Site icon Parade.id

Peduli Pendidikan di Tengah Konflik Tanah, Sekolah Rakyat Pancoran (SeRaPan) Berdiri

Jakarta (PARADE.ID)- Jakarta Selatang, lebih tepatnya di Jl. Pancoran Buntu II. Ada kampung yang begitu luas. Seperti kampung-kampung pafa umumnya.

Namun kemudian hari ini tengah mengalami konflik pertanahan, antara warga dengan pihak PT Pertamina Training & Consuling (PTC).

Konflik ini berhadap-hadapan dengan warga juga pemilik tanah, yaitu ahli waris Sanjoto. Konflik ini sebetulnya sudah berlangsung sejak tahun 1970-an.

Singkatnya, tanah yang dibeli Sanjoto dijual oleh rekan bisnisnya Anton Partono dan tiga orang lainnya yang memegang sertifikat lahan itu ke perusahaan PT Nagasasra Jayasakti. Perusahaan yang disebut terakhir kemudian menjual tanah itu ke Pertamina.

Atas hal itu, banyak warga yang mengalami trauma karena adanya intimidasi dan tindakan represitas yang dilakukan aparat kepolisian dengan warga di Pancoran Buntu II, ketika warga melawan pada saat PTC ingin melakukan penggusuran.

Kendati begitu, ada harapan baru yang tumbuh di hadapan warga Pancoran. Pada saat itu teman-teman mahasiswa, pelajar, dan pemuda agama mendirikan Sekolah Rakyat Pancoran (SeRaPan).

SeRaPan ini di bangun atas dasar situasi objektif dimana banyak dari warga yang tidak mampu mengenyam pendidikan. Royan, salah satunya. Mahasiswa IISIP ini hadir dan juga sebagai penanggung jawab atau kordinator SeRaPan.

“SeRaPan lahir atas situasi objektif. Banyak dari warga yang putus sekolah akibat ekonomi yang tidak memadai di tengah situasi pendikan mahal,” pengakuannya.

SeRaPan kata dia juga dibentuk sebagai protes terhadap pemerintah yang dianggapnya tidak mampu mengakomodir rakyat miskin dalam sektor pendidikin.

“Ada kegembiraan yang muncul di hadapan warga Pancoran, khususnya kepada anak-anak kecil yang sedang hidup dan tumbuh di lahan penggusuran sebab adanya SeRaPan,” terangnya.

SeRaPan adalah alternatif yang dilakukan oleh elemen gerakan rakyat dalam rangka merawat dan menjaga kelestarian masyarakat lalu memperbarui kebudayaan mereka. Meski dengan keterbatasan yang ada, sekolah alternatif itu tetap berjalan dengan semestinya.

SeRaPan berada di sebuah PAUD. Letaknya di bawah pohon beringin dengan daun-daun yang berserakan. Di beberapa titik atap sekolah terlihat terkelupas.

Meja tulis dan buku seadanya. Hanya ada satu papan jungkat-jungkit sebagai bukti bangunan tersebut pernah menjadi sekolah untuk anak usia dini.

“Ada 162 anak-anak mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah alternatif SeRaPan yang berada di Pancoran Buntu II ini,” tambahnya.

SeRaPan hadir juga karena pendidikan adalah hak segala bangsa dan kewajiban negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Oleh karena itu, SeRaPan pun menuntut pemerintah dan Kemendikbud untuk memberikan akses pendidikan yang gratis, ilmiah dan demokratis kepada rakyat miskin (di sini).

(Verry/PARADE.ID)

Exit mobile version