Site icon Parade.id

Pendidikan Politik: Mencegah Polarisasi Isu SARA Menuju Pesta Demokrasi

Foto: Diskusi “Pendidikan Politik: Mencegah Polarisasi Isu SARA Menuju Pesta Demokrasi" yang diadakan HMI Komisariat Ekonomi UMI Cabang Makassar, Jumat (25/8/2023), dok. istimewa

Jakarta (parade.id)- Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Ekonomi Universitas Muslim Indonesia (UMI) Cabang Makassar, hari ini, Jumat (25/8/2023), mengadakan diskusi dengan tema “Pendidikan Politik: Mencegah Polarisasi Isu SARA Menuju Pesta Demokrasi”. Diskusi yang dihadiri ratusan orang, yang terdiri dari mahasiswa (internal) dan umum itu, diadakan di Aula FEB UMI.

Ada empat pembicara dalam diskusi itu. Di antaranya Rahmat Soekarno (Anggota Bawaslu Kota Makassar), Gunawan Mashar Aanggota KPU), Muwaffiq Nurimansyah (Akademisi), dam Kompol Joko Pamungkas (Intelkam Polsek Panakukang). Diskusi dipandu Muh Ikmal H, selaku Ketua Komisariat.

Pembicara pertama, Rahmat Soekarno (Anggota Bawaslu Kota Makassar). Rahmat menyinggung keutamaan pencegahan isu SARA terkait akan dilaksanakannya Pemilu nanti.

Menurut dia, soal itu, siapa pun bisa menjadi pengawas agar tidak terjadinya isu-isu SARA. Misal, masyarakat umum.

“Dan lembaga-lembaga pemuda serta mahasiswa itu juga bisa mendaftarkan diri di Bawaslu sebagai ‘badan pengawas pemilu’, sehingga bisa turut mengawasi kelangsungan Pemilu,” ujarnya.

Berbeda dengan Rahmat, Gunawan Mashar (Anggota KPU Kota Makassar), menyinggung peran anak-anak muda yang dianggapnya masih meremehkan Pemilu. Bahkan sampai apatis.

Ia mengimbau, mahasiswa khususnya, jangan demikian, karena KPU senantiasa melibatkan anak-anak muda dan mahasiswa.

“Anak-anak zaman sekarang juga perlu mengetahui Pemilu. Kami juga melatih mereka tentang oprator atau administrasi di KPU. Kami juga tidak menganggap remeh teman-teman mahasiswa,” ujarnya.

“Upayanya adalah kami melibatkan anak-anak muda supaya dunia politik tidak selalu dianggap suatu hal yang dikhususkan hanya untuk orang-orang dewasa saja,” sambungnya.

Peran mahasiswa menurutnya, selain di atas, adalah untuk memudarkan persoalan polarisasi yang mengancam. Maka mahasiswa kata dia harus berperan aktif, sehingga setiap calon yang ada nanti tidak lagi melihat persoalan latar belakang (SARA).

“Elite baik adalah elite yang menyebarkan banyak gagasan yang pertaruhkan ide-ide, bukan justru membuat suatu kericuhan atau selalu bawa bendara dan lain sebagainya untuk memecah belah sesama masyarakat,” tegasnya.

Langkah konkret untuk mencegah isu SARA terjadi menurut dia ialah dengan tidak menyebarkan hoax atau isu-isu yang dapat menyudutkan kelompok lain.

Selain itu, peran pemuda dan mahasiswa mesti banyak dilibatkan agar isu SARA tidak terjadi.

Pesta demokrasi atau Pemilu, menurut akademisi Muwaffiq Nurimansyah mesti semuanya bergembira. Jangan malah sebaliknya.

“Sekarang itu kita ini ironi demokrasi, jangan sampai berkembangannya demokrasi karena adanya kegentingan-kegentingan. Luka itu muncul di partai politik, munculnya isu SARA dari partai politik, yang mestinya dalam pendidikan politik memperbaiki literasi digital—tidak gampang menerima berita,” katanya.

Sementara itu, Joko pamungkas (Intelkom Polsek Panakukang) menekankan pada pengamanan dalam menghadapi Pemilu nanti. Ia berharap berjalan dengan lancar dan pihaknya (Polri) tentu akan mengupayakan pencegahan, penindakan, penuntutan, dan pemetaan.

Ketua Umum HMI Cabanf Makassar Muhammad Arsyi Jailolo yang diwakilkan A Marean Prabowo (Wabendum Bidang Ekonomi dan UMKM) mengatakan, soal polarisasi isu SARA tidak terlalu jauh dibahasnya. Hal itu karena bisa dikembalikan kepada individu—karena perubahan yang bersumber itu dari sekumpulan individu dan atau kelompok.

(Verry/parade.id)

Exit mobile version