Jakarta (parade.id)- Waketum Partai Gelora, Fahri Hamzah menyambut kebebasan Anas Urbaningrum, hari ini, Selasa (11/4/2023), dari lapas Sukamiskin dengan ucapan selamat.
“Kita tidak boleh lupa bahwa setiap orang punya hak untuk membela diri di depan hakim dan pengadilan tetapi yang lebih penting untuk kita Sadari bahwa setiap orang juga punya hak untuk membela diri di depan publik dan masyarakatnya. #SelamatBebasMasAU,” tulis Fahri Hamzah di akun Twitter-nya, Selasa (11/4/2023).
Di cuitan lainnya, Fahri kemudian menyinggung laku zalim pihak tertentu, yang kemungkinan ada hubungannya dengan apa yang diterima Anas Urbaningrum selama di lapas Sukamiskin.
“Karena setiap orang dilahirkan merdeka, maka harus menjadi kesadaran yang mendalam agar jangan pernah mudah merampas kebebasan orang. Dan yang lebih penting dalam politik adalah jangan pernah dizalimi orang karena kita tidak tahu masa depan orang yang kita dizalimi,” katanya.
Menurut Fahri, kita bisa saja mengatakan bahwa setiap mantan narapidana ingin membersihkan namanya karena pada dasarnya memang mereka bersih setelah dihukum. Tapi kata dia, kemarahan dan keinginan balas dendam adalah cermin dari hukum yg rusak dan bobrok yg selalu menciptakan dedam pada yang dihukum.
“Hukum yang baik adalah hukum yang menyadari bahwa hanya Tuhan yang berhak menghukum sementara kita manusia terutama aparat penegak hukum harus mengambil sifat sifat yang mulia dari Nya agar pantas dan layak menghukum sesama manusia. inilah kalimat yg saya sering ulang dari dulu. Karena hukum yang benar dan yang baik adalah yang menciptakan penerimaan dari mereka yang dihukum di satu Sisi dan pada Sisi yang lain menciptakan kerendahan hati dan bahkan mungkin perasaan takut apabila telah Berbuat tidak adil kepada sesama manusia yang dihukum,” terangnya.
Ia mengaku risih menyaksikan aparat hukum yang menepuk dada dan merasa sangat berkuasa karena berhasil memaksa dan menghukum sesama manusia.
“Hari ini saya melihat mereka mulai gelisah dan gundah gulana karena boleh jadi orang yang mereka pernah hukum kini kembali membuat perhitungan.”
Namun, ia berharap, semoga bulan Ramadan ini membimbing kita untuk bersikap dewasa. Dan semua pihak baik yang pernah dizalimi maupun yang pernah menzalimi sama-sama datang ke satu titik perjumpaan untuk saling memaafkan dan saling menerima.
“Dan itulah makna kita bermaaf-maafan di bulan Syawal nanti,” tandasnya.
(Rob/parade.id)