Jakarta (PARADE.ID)- Ekonom Faisal Basri meminta dengan sangat kepada pemerintah untuk tidak lagi memakai istilah gas dan rem dalam menghadapi Covid-19. Agar tidak ada lagi nyawa manusia yang (seperti) dijadikan trial and error alias coba-coba.
“Jika berbasis ilmu pengetahuan dan data yang akurat/kredibel, segala langkah niscaya terukur. Gas dan rem itu cerminan ugal-ugalan dan miskin perencanaan,” kata dia, baru-baru ini, di akun Twitter-nya.
Menurut dia, sebetulnya penyebaran Covid-19 bisa diprediksi dengan keakurasian tinggi kalau datanya kredibel.
“Jadi tak perlu gas dan rem, apalagi dilakukan mendadak. Akibatnya, ongkos ekonominya pun sedikit tinggi.”
Pemerintah yang dilihtnya terus saja fokus pada angka kesembuhan dan vaksin, mestinya juga memperhatikan kondisi sistem kesehatan, yang tampak dan dirasa sudah di ambang kolaps tak kunjung direspons secara proper.
Faisal tampaknya sudah gelisah betul dengan pandemi yang melanda Indonesia—berdampak ke ekonomi. Ditambah lagi paripurna sudah, semua provinsi (34) dan semua kabupaten/kota (514) telah terjamah Covid-19.
Data itu ditengoknya di website kemkes.go.id hari ini (kemarin, red.), jumlah kabupaten/kota terdampak turun lagi, kembali ke 510.
(Rs/PARADE.ID)