Jakarta (PARADE.ID)- Pakar hukum yang juga merupakan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Jimly Asshiddiqie tampak menyesali bahwa dunia maya, khususnya Twitter diisi penuh dengan kebencian, pembelaan dan serangan balik yang serba irasional. Twitter kini, kata Prof, juga penuh dengan permusuhan dan caci maki atau puji.
“Info& brita bnyak yg tdk faktual ato fakta di luar konteks. Trjadi proses misinformasi & diskomunikasi sbg gejala trbalik dari ramalan ttg era infokom yg mencerahkn,” pengamatannya, di akun Twitter-nya, Jumat (15/10/2021).
Twitter sendiri merupakan platform layanan bagi teman, keluarga, dan teman sekerja untuk berkomunikasi dan tetap terhubung melalui pertukaran pesan yang cepat dan sering.
Pengguna memposting tweet yang dapat berisi foto, video, tautan, dan teks. Dan memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan berbasis teks hingga 280 karakter yang dikenal dengan sebutan kicauan.
Teks—kicauan ini yang kemudian banyak dimanfaatkan oleh banyak kalangan, yang tidak hanya rakyat biasa melainkan juga para pejabat hingga Presiden untuk, biasanya berinteraksi, berdiskusi, dll. Dari kicauan tersebut tentu banyak hal yang dibahas, di antaranya politik, hukum, dll.
Pembahasan politik misalnya, kadang kerap menjadi perhatian banyak publik. Sebab menarik. Sampai-sampai media kadang mengutipnya, baik dari akun biasa maupun “luar biasa” (baca: pejabat/tokoh).
Namun hal yang tidak bisa dihindari adalah etika ketika kita berinteraksi dengan akun orang lain ataupun sebagainya. Inilah yang mungkin disesali oleh Prof Jimly, termasuk info hoax yang bertebaran.
Twitter didirikan pada bulan Maret tahun 2006 oleh Jack Dorsey dan pada bulan Juli, situa jejaring ini diluncurkan.
(Sur/PARADE.ID)