Site icon Parade.id

Mengenal Sistem Tiang Pancang Sosrobahu

Foto: penemu teknik konstruksi Sosrobahu, Ir. Tjokorda Raka Sukawati, dok. akun Twitter @KemenPU

Jakarta (PARADE.ID)- Sosrobahu adalah sistem tiang pancang. Sosrobahu memiliki arti yakni seribu pundak. Sistem ini adalah buah pikir anak bangsa yang terinspirasi dari dongkrak hidrolik mobil dan mendapat hak paten dari berbagai negara.

Salah satu contoh bangunan yang menggunakan sistem Sosrobahu adalah jalan tol layang Jakarta-Cikampek atau jalan tol layang Tanjung Priok-Cawang (tol Wiyoto Wiyono).

Teknik konstruksi ini ditemukan oleh Ir. Tjokorda Raka Sukawati. Bermula pada tahun 80-an, akan dibangun jalan tol dari Cawang ke Tanjung Priok sepanjang 16,5 km guna mengatasi kemacetan pada wilayah tersebut.

Pembangunannya dituntut tidak mengganggu arus lalu lintas. Apabila proses pembangunan menggunakan konstruksi metode konvensional, dipastikan kemacetan akan makin parah.

Pada saat itu, ditemukan alternatif konstruksi, yaitu metode gantung seperti yang dilakukan di Singapura. Demikian dikutip akun Twitter resmi Kemen PUPR, @KemenPU, Ahad (3/7/2022).

Namun metode ini dinilai lebih mahal. Ir. Tjokorda yang saat itu direktur perusahaan BUMN bidang konstruksi yang menangani proyek tersebut mengajukan gagasan agar tiang jalan dicor sejajar terlebih dahulu, lalu diputar 90 derajat sehingga tidak mengganggu lalu lintas di bawahnya.

Ide besar ini lahir ketika Tjokorda memperbaiki kendaraannya, hidung mobil Mercedes buatan 1974-nya diangkat dengan dongkrak sehingga dua roda belakang bertumpu di lantai yang licin akibat ceceran tumpahan oli secara tidak sengaja.

Begitu mobil itu tersentuh, badan mobil berputar dengan sumbu batang dongkrak.

Satu hal yang ia catat, dalam ilmu fisika, dengan meniadakan gaya geseknya, benda seberat apa pun akan mudah digeser.

Kejadian ini memberikan inspirasi bahwa pompa hidrolik bisa dipakai untuk mengangkat benda berat dan bila bertumpu pada permukaan yang licin, benda tersebut mudah digeser.

Lalu Ir. Tjokorda membayangkan menggeser lengan beton dengan berat berton-ton menggunakan prinsip ini.

Saat itu, Ir. Tjokorda berhasil membuat landasan putar yang memungkinkan tiang pier head seberat 488 ton ini berputar di atas kepala pier shaft.

Tanggal 27 Juli 1988 menjadi hari yang bersejarah bagi Ir. Tjokorda Raka Sukawati. Untuk pertama kalinya Sosrobahu akan diujicoba.

Dengan hati berdebar, ia menyaksikan tiang horizontal sepanjang 22 meter itu perlahan berputar.

“Jika tiang itu tidak berputar, saya akan mengundurkan diri. Malu saya,” katanya.

Tapi Ir. Tjokorda tidak perlu mengundurkan diri. Sosrobahu hasil ciptaannya mencatat sukses.

Sejak itu penemuan ini diterapkan di AS, Filipina, Malaysia, Thailand, & Singapura, dll. Salah satunya adalah jalan layang terpanjang di Metro Manila, yakni ruas Vilamoura-Bicutan.

Di Filipina teknologi ini diterapkan di 298 tiang jalan. Sedangkan di Kuala Lumpur, di 135 tiang.

(Rob/PARADE.ID)

Exit mobile version