Site icon Parade.id

‘Ngemis’ Jabatan

Jakarta (PARADE.ID)- Saya sih nggak kaget lihat ada tokoh2 top, yang seliweran di media, entah itu profesor, ketua organisasi apalah, pengamat inilah, itulah, yang diam-diam ternyata, ‘ngemis’ minta jabatan.

Sorry, kalau ada yang tersinggung dengan kata ‘ngemis’ tersebut. Tapi sy susah nyari padanan kata lain yang lebih akurat.

Orang2 ini, bikin CV, lantas dia kirim lamaran itu ke pejabat2 politik. Ada yang melamar jadi Menteri, ada yang melamar jadi komisaris, ada yang melamar jadi Direktur BUMN, dll, dsbgnya. Bahkan termasuk posisi jabatan di bawah itu, juga bisa. Tak jadi Menteri, jadi dubes jadilah. Tak jadi dubes, posisi lain jadilah. Tak jadi Komisaris di BUMN top, di anak perusahaan BUMN juga tidak masalah.

Dari dulu kelakuan ini sudah ada. Titip temannya, tolong dong bilang ke pak bos, sy rela mengabdi kepada bangsa dan negara. Syukur2 dikasih komisaris Pertamina, PLN atau bank mandiri, dkk. Titip salam lewat koleganya, lingkaran ring pertama, bilang dong ke pak bos, sy sungguh siap mengabdikan diri saya untuk rakyat banyak. Syukur2 dikasih posisi menteri. Sungguh, jiwa dan raga sy untuk Indonesia tercinta. NKRI. Saya pancasila.

Itu tidak mengagetkan. Termasuk jika pelakunya adalah orang2 yg kalian sangka punya kehormatan diri, tidak akan menawarkan dirinya. Boleh jadi, dia termasuk yang sibuk bikin CV, ngirim lamaran. Apalagi yang ember, bergaya menghabisi lawan2 politik pak bos, dll, dsbgnya. Lebih2 yg model begini.

Boleh sih melamar pekerjaan, boleh. Tidak ada yang melarang. Dalam dunia profesional, bahkan mau jadi pembantu rumah tangga saja jaman now pakai melamar segala. Ada CV dll.

Tapi seriusan, dari mana kita mewarisi hal ini. Karena semoga kita tidak lupa hakikat jabatan publik. Itu amanah. Duuh, kalau kita tahu betapa berat tanggung-jawab mengemban jabatan publik, kita tidak akan rebutan. Kita justeru malu, takut, menghindar. Entah kenapa sifat2 terbaik dari founding fathers kita dulu kok nggak ditiru. Cobalah tiru ahklak Mohammad Hatta misalnya. Dia mundur dari posisi wapres. Lah, kamu, kok berebut posisi. Tirulah bapak bangsa negeri ini.

Atau kita itu memang manis diluar, tapi di dalam, ssst, hanya sibuk mengincar jabatan saja. Rela jadi ‘anjing’ yang menggigit siapapun, agar besok2 Tuan memperhatikan, lantas jadilah pejabat. Bahkan cukup jadi level komisaris di anak-anak-anaknya BUMN sudah sujud syukur. Mau begitu? Kan seharusnya tidak begitu.

Sungguh, kita bisa menyerahkan jiwa dan raga kita untuk NKRI ini tanpa harus jadi pejabat. Ayolah, tidak perlu drama sok patriot, dsbgnya. Apalagi halu merasa paling kompeten, paling pantas mengisi posisi tsb. Seriusan, apakah dulu Mohammad Natsir, dkk mencontohkan ini?

Mengabdi kepada negara itu simpel. Misalnya, lapor SPT 2020. Tidak perlu jadi Menteri, atau komisaris BUMN dgn gaji puluhan milyar setahun. Itu sih, jangankan kamu, dgn gaji sebesar itu, semua orang mendadak siap memang mengabdi kepada bangsa dan negara.

*Tere Liye, penulis novel ‘Pulang-Pergi’

 

Exit mobile version