Jakarta (PARADE.ID)- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) mengatakan bahwa keanekaragaman hayati dan sumber daya genetik yang dimiliki Indonesia, selain menjadi potensi yang luar biasa untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia juga menjadi menarik bagi negara-negara yang tidak memiliki sumber daya tetapi memiliki teknologi untuk dapat memanfaatkannya.
“Hal ini menjadi tantangan dan ancaman bagi kita apabila tidak mampu mengelolanya dengan baik,” kata dia, Rabu (24/3/2021), di akun Twitter-nya.
Oleh karena itu, kata dia, potensi keragaman genetik Indonesia harus dijaga dan dicegah agar tidak beralih kepada pihak asing tanpa sepengetahuan atau persetujuan pemerintah.
Atas dasar hal tersebut, lanjut dia, maka perlu ada kesepahaman dalam kesepakatan terhadap penentuan prioritas pemerintah dalam menyikapi posisi Indonesia terhadap negara lain dalam kerangka kesepakatan global dibidang sumber daya genetik.
“Karena sudah terjadi beberapa kasus pencurian sumber daya genetik (biopiracy) oleh peneliti asing, serta mungkin masih banyak lagi kedepannya jika kita tidak segera mengantisipasi soal pengalolaan sumberdaya genetik kita.”
Menurutnya banyak hal yang perlu dikembangkan terkait dengan pengaturan atas pemanfaatan sumber daya genetik, sehingga diperlukan kesepahaman antar Kementerian/Lembaga agar mampu melindungi keberadaan kekayaan keanekaragaman hayati sebagai asset negara untuk masa kini dan masa depan.
Padahal banyak peneliti kita sebenarnya telah mampu mengungkap potensi sumber daya genetik Indonesia. Potensi-potensi tersebut harus terus kita cari dan kembangkan, sehingga sumber daya genetik Indonesia dapat dijadikan sebagai modal/asset (natural capital) yang dirasakan secara nyata.
“Hal ini saya sampaikan dalam FGD yang digelar @KementerianLHK bertema Geopolitik dan Perlindungan Sumberdaya Genetik di Indonesia, melibatkan Kementerian Luar Negeri dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), serta narasumber dari 11 K/L terkait untuk menyamakan persepsi.”
FGD ini diselenggarakan selama dua hari pada tanggal 23-24 Maret 2021 secara hybrid, tatap muka (untuk pembicara) dan on-line (untuk Peserta).
FGD hari pertama ini dihadiri oleh sekitar 4.021 orang peserta secara online yang terdiri dari perwakilan Kementerian/Lembaga, Akademisi dan Pakar, serta praktisi di bidang sumber daya genetik.
(Rgs/PARADE.ID)