Site icon Parade.id

Ojol Tuntut THR Tuntutan “Nyeleneh”, Kata Ketua Presidium KON

Foto: Ketua Presidium KON Andi Kristiyanto, dok. istimewa

Jakarta (parade.id)- Ojek online (ojol) tuntut Tunjangan Hari Raya (THR) tuntutan “nyeleneh”. Hal itu disampaikan Ketua Presidium Koalisi Ojol Nasional (KON) Andi Kristiyanto lewat keterangan persnya kepada media, Kamis (20/2/2025).

“Isu THR dengan segala tuntutan aksinya merupakan hal yang ‘nyeleneh’ dan hanya memberikan harapan palsu kepada mitra pengemudi ojol, serta terkesan mengada-ada,” kata Ketua Presidium KON, Andi.

“Kami, KON, menduga adanya unsur politis dan rekayasa pada aksi tersebut. Dugaan itu muncul bukan tanpa alasan,” imbuh Andi.

Alasan pertama kata Andi, bahwa hubungan mitra pengemudi ojol dengan aplikator adalah kemitraan dan masuk dalam kategori Pekerja Gigs. “Tidak mungkin juga jika isu dan tuntutan aksi yang digelar kemarin tanpa dikaji terlebih dahulu, dan saya yakin sejatinya kawan-kawan SPAI tahu,” kata Andi.

“Karena dalam pekerjaannya bersifat independen, temporer, berdasarkan proyek jangka pendek, serta jadwal dan ruang kerja yang relatif fleksibel. Jadi secara pola pikir rasional mustahil dengan status ojol yang saat ini berstatus mitra dapat menerima THR dari dari aplikator,” tambahnya.

Alasan kedua yang menurut Andi politis dan rekayasa yakni terkait massa aksi yang berdemo di Kemnaker.

“Jika kita lihat Jumlah peserta atau massa aksi yang hadir bisa dikatakan cenderung sangat sedikit dan sangat tidak meresprentasikan kawan-kawan mita pengemudi ojol lainnya, membuat sekelas Wamen bahkan Menterinya ‘kebakaran jenggot’ mau turun untuk menemui mereka,” kritik Andi.

“Padahal pernyataan Wamen dan Menaker sudah sangat jelas bahwa beliau sudah beberapa kali bertemu untuk membuka ruang diskusi kepada perwakilan peserta aksi. Harusnya kan sudah tuntas mengenai aspirasi itu tanpa harus menggelar aksi massa,” sambungnya.

Berbau politis lainnya menurut KON kata Andi adalah aksi Serikat Pengemudi Angkutan Indonesia (SPAI) pada 17 Februari 2025 itu bersamaan dengan aksi mahasiswa.

“Menurut kami di sinilah dugaan bahwa aksi ini mengandung unsur politis—di hari yang bersamaan dengan aksi tersebut ada 2 (dua) aksi di tempat berbeda, yang salah satunya digelar oleh mahasiswa—yang menjadi pertanyaan, kenapa hampir seluruh media tertuju hanya di salah satu titik aksi yaitu Kementerian Tenaga Kerja, lokasi di mana aksi kawan-kawan SPAI digelar?” tanya Andi.

“Dan hampir semua pemberitaan di hari itu mengangkat tentang aksi yang dilakukan oleh SPAI sehingga terkesan ada upaya untuk menutup informasi mengenai aksi yang digelar oleh mahasiswa di hari itu,” katanya.

SPAI kata Andi, sebagai inisiator aksi bukanlah kumpulan orang-orang bodoh. Mereka adalah kumpulan orang-orang cerdas, berpengalaman dalam organisasi, strategi dan managemen isu serta aksi.

(Rob/parade.id)

Exit mobile version