Site icon Parade.id

Menyoal Peta Jalan Pendidikan Nasional 2020-2035 yang Disusun Kemendikbud

Foto: politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera

Jakarta (PARADE.ID)- Ketua DPP Mardani Ali Sera menyoal Peta Jalan Pendidikan nasional 2020-2035 yang disusun oleh Kemendikbud. Penyusunan itu tengah ramai karena terkait pelajaran agama.

“Ada beberapa catatan, tp apresiasi penyerdehanaan yang dilakukan Kemendikbud dgn membuat kurikulum lebih fleksibel dan sederhana dengan orientasi kompetensi,” cuitannya, Selasa (9/3/2021).

Hal tersebut menurut Mardani terlihat progresif dan transformatif—harapannya mampu mengarahkan pendidikan Indonesia menjadi lebih adaptif.

“Penyerdehanaan konten materi dengan fokus pada literasi & numerasi, pengembangan karakter sampai berbasis kompetensi mesti segera dilakukan.”

“Lalu sekolah penggerak yang direncanakan jg patut ditunggu karena akan fokus membentuk siswa yang akhlakul karimah, mandiri sampai bernalar kritis.”

Itu menurutnya suatu output yang pas dalam dunia pendidikan. Sebab akhlak menurut dia harus dipahami sebagai hubungan antara makhluk (manusia) dengan sang khalik (pencipta semesta) dan makhluk (manusia) dengan makhluk lainnya sesuai yang diinginkan khalik (pencipta semesta).

“Namun bukan berarti tidak menyisakan berbagai tantangan. Tentu situasi pandemi menjadi tantangan tersendiri bagi kreativitas setiap individu dalam menggunakan teknologi untuk mengembangkan dunia pendidikan.”

Perhatikan Kondisi Geografis

Peta jalan Pendidikan dalam pemenuhan infrastruktur menurutnya juga mesti memperhatikan kondisi geografis Indonesia. Juga turut kembangkan bakat minat pelajar karena desain sistem pendidikan kita selama menurutnya ini masih terfokus pada materi ajar.

Pun dengan daya saing perguruan tinggi hingga dosen Indonesia di luar negeri juga mesti ditingkatkan.

“Mengingat ke depan banyak tantangan yang akan bangsa kita hadapi karena pertumbuhan usia bangsa. Transformasi sampai adaptasi diperlukan untuk mempersiapkan SDM guna menyambut Indonesia Emas 2045.”

Salah satu poin pentingnya, kata dia, bonus demografi mesti dimanfaatkan melalui peningkatan kualitas pendidikan. Tidak ada tawar menawar, hal tersebut merupakan kunci untuk menjawab perubahan zaman.

Hal lain, Organisasi Kemahasiswaan juga memiliki peran penting untuk memberikan masukan kepada pemerintah, katanya.

Tidak hanya transmisi pengetahuan, tapi juga bagaimana memastikan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik. Perlu diingat, di abad ke-21 ini self-directed learning sebagai outcome dari edukasi merupakan keterampilan yang paling penting

Hal itu, kata Mardani, sesuai dengan keinginan Presiden Jokowi yang fokus pada peningkatan SDM: berikan ruang peran kepada organisasi kemahasiswaan untuk ikut andil dalam pengembangan kapasitas kemahasiswaan.

“Ruang aspirasi, aktualisasi dan gagasan positif lainnya mesti diberikan melalui kegiatan yg relevan dengan tujuan pendidikan nasional.”

(Rgs/PARADE.ID)

Exit mobile version