Site icon Parade.id

Gus Nadir ke Mantan Aktivis: Santai Saja Kalau Mahasiswa Kritik Pemerintah

Foto: Akademisi yang juga Rais Syuriah PCI (Pengurus Cabang Istimewa) Nahdlatul Ulama (NU) di Australia dan New Zealand Nadirsyah Hosen, dok. pikiran-rakyat.com

Jakarta (PARADE.ID)- Nadirsyah Hosen atau yang lebih akrab disapa Gus Nadir, Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (NU) di Australia dan Selandia Baru berpesan kepada mantan aktivis mahasiswa yang sudah menjabat, yakni seharusnya santai saja kalau ada mahasiswa sekarang mengkritik pemerintah.

“Lha dari dulu siapapun pemerintahannya,  mahasiswa itu ya belajar mengkritik. Entar udah jadi pejabat gantian dikritik. Siklusnya gitu,” demikian tulis akun Twitter @na_dirs, baru-baru ini.

Kemudian ia menyinggung pemerintahan yang otoriter dengan pemerintahan yang demokratis. Menurut dia, pemimpin yang otoriter akan menganggap semua kritikan sebagai penghinaan.

Sebaliknya, pemimpin yang demokratis akan memahami kritikan bisa diekspresikan lewat kartun, jargon dan satir. Dan menurut dia semuanya itu sah.

“Tapi ya buzzer mana paham kajian tingkat tinggi begini. Tahunya cuma main tagar.”

Selain itu, ia menanggapi adanya pernyataan dari Humas UI yang mengatakan bahwa Presiden itu adalah simbol negara. Menurut dia hal itu keliru.

Mengutip UU, lanjutnya, bahwa simbol negara itu menurut di UU No 24 Tahun 2009 adalah bendera, bahasa, lambang negara, dan lagu kebangsaan. Presiden tidak termasuk ke dalamnya.

Menurut dia, mahasiswa yang kritis itu adalah aset bangsa. Kelak di antara mereka akan ada yang menjadi pemimpin bangsa.

Oleh karena itu, satu lagi pesan dia kepada yang tampak kurang menerima kritikan dari mahasiswa, yakni terpenting jangan sampai keluar narasi bahwa BEM Taliban, atau justru disuruh ikut TWK.

“Janganlah. Cukup KPK saja yg kalian ‘mainkan’ isu itu. Jangan thd adek-adek kami para mahasiswa.”

(Rgs/PARADE.ID)

Exit mobile version