Site icon Parade.id

Kritisi Demokrsi, SBY: Tidak Berarti Sistem Oligarki Lebih Baik

Foto: Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dok. pikiran-rakyat.com

Jakarta (PARADE.ID)- Mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengkritisi sistem demokrasi. Dan itu bisa dilihat dari drama politik di AS.

Pertama, sistem demokrasi tidaklah sempurna, terutama implementasinya. Ada wajah baik dan wajah buruk dalam demokrasi.

“Namun, tidak berarti sistem otoritarian & oligarki lebih baik,” kata dia, Kamis (20/1/2021), di akun Twitter-nya.

Kedua, lanjut dia, di era “post-truth politics”, ucapan pemimpin (presiden) mestinya benar dan jujur. Kalau tidak, dampaknya sangat besar. Ucapan Trump bahwa pilpresnya curang (suaranya dicuri) timbulkan kemarahan besar pendukungnya.

“Terjadilah serbuan ke Capitol Hill yg coreng nama baik AS. *SBY*.”

Ketiga, “post-truth politics” (politik yang tidak berlandaskan pada fakta), termasuk kebohongan yang sistematis dan berulang, pada akhirnya akan gagal. Pemimpin akan kehilangan “trust” dari rakyatnya, karen mereka bisa bedakan mana yang benar (faktual) dengan yang yang bohong (tdk faktual).

“Keempat, tiap di pemilu ada yg menang, ada yg kalah. Meskipun berat & menyakitkan, siapapun yg kalah wajib terima kekalahan & ucapkan selamat kpd yg menang. Itulah tradisi politik & norma demokrasi yg baik. Sayangnya, sbg champions of democracy, ini tdk terjadi di AS skrg.”

Menurut SBY kali ini pergantian kekuasaan yang damai (smooth dan peaceful) tak terjadi di AS. Transisi kekuasaan dibarengi luka, kebencian dan permusuhan.

Dan ini petaka bagi AS yg politiknya terbelah (deeply divided). Energi Biden bisa habis untuk satukan AS hadapi tantangan ke depan.

Terlihat ketika jelang pelantikan Biden, Washington DC mencekam, banyak barikade dan dalam pengamanan ketat 25.000 tentara.

“Siapa ancamannya ? Kali ini bukan musuh dr luar, spt biasanya, tapi “teroris domestik”. Ini titik gelap dlm sejarah AS. Juga warisan buruk yg ditinggalkan Trump.”

Namun demikian, setiap krisis selalu ada pahlawannya. Tapi respek kepada Wapres Mike Pence yang tunjukkan karakter kesatrianya dengan menerima hasil Pilpres yang lalu meskipun kalah.

“Dia tolak “perintah” Trump utk ubah hasil pemilu krn tak berdasar. Dia hormati konstitusi & demokrasi.”

Pence pun dianggap bukan orang yang memiliki tipe haus kekuasaan. Dia tak memanfaatkan kesempatan untuk ambil alih kepemimpinan meskipun diminta secara resmi oleh DPR AS (sesuai amandemen ke-25 konstitusi AS).

“Pence menolak, karena bukan itu yg terbaik bagi bangsa AS.”

(Robi/PARADE.ID)

Exit mobile version