut tuntas dan mempidanakan orang yang bertanggungjawab dalam insiden ini,” kata Dedi dalam keterangan resminya kepada Wartawan, Kamis (28/12/2023).

Menurut Dedi, insiden yang terjadi di Kawasan Industri nikel di Morowali ini merupakan insiden yang kerap terjadi dan berulang yang menyebabkan kematian buruh.

“Seolah-olah nyawa buruh tak ada harganya sama sekali. Penerapan standar K3 yang buruk, ditambah dengan buruknya pengawasan Ketenagakerjaan membuat peristiwa ledakan smelter ini terus berulang,” sesalnya.

Dedi mengupas, dari data yang diungkap Wahana Lingkungan Indonesia (WALHI) sebelum insiden ledakan tungku smelter di ITSS, WALHI mengungkapkan pada 22 Desember 2022 ada kecelakaan kerja serupa yang merenggut nyawa dua pekerja, Nirwana Stele dan Made Defri.

Keduanya pekerja meninggal dunia gara-gara terjadi ledakan tungku di kawasan industri nikel milik PT Gunbuster Nicek Industri, perusahaan besar asal Tiongkok yang beroperasi di kabupaten Morowali Utara.

Kemudian, pada 27 April 2023, ada kecelakaan kerja lagi di PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Industry. Pabrik itu juga berada di kawasan PT IMIP. WALHI mengatakan, insiden tersebut menewaskan dua pekerja dumpling, yaitu Arif dan Masriadi.

“Artinya ada kelemahan mendasar akibat buruknya pengawasan Ketenagakerjaan dan gagalnya penerapan standar K3 di industri Nikel di Morowali. Terlebih insiden ini terjadi di perusahaan-perusahaan China yang berinvestasi di Morowali. Saya kira pemerintah harus meng-evaluasi keberadaan perusahaan-perusahaan tersebut. Kalau terbukti melanggar, maka harus dicabut izinnya,” tegas Dedi.

“Jangan sampai terulang kembali ledakan dan kebakaran tungku smelter di Kawasan IMIP,” tandasnya.

Diketahui, akibat ledakan dan Kebakaran hebat yang melanda tungku smelter PT ITSS di Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dilaporkan, sebanyak 59 orang menjadi korban, dimana 18 orang di antaranya meninggal dunia dan 41 orang lainnya masih menjalani perawatan.

Dari 18 orang yang meninggal, terdiri atas 10 orang tenaga kerja Indonesia dan 8 tenaga kerja asing (TKA) asal China.

Sebelumnya, Kepala Divisi Media Relations PT IMIP Dedy Kurniawan mengatakan kecelakaan kerja terjadi sekitar pukul 05.30 WITA. Insiden bermula dari kecelakaan yang dialami sejumlah pekerja saat melakukan perbaikan tungku dan pemasangan plat pada bagian tungku.

“Hasil investigasi awal, penyebab ledakan diperkirakan karena bagian bawah tungku masih terdapat cairan pemicu ledakan. Saat proses perbaikan tersebut, terjadi ledakan,” kata Dedy lewat keterangan tertulis, Minggu, 24 Desember.

Dedy Kurniawan menyebut di lokasi juga terdapat banyak tabung oksigen yang digunakan untuk pengelasan dan pemotongan komponen tungku. Akibatnya, kata dia, ledakan petama memicu beberapa tabung oksigen di sekitar area ikut meledak. Dan kebakaran tungku baru berhasil dipadamkan pada pukul 09.10 waktu setempat. []

Exit mobile version