Site icon Parade.id

Merdeka Belajar, Mendikbud Ristek Bicara Dana Abadi Perguruan Tinggi

Foto: [tangkapan layar] Mendikbud Ristek Nadiem Makarim di acara "Merdeka Belajar Episode Kedua Puluh Satu: Dana Abadi Perguruan Tinggi", di akun YouTube Kemendikbud RI, Senin (27/6/2022)

Jakarta (PARADE.ID)- Mendikbud Ristek, Nadiem Makarim bicara soal dana abadi perguruan tinggi. Menurut dia, investasi di pendidikan kita punya dampak terbesar dan tercepat dari semua investasi pendidikan.

“Mungkin kalau kita mau melihat jangka panjang, investasi pendidikan PAUD dan lain-lain itu lebih besar,” kata dia, dalam acara Merdeka Belajar Episode Kedua Puluh Satu: Dana Abadi Perguruan Tinggi, Senin (27/6/2022).

Tapi, katanya, kalau kita investasi lebih cepat dan dirasakan, pendidikan tinggi adalah cara tercepat untuk membangun ekonomi kita, untuk membangun Negara kita.

“Tapi kenyataannya dan harus menyadari bahwa Indonesia itu masih jauh sekali dibandingkan dengan negara-negara lain, dari sisi pendanaan pendidikan tinggi kita,” demikian yang disiarkan lewat akun YouTube Kemendikbud RI.

Rata-rata pengeluaran absolut pendidikan tinggi (per lulusan) di beberapa negara tahun 2020, di mana kita masih di bawah India (3.000 dolar). Padahal India negara dengan populasi lebih besar dari kita dan dengan tingkat kemiskinan yang tinggi juga. Sedangkan Indonesia hanya 2.000 dolar.

“Kontribusi persentase untuk PDB, untuk meningkatkan pendanaan perguruan tinggi, kita harus menggalang kolaborasi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Poin kami adalah perjalanan kita masih jauh untuk bisa meningkatkan anggaran,” terangnya.

Kalau kita hanya bergantung kepada pemerintah serta sektor publik terhadap pendanaan ini, katanya, kita takkan sampai-sampai. Jadi poin pentingnya dia adalah kita butuh jauh lebih mahir, jauh lebih siap, dan jauh lebih berusaha agar kita bisa mendapatkan pendanaan dari sektor swasta, dari sektor alumni, dan lain-lain.

Dengan kolaborasi yang kuat dengan sektor-sektor tersebut, lanjut dia, Indonesia ini memiliki kesempatan mengejar ketertinggalan. Saat ini tambahan dana signifikan hanya bisa terjadi kalau ada kolaborasi dengan pihak swasta.

“Dan ini adalah poin mengenai Merdeka Belajar di episode 21 ini: bagaimana caranya pemerintah bisa mendukung universitas-uiversitas kita untuk bisa menggalang dana dari pihak swasta, dari alumni, daripada selalu mengandalkan dua hal, yakni dana dari pemerintah atau dana dari UKT. Dan itu yang benar-benar misi kita hari ini: bagaimana kita mulai melakukan transformasi,” paparnya.

Ia mencontohkan, bahwa semua universitas kelas dunia mampu menggalang dana dari alumni dan masyarakat untuk kebutuhan operasional dan dana abadiny. Seperti Universitas Massachussets Institute of Technology (MIT), Universitas Nanyang Technological (NTU) Singapore, dan Universitas Harvard Business School.

“Di sini kita melihat angka-angka fantastis. Di tahun 2022, MIT itu mendapat 80 juta dolar (target donasi). Alumni yang menyumbang sebanyak 40.000 orang. Dan hampir selalu tercapai. 40 juta dolar untuk NTU Singapore (tahun 2021). Harvard 162 juta dolar (tahun 2021). Pendonasinya 10.500 alumni,” katanya.

“Jadi kalau kita lihat, kita sebenarnya mampu. Bisa. Tapi kita semua harus bergerak serentak, termasuk dukungan pemerintah untuk mendukung inisiatif ini agar kesadaran Bapak/Ibu sebagai Pimpinan Perguruan Tinggi menyadari bahwa fundrising di luar dari sektor pemerintahan ataupun langsung dari mahasiswa merupakan hal yang begitu penting,” sambungnya.

Oleh karena itu, Kemendibud Ristek mendorong, perguruan tinggi kita untuk membuat dana abadinya sendiri. Kisaran di tahun 2022 bunga dari anggaran principle Rp445 miliar. Kemudian untuk tahun 2024 Rp500 miliar. Ini proyeksi kita dari kelola dana Rp7 triliun.

“Dengan dukung dari Kemenkeu, LPDP sudah menyiapkan dana abadi Rp7 triliun yang akan disalurkan kepada PTNBH yang berhasil menggalang dana dari masyarakat. Rp7 triliun ini yang akan dikelola oleh LPDP. Dan bunganya setiap tahunnya akan disalurkan ke PTNBH yang berhasil meningkatkan dana abadinya masing-masing,” pungkasnya.

Hadir dalam acara tersebut Menteri Keuangan RI Sri Mulyani, Pimpinan Komisi X DPR RI, Direktur Utama LPDP Andin Hadiyanto, Sekjend Kemendikbud Ristek Suharti, Plt. Dirjen Dikbud Ristek Nizam, dan beberapa pimpinan perguruan tinggi.

(Rob/PARADE.ID)

Exit mobile version