Jakarta (PARADE.ID)- Keberadaan buzzer dipertanyakan oleh ustaz Tengku Zulkarnain, untuk menghadapi para koruptor. Pasalnya, sejauh ini, yang ia nilai kerap kencang dengan persoalan lain seperti teroris, bungkam untuk persoalam korupsi.
“Kenapa kasus ‘maling’ BLBI di SP3 Buzzers pada senyap? Maling maling Jiwasrlraya, Asabri, BPJS Tenaga Kerja, Pelindo II, Kasus Kondensat 35 trilyun. Saat Harun Masiku menghilang, Buzzers juga senyap,” ungkapnya, Ahad (4/4/2021), di akun Twitter-nya.
Beliau menduga buzzer yang selama ia anggap kencang justru sebaliknya.
“Apa memang pro maling? Yg dibahas RADIKAL RADIKUL melulu…”
Padahal, lanjut dia, era reformasi telah menelurkan keputusan MPR bahwa korupsi adalah kejahatan luar biasa. Tapi, kata dia, di rezim ini KPK untuk pertama kali menerbitkan SP3 kepada tersangka BLBI.
“Apa, kenapa serta ada apa? Pertanyaan yg menggelayut di hati manusia yg masih punya hati nurani. Masihkah korupsi musuh atau teman?”
Belum lama ini, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menerbitkan Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan (SP3) kasus BLBI yang menjerat Sjamsul Nursalim.
Sjamsul sebelumnya berstatus tersangka bersama istrinya, Itjih Nursalim, dalam kasus dugaan korupsi terkait Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
Sjamsul dan Itjih dijerat sebagai tersangka karena diduga menjadi pihak yang diperkaya dalam kasus BLBI yang terindikasi merugikan keuangan negara Rp4,58 triliun. Demikian dikutip detik.com.
Sjamsul merupakan pemegang saham pengendali Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI).
Saat itu Sjamsul dan Itjih dijerat dengan Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
Namun keberadaan keduanya sampai saat ini belum dalam genggaman KPK. Diketahui Sjamsul dan Itjih berada di Singapura tetapi belum dapat dijerat KPK.
(Rgs/PARADE.ID)