Jakarta (parade.id)– Puluhan mahasiswa dari perguruan tinggi swasta Jakarta mengadakan nonton bareng (nobar) dan diskusi Debat Kelima Calon Presiden (Capres) Pemilu 2024, Ahad (4/1/2024) malam, di wilayah Tebet, Jakarta Selatan.
Dari salah satu mahasiswa yang hadir pada nobar dan diskusi, ada yang memelesetkan Kemhan menjadi Kementerian Makan-makan. Mahasiswa itu bernama Oji.
Oji memelesetkan kepanjangan dari Kemhan, karena Prabowo Subianto yang seorang Menhan sekaligus Capres 2024 itu saat debat tidak satu kali membahas makan dan makan.
“Karena dari tadi yang dia (Prabowo) bahas hanya makan dan makan saja. Prabowo ini pantas menjadi presiden dan Kemenkan (Kementerian Makan-makan),” kata Oji, menanggapi salah satu narasumber pada saat diskusi, ketika sesi tanya jawab antara Capres Ganjar dengan Prabowo..
Kemudian, pleseteannya itu ditanggapi oleh Augustine dari Law Gender and Society. Menurut dia, apa yang diplesetkan Oji rasanya memang demikian.
“Saya rasa memang lebih pantas menjadi kementrian makan-makan, ya. Tapi jangan sampai nanti proyek pengadaan makannya dikuasai oleh kolega-koleganya saja,” tanggapannya.
Soal lain, ia merasa kecewa dengan apa yang disampaikan oleh Prabowo dan capres lainnya, ketika menyinggung peran perempuan.
“Sebagai seorang yang fokus untuk urusan gender, saya juga kecewa ya, terhadap statement-statement Pak Prabowo yang terkesan menjadikan perempuan sebagai alat produksi anak saja. Dan paslon lain pun sama, tidak bicara banyak tentang kesetaraan gender,” tambahnya.
Narasumber lain, Jack, mahasiswa Unas mengomentari perihal rencana pengadaan pembangunan rumah sebanyak 3 juta oleh salah satu pasangan calon, dengan menyinggung kinerja birokrat.
“Banyak koruptor-koruptor kecil di lapis bawah yang harus dibersihkan terlebih dahulu. Saya ini orang kampung. Saya paham betul bagaimana bobroknya birokrasi di kampung-kampung karena banyaknya koruptor-koruptor kecil. Ini yang harus dibasmi dulu. Kalau sudah terbasmi, jangankan 3 juta rumah, lebih banyak dari itu pun bisa terealisasikan,” tegasnya.
Sementara itu, Aal, mahasiswa Trilogi menyinggung pasangan calon yang menyampaikan kegelisahannya terhadap kurangnya tenaga medis. Menurut dia, hal itu lantaran biaya kuliah kedokteran yang cukup mahal.
“Coba kalau biaya kuliah kedokteran itu bisa dimurahkan, tentunya banyak yang mau ambil jurusan kedokteran dan melahirkan dokter-dokter baru,” ia menyampaikan.
“Mahalnya biaya kuliah kedokteran di Indonesia yang membuat kurangnya tenaga medis professional di negeri ini, karena biaya untuk itu bisa mencapai 1-2 miliar,” ia menambahkan.
Tema yang dibahas pada debat terakhir yaitu kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi.
Puluhan mahasiswa yang nobar itu dari Trisaksi, Unas, UPN VJ, Trilogi, Blok Politik Pelajar, dan lainnya.
(Rob/parade.id)