Site icon Parade.id

Halalbihalal Barikade 98: 98 Bukan Sekadar Angka

Foto: tokoh yang hadir di Halalbihalal Barikade 98 pada Selasa (7/5/2024)

Jakarta (parade.id)- Halalbihalal Barikade 98 pada Selasa (7/5/2024) dihadiri Ketum Barikade Benny Rhamdani, Dewan Pembina Barikade 98 sekaligus Ketum Hanura Oesman Sapta Odang, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristianto, Capres 2024 Ganjar Pranowo, tokoh perempuan Yenny Wahid, Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional tahun 2009-2012 Gregorius “Gories” Mere, dan lain-lain.

Halal bihalal yang diadakan di DPN Barikade, Cikini, Jakarta Pusat itu mengusung tema “Melawan Kejahatan terhadap Konstitusi dan Demokrasi adalah Bagian dari Iman”. Beberapa nama di atas sempat memberikan pidatonya secara singkat.

Oesman Sapta Odang, di antaranya. Dalam pidatonya ia menyinggung bahwa peristiwa 1998, yang menurutnya ‘98’ bukan hanya sekadar angka, melainkan juga sebagai simbol hati nurani yang pernah bergejolak.

Angka ini (98), kata dia, juga adalah sebagai bentuk penghormatan kita kepada para korban 98, seperti anak-anak (mahasiswa) yang menjadi korban oleh anak bangsanya sendiri, yang harusnya menjaga keselamatan serta keadilan bagi semua.

“Namun justru melakukan kekerasan dan pembunuhan. Maka mulai hari ini kita menyatakan diri: kebangkitan untuk aktivis 98,” ucapnya tegas.

Hampir senada dengan Oesman, Ganjar Pranowo juga menyinggung peristiwa 98.

Menurut dia 98 itu bukanlah sekadar angka, melainkan juga terkait konsistensi kita terhadap perjuangan.

“Maka dengan ini kita akan terus diuji seiringnya perjalanan waktu, untuk kita mengantisipasi adanya penghapusan sejarah yang dilakukan rezim berkuasa,” pidato Ganjar.

Menuju itu, pendukung perlu menunjukkan rasa semangatnya. Akan tetapi menurut dia, semangat saja tidaklah cukup. Mesti ada buah pikiran, tindakan, juga konsistensi menuju itu.

“Kalau tidak maka kita siap-siap menerima kegagalan. Kita akan kecewa. Dan praktik pemilu saat ini menunjukkan di mana posisi kita: konsisten atau tidak,” Ganjar mengingatkan.

Yenny Wahid juga menyinggung 98, yang menurutnya tidak boleh dilupakan oleh anak bangsa. Sebab 98 adalah sejarah. Sejarah yang pernah terjadi di republik ini.

Yenny mengingatkan akan kejadian di tahun itu, bahwa dengan perekonomian saja tidak cukup—yang mengakibatkan alam mengoreksi pemerintahan karena di dalamnya ada kebengisan.

“Kita jangan terbuai dalam satu fragmen seperti ekonomi sehingga membuat kita lupa,” kata Yenny dalam pidatonya.

Hasto Kristianto juga menyinggung peristiwa 98. Hanya saja, Hasto tidak menyinggung soal angka seperti di atas.

“Sebagai pemilik spirit melawan kejahatan yang dilakukan oleh penguasa dalam sejarah, itu akan kita teruskan. Kita takkan terima penguasa yang menggunakan hukum sebagai alat kekuasannya,” singgung Hasto.

“Maka perlawanan harus terus kita gelorakan.

Kita menolak pemerintah yang otoriter. Sebab pemerintah yang otoriter akan mementingkan kepentingannya sendiri ketimbang rakyatnya,” ia melanjutkan.

Ia mengingatkan tentang sejarah. Sejarah yang mestinya tidak berulang—kepada Soekarno. Dimana Soekarno dilengserkan akibat geopolitik (saat itu).

“Maka kita harus belajar dari sejarah itu. Bung Karno pun sudah mengingatkan (jas merah),” kata Hasto.

Maka menurut dia, demokrasi yang ada saat ini harus terus diperjuangkan, sebagaimana Megawati yang pernah menulis surat untuk hakim MK terkait Pilpres 2024 ini.

“Kebenaran akan selalu menang. Kita pun mengusung Ganjar-Mahfud karena kondisi Indonesia belakangan ini telah diwarnai penyalahgunaan kekuasaan,” papar Hasto.

(Rob/parade.id)

Exit mobile version