Site icon Parade.id

Harga BBM Naik karena Harga Crude Naik, Kata Pengamat

Foto: dok. detik.com

Jakarta (PARADE.ID)- Pengamat politik, sekaligus mantan Stafsus MenESDM, Muhammad Said Didu mengatakan bahwa kenaikan harga BBM sudah jelas penyebabnya, yaitu karena harga crude naik menjadi sekitar $110 per barel. Namun, yang menjadi pertanyannya adalah, mengapa saat harga crude anjlok menjadi sekitar $20, BBM tidak diturunkan.

Berikut pembahasan rinci Said Didu tentang solar dan pertalite, kemarin, lewat akun Twitter-nya:

#antriBBM Kenapa harga BBM naik, kenapa solar dan petralite kosong di berbagai daerah, apa penyebabnya, siapa yg bertanggungjawab dan bagaiman solusinya.

Kenaikan harga BBM sudah jelas penyebanya yaitu krn harga crude naik menjadi sktr $ 110 per barrel yg jadi pertanyaan kenapa saat harga crude anjlok menjadi sktr $ 20 BBM tdk diturunkan ? Yg akan saya bahas rinci adalah tentang solar dan petralite.

Seperti diketahui bhw asumsi harga crude di APBN 2022 adlh $ 63 per barrel dg harga tsb harga solar subsidi Rp 5.150 dg subsidi tetap Rp 500 per liter. Artinya harga keekonomian solar jika harga crude sktr $ 60 per barrel adlh Rp 5.650 per liter.

Jika harga crude sktr $ 110 per barrel dg kurs $ sktr Rp 14.500 maka harga keekonomian solar menjadi sktr Rp 13.000 per liter. Nah – selisih harga sktr Rp 8.000 per liter dg solar bersubsidi inilah menjadi sember permasalahan. Demikian juga halnya dg petralite

Biar jelas bhw formula sederhana harga BBM Indonesia : (harga crude x kurs) + harga bhn baku tambahan + biaya pengolahan + biaya transportasi + biaya penyimpanan + biaya penyusutan + PPN + pajak daerah + marjin produsen + marjin SPBU.

BBM jenis petralite saat ini belum jelas, apkh menjadi BBM bersubsidi atau BBM penugasan utk menggantikan BBM Premium, krn dalam APBN 2022 jenis BBM bersubsidi adlh premium tp saat ini premium “dihilangkan” di pasar. Blm ada keputusan resmi ttg petralite

Bagi pemerintah, kenaikan harga crude justru menguntungkan. Dengan produksi 700.000 barrel/hari, setiap kenaikan $ 1 menaikkan pendapatan (tmsk pajak) sktr Rp 3,0 trilyun. Jika harga sktr $ 100, asumsi APBN $ 63 maka kenaikan pendapatan sktr Rp 110 trilyun.

Artinya ada dana utk bisa subsidi BBM. Antri solar dan petralite karena stok berkurang – kenapa stok berkurang ? Akan diuraikan berikutnya.
Siapa yg bertanggung jawab thdp kekurangan stok ? Akan diuraikan butir bekutnya.
Bagaimana solusinya ? Akan diuraikan.

Penyebab antri solar penyebabnya adalah permintaan solar subsidi melebihi kuota solar subsidi dlm APBN. Diperkirakan banyak konsumen solar non subsidi “membeli” solar subsidi. Ini terjadi krn selisih harga antara solar subsidi dg non subsidi sktr Rp 8.000 per liter

Penetapan harga dan jumlah produk bersubsidi dlm APBN sbb :
Total nilai Subsidi = Kuota jumlah produk disubsidi x ((Harga Pokok Penjualan – Harga Penetapan Pemerintah) + marjin).
Artinya bhw total jumlah solar yg disubsidi penjualannya tdk boleh lbh dari kuota

Artinya jika pemerintah belum memutuskan penambahan kuota solar bersubsidi dan aparat blm berhasil menjaga “penyelundupan” solar bersubsidi maka @pertamina tidak boleh menambah supply solar bersubsidi-jika pertamina menyalurkan lbh dari kuota maka jadi pelanggaran.

Selain masalah kuota, @pertamina juga hadapi masalah kekurangan dana subsidi yg harus ditalangi oleh pertamina. Dana subsidi solar dlm APBN hanya Rp 500 per liter sementara selisih harga sdh sktr Rp 8.000 maka pertamina menalangi sktr Rp 7.500 per liter.

Dana talangan tsb baru akan dibayar oleh pemerintah stlh diaudit oleh BPK tahun berikutnya dan itu pun biasanya dicicil oleh pemerintah. Kejadian tsb selalu berulang shg utang pemerintah ke Pertamina umumnya di atas Rp 100 trilyun. Ini mengganggu cash pertamina

Masalah petralite lebih rumit dari solar krn petralite blm ditetapkan sbg BBM bersubsidi shg dibutuhkan keputusan pemerintah berupa :
1) total kuota petralite
2) kuota masing- masing daerah
3) harga petralite bersubsidi
apakah ada petralite non subsidi ?

Perkiraan saya, harga keekonomian petralite saat harga crude sktr $ 100 per barrel sktr Rp 12.000 per liter. Jika harga jual saat ini tdk berubah Rp 7.650 per liter maka diperlukan subsidi sktr Rp 4.

350 per liter. Kita menunggu berapa kuota dan dan dana subsidi

Jadi penyebab antri solar adlh:
1) kuota solar subsidi tdk mencukupi
2) dana subsidi solar dlm APBN tidak cukup
3) ditengarai konsumsi solar non subsidi beralih ke solar subsidi
4) pertamina makin berat menanggung talangan subsidi solar
Pemerintah hrs turub tangan

Penyebab antri peralite :
1) harga pertamax naik
2) blm ada kptsn resmi bhw petralite tmsk BBM subsidi/penugasan
3) blm ada kptsn besaran subsidi, harga jual, dan kuota petralit bersubsidi
4) dg harga skrg pertamina menanggung kerugian shg wajar mengurangi supply

Penanggungjawab keputusan utk menyelesaikan antri solar dan petralite :
1) penyediaan dana subsidi : Menkeu
2) penetapan kuota dan harga : MenESDM
3) Mekanisme pelaksanaan : MenBUMN/Pertamina
Tentunya harus mendapatkan persetujuan DPR-biasanya tinggal ketok palu

Sngat disayangkan bhw setiap ada gejolak kenaikan harga – justru keputusan kenaikan harga lbh diutamakan dibandingkan dg penyediaan produk bersubsidi bagi rakyat.
Ini terjadi pada kasus minyak goreng dan BBM.
Baran bersubsidi blm disiapkan tapi harga dinaikkan

Kesimpulan terjadinya antrian solar dan petralite :
1) lambatnya kptsb pemerintah ttg dana subsidi, kuota, dan harga.
2) pertamina tdk bisa menyelasaikan krn diluar kewenangannya dan tdk kuat menanggung kerugian.
3) tanpa subsidipun @ManCity akan juara BPL dan UCL

Exit mobile version