Site icon Parade.id

Pemerintah Diingatkan Lakukan Asesmen atas Ditundanya Penggunaan AstraZeneca

Dok: republika.co.id

Jakarta (PARADE.ID)- Pemerintah menyatakan menunda penggunaan vaksin  AstraZeneca hingga  ada hasil penelitian organisasi kesehatan dunia (WHO) terkait efek sampingnya.

Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher meminta pemerintah untuk melakukan asesmen menyeluruh.

“Sejak awal sudah saya pertanyakan  apakah  izin EUA  AstraZeneca keluar melalui prosedur  standar? Sebagaimana diketahui, tidak dilakukan uji klinis terhadap vaksin tersebut di Indonesia,”ujar Netty dalam keterangan media, Selasa, (16/03/21).

Oleh sebab itu, kata dia? mendukung penundaan penggunaannya dan meminta pemerintah melakukan asesmen menyeluruh. 

“Jangan sampai kita kecolongan karena tergesa-gesa  memberikan izin penggunaan darurat.”

Menurut Ketua Tim Covid-19 FPKS DPR RI ini,  meskipun AstraZeneca diperoleh dengan skema COVAX WHO secara gratis, bukan berarti kita tidak perlu mempertimbangkan efikasi, kualitas dan kehalalannya. Semua harus transparan, jangan  ada yang disembunyikan.

Dalam pemberitaan media sebelumnya, disebutkan sejumlah negara seperti Perancis, Jerman, Italia, Bulgaria, Denmark, Islandia dan lain-lain telah menyatakan menunda penggunaan vaksin COVID-19 buatan perusahaan Inggris tersebut. Akinat adanya  laporan kasus  pembekuan darah dan kemungkinan efek samping lainnya dari vaksin tersebut.

“Harus ada evaluasi atas temuan dugaan efek samping dari vaksin AstraZaneca di luar negeri. Kita butuh cepat dan segera selesaikan  program vaksinasi,  tapi  harus tetap  mengutamakan  keamanan.”

Kita sedang perang melawan COVID-19 yang taruhannya adalah nyawa rakyat dan keselamatan bangsa. Keputusan memilih, membeli dan mendatangkan vaksin adalah kewenangan pemerintah yang tidak boleh dititipi kepentingan bisnis dan politis, ia mengingatkan.

Netty juga meminta pemerintah agar  memastikan nasib 1,1 juta dosis serta 50 juta dosis vaksin AstraZaneca yang sudah didatangkan dan dibeli pemerintah.

“Bagaimana nasib 1,1 juta  vaksin yang sudah didatangkan dan 50 juta yang sudah  dibeli pemerintah? Menurut info, masa kadaluwarsa 1,1 juta dosis tersebut  hanya sampai Mei 2021.”

Sekarang sudah memasuki pertengahan Maret. Ia mempertanyakan kalau kita tidak mampu menggunakan vaksin tersebut sebelum masa kadaluwarsanya habis.

“Pemerintah harus segera mencari solusi atas persoalan tersebut. Kejadian  ini harus jadi catatan pemerintah agar tidak tergesa-gesa dalam melakukan pembelian dan mendatangkan vaksin.”

Jangan sampai karena skema vaksin gratis, kita jadi lemah dan tidak mandiri. Penting juga dijelaskan pada masyarakat apakah  skema vaksin gratis COVOX-WHO ini  benar-benar bantuan murni  bebas syarat. Jangan sampai publik berpikir, 1,1 juta dosis gratis didapatkan  karena bersedia membeli 50 juta dosis lainnya.

Terakhir, Netty meminta pemerintah agar  menggencarkan  sosialisasi mengenai vaksin dan vaksinasi. Sosialisasi menurut dia harus masif dan efektif, agar mencegah beredarnya  informasi  hoax dan tidak berdasar.

Sosialisasi vaksin juga jangan monoton. Gandeng tokoh masyarakat  dan influencer yang sikap dan ucapannya didengar dan diikuti.

“Hati-hati, jangan salah pilih role model yang malah memberikan contoh buruk pada masyarakat.”

(Rgs/PARADE.ID)

Exit mobile version