Site icon Parade.id

Roundtable Dialogue Hari Kebangkitan Nasional

Foto: Roundtable Dialogue Hari Kebangkitan Nasional dengan tema “Nasionalisme, Solidaritas Global, dan Arah Generasi” di Hotel Ambhara, Melawai, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (20/5/2024)

Jakarta (parade.id)- Pada hari ini, Senin (20/5/2024), berlangsung Roundtable Dialogue Hari Kebangkitan Nasional dengan tema “Nasionalisme, Solidaritas Global, dan Arah Generasi” yang diselenggarakan oleh KSPSI, Sabang-Merauke Circle, dan Vanons, di Hotel Ambhara, Melawai, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Hadir sebagai pembicara yaitu, Hasto Kristiyanto (Sekjen PDI P), Rocky Gerung (Pengamat Politik) Jumhur Hidayat, dan (Ketum KSPSI). Syahganda Nainggolan (Sabang-Merauku Circle) sebagai keynote speaker.

Syahganda menyinggung nasionalisme kaum buruh pada kondisi saat ini dan atau mendatang. Pasalnya, kalau soal perut, menurut dia, nasionalisme sulit dilakukan.

Namun, kalau patriotisme, ia yakin kaum buruh (miskin) tidak diragukan.

“Oleh karena itu, masyarakat kita mesti didorong untuk terus peduli dengan perjuangan solidaritas antarsesama supaya oligarki tidak mencaplok (kita),” ujar Syahganda.

Sementara itu, Sekjen PDI P Hasto menyinggung Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada hari ini dengan nepotisme yang dirasakannya.

“Kesatuan pandang kita saat ini dikalahkan oleh nepotisme. Ini akar kebangkrutan di era reformasi. Tapi malah dibangkitkan kembali oleh presiden kita,” ujar Hasto.

Menurut dia, gagasan kebangsaan sebenarnya menyatukan dan satu kesatuan dengan tanah air. Namun saat ini kata dia, gagasan kebangsaan itu dipersempit menjadi gagasan family staff.

Namun demikian, di Hari Kebangkitan Nasional ini, ia yakin ke depan akan membangkitkan kebangsaan kita lewat kesadaran.

“Sebab kebangkitan itu lahir dari penjajahan kepada kita,” Hasto menyampaikan.

Ia berharap, Kebangkitan Nasional hari ini tidak saja membangkitkan sebagaimana biasanya, melainkan juga harus membangkitkan spritual kita.

Ketum KSPSI Jumhur bicara soal trisaksi Bung Karno. Ia menyebut trisakti Bung Karno itu sakti sekali. Namun saya, Jumhur melihat, tidak ada pemimpin Indonesia yang menjalankannya.

“Misal kita itu berdaulat secara politik dan daulat ekonomit. Dan mestinya kita laksanakan ajaran dari Bung Karno itu,” Jumhur menyampaikan.

Rocky Gerung dalam acara itu bicara soal kepemimpinan, yang menurut dia, pemimpin itu perlu intelektualitas. Pun secara umum, politik itu kata dia harua dikembalikan ke tangan para intelektual.

“Sebab negeri dibangkrutan oleh satu anak yang pernah dididik oleh PDI P, yakni Jokowi,” Rocky menyampaikan.

Demokrasi misalnya, belakanhan ini ia lihat hanya sebatas institusi. Bukan instalasinya, sehingga hampir semuanya.

Tampak hadir selain nama-nama di atas. Mereka adalah Sunarti (Ketum SBSI 92), Sunarno Leo (Ketum KASBI), Daeng Wahidin (Presiden PPMI), Rudi HB Daman (Ketum GSBI)

Eko Suryo Santjoyo (Pimpinan Yayasan Bung Karno), Hatta Taliwang (pendiri PAN), Arif Minardi (Ketum LEM SPSI), Ketua-ketua BEM seperti dari UNJ, UMJ, Universitas YARSI, dan lain-lain.

(Rob/parade.id)

Exit mobile version