Jakarta (PARADE.ID)- Mantan Anggota DPR RI, Aqsanul Qosasih mengatakan bahwa kondisi PT Krakatul Steel (KS) yang saat ini sedang mengalami kesulitan karena adanya “miss-invest” atas keinginan muluk yang tidak direncanakan secara baik.
Padahal, dalam sejarahnya, kata dia, KS merupakan proyek baja Trikora yang dirintis Bung Karno pada tahun 1960 agar Indonesia memiliki pabrik baja yang mendukung pembangunan nasional.
“Pembangunan Blast Furnace Complex, akhirnya membebani KS hingga kini. Ada 5 plant (Pabrik), yg dibangun dikompleks 2.700 Ha ini: Raw Material Storage (RMS), Sinter Plant (SP),
Coke Over Plan (COP), Blast Furnace Plant (BFP),
Hot Metal Treatment Plant (HMT) & Fas penunjang,” ungkapnya, kemarin, Kamis (9/12/2021).
“Didasari keinginan menghasilkan 1,2 jt Ton Hot Metal, meningkatkan produksi Slab dan menurunkan biaya operasi 58 U$/Ton, Blast Furnace Complex, butuh biaya Rp 6 T, yg membengkak mjd Rp 12 T, krn tak kunjung selesai,” tertulis demikian di akun Twitter-nya.
Tapi sementara hasil Feasibility Study (FS) merekomendasi tidak layak.
“Feasibility Study (FS) 2 x dilakukan, hasilnya menyimpulkan NPV Negatif (tidak layak).”
Pada tahun 2011 disebutkan olehnya dilakukan FS ke-3 yang tidak berkesimpulan dan proyek tetap dilanjutkan.
“Jadi BFC ini adalah keputusan yg didasarkan pada keinginan Direksi PT KS (BUMN), bukan pada Kebutuhan pasar.”
Pemeriksaan BPK RI, menemukan bahwa Pembuatan FS ke-3 dibuat setelah ditunjuk Pemenang tender, pada Maret 2011. FS ke-3 ini hny berupa estimasi Investment Cost, tanpa sensitifity analysis.
“Pemeriksaan dilakukan 2016, terdapat 14 temuan dan hasilnya sdh disampaikan kpd DPR dan Pemerintah.”
BFP ini disebutnya bergantung pada gas, tetapi, supply gas tidak direncanakan dengan baik, Konsorsium Aneka Gas yang ditunjuk, tidak kunjung menyelesaikan Buffer Tank yang sudah ditunggu selama 2 tahun.
“Akhirnya dibuatlah konsorsium baru yg mengakibtkan harga gas tdk sesuai harapan (U$8). tdk effisien.”
Jadi, menurut dia, Blast Furnace ini sebaiknya dihentikan, karena Neraca PT KE (anak Persh KS), defisit Rp 500 M/th dan membebani KS sebagai Induk, dan utang KS membengkak menjadi Rp31 trilium. Dan Direksi sekarang mestinya berusaha benahi, Ebitda negatif, rugi, tapi PT KS tak boleh bangkrut. Harus diselamatkan.
“Saat ini Direksi sdg mencari Investor, (msh MOA).
MCB dr Negara dan rencana right issue pasti mjd pertimbangan Positif Investor.”
Kata dia, jangan berbicara bangkrut tentang KS, karena jika KS tak beroperasi, maka kita akan import Baja 6 juta Ton/thn. Dan ini mengkhianati cita-cita pendahulu (Bung Karno).
“Keinginan Bung Karno utk memiliki Pabrik Baja Nasional yg tangguh, tak bisa kita jaga, tapi kita tak boleh menyerah.”
KS wajib kita perbaiki, selain PMN disiapkan, harus ada Political Will yang kuat dari Pemerintah (Negara) dengan mengerahkan semua kebutuhan Baja Domestik melalui KS. Terhadap penyimpangan yang telah terjadi, menurut dia menjadi tugas APH untuk menindaklanjuti.
“Tugas Pemerintah (cq Kementrn BUMN-Direksi) dan kita semua utk memperbaiki, agar PT KS ini bisa kembali mjd andalan Negara dlm Produksi Baja Nasional, sbgmn cita2 Bung Karno.
Semoga.”
(Sur/PARADE.ID)