Site icon Parade.id

Praktisi Komunikasi Anggap Wajar Penyebutan ‘Sebagian Aura Jokowi Pindah ke Prabowo’

Foto: Praktisi komunikasi publik, Ahmad F Ridha, dok. istimewa

Jakarta (parade.id)- Praktisi komunikasi publik, Ahmad F Ridha menilai ucapan Kepala BIN, Budi Gunawan soal sebagian ‘aura Jokowi pindah ke Prabowo‘ adalah hal yang wajar.

“Merupakan sebuah pernyataan yang sangat wajar, mengingat Prabowo Subianto saat ini adalah menteri/pembantu presiden dalam kabinet yang dipimpin oleh Jokowi. Artinya pernyataan Jokowi pada pelantikan menteri  23 Oktober 2019 ‘bahwa hanya ada satu visi, yaitu visi presiden‘, dalam pandangan Budi Gunawan dimaknai dengan baik oleh Menhan Prabowo Subianto,” kata dia, dalam keterangan tertulisnya kepada media, Kamis (30/3/2023).

Adapun soal adanya pihak yang kemudian menanggapi bahwa pernyataan Budi Gunawan ini terkait dengan transisi kepemimpinan yang rencananya akan diadakan pada tahun 2024, menurut Ridha pernyataan itu terlalu dibuat-buat.

“Pertama, transisi putera mahkota atau puteri mahkota dalam budaya politik Indonesia sejak proklamasi tidak ada. Kedua, secara historis tidak pernah ada kepemimpinan yang diwariskan. Sejak transisi dari Sukarno, Suharto (Habibie), Gusdur, Megawati, SBY, dan Jokowi,” katanya.

Ketiga, lanjutnya, secara kultural tidak pernah dikenal dalam budaya kepemimpinan yang ia sebut sebagai Aura Keprabon.

“Sesuatu itu berasal dari luar, dikenal istilah Wahyu Keprabon, yang kemudian dalam UUD 1945 Wahyu Keprabon tersebut adalah GBHN dan dalam UUD amandemen Wahyu Keprabon tersebut adalah hasil dari Pemilihan Presiden,” katanya.

Justru yang ada kondisi ini dalam analisis komunikasi disebut Ridha dapat digambarkan bahwa Budi Gunawan pengirim pesan dan audiens pada peristiwa tersebut sebagai penerima pesan.

Lalu pihak-pihak yang sibuk menanggapi hingga kemudian menjadi kebisingan, kata dia, dalam komunikasi dapat diletakkan sebagai unsur “noise” dalam komunikasi.

“Permasalahannya faktor apakah yang melatarbelakangi kebisingan ini? Kembali pada pernyataan Presiden, dalam demokrasi terdapat hak untuk menyatakan pendapat. Namun perilaku nyiyir tidak dapat disamakan sebagai hak menyatakan pendapat,” kata dia.

Dalam kebudayaan Asia Tenggara, khususnya di Jawa maka dapat diartikan aura yang dimaksud kata Ridha adalah Pancer, sehingga apabila coba menyelami pernyataan Budi Gunawan soal aura Presiden Jokowi pindah ke Prabowo Subianto dapat dipahami sebagai perilaku, sikap dan pandangan (visi) Jokowi yang terproyeksi kepada lingkungan sekitarnya, khususnya kepada Prabowo Subianto.

“Demikianlah budaya di Indonesia meletakkan HAM pada yang adil dan beradab,” kata dia.

Aura menurut dia adalah energi atau frekuensi/radiasi yang dimiliki oleh suatu benda yang bersifat memancar. Aura sebagai nama memiliki materi atau zat dan memiliki sifat memancar atau merambat.

Adapun dalam geraknya, aura kata dia dapat dideteksi dari perilaku dari material aura tersebut. Pada mahluk hidup, aura tergantung pada kondisi kesehatan fisik, emosi, spiritual, reaksi terhadap keadaan sekitar dan terproyeksi kepada lingkungan di sekitarnya atau yang dituju oleh perasaan dan emosi yang sedang diakses.

Aura pada manusia dapat dirasakan pada perilaku, sikap, pandangan dari individu manusia tersebut.

Sedangkan aura dalam kebudayaan, merupakan serapan atas bahasa Yunani yang berarti emas, sehingga dalam konteks aura yang memancar dari manusia dapat diterjemahkan sebagai sesuatu yang berkilauan seperti emas.

“Dalam kebudayaan Asia Tenggara khususnya di Jawa maka dapat diartikan aura ini adalah Pancer, sehingga apabila kita mencoba menyelami pernyataan Kepala BIN Budi Gunawan soal aura Presiden Jokowi pindah ke Prabowo Subianto dapat kita pahami sebagai perilaku, sikap dan pandangan (visi) Jokowi yang terproyeksi kepada lingkungan sekitarnya, khususnya kepada Prabowo Subianto,” pungkasnya.

Budi Gunawan menyinggung aura dalam peresmian Papua Youth Creative Hub di Jayapura, Selasa (21/3/2023).

(Verry/parade.id)

Exit mobile version