Site icon Parade.id

Sebuah Kisah: Ada Pimpinan Parpol Digadang-gadang secara Paksa untuk Capres

Jakarta (PARADE.ID)- Ada sebuah kisah, seorang pemimpin partai politik (Parpol) yang digadang-digadang secara paksa, meskipun survei membuktikan dia bukan yang paling populer di partainya untuk menjadi calon presiden (Capres). Kisah ini dibagikan oleh Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah.

Kata Fahri, dia memaksakan diri melamar seorang Capres. Tapi agak memaksa, yang kemudian lalu dibentak balik oleh Capres (lainnya) itu, “Kalau berpasangan dengan saudara saya pasti kalah!”

“Pulanglah seorang petinggi parpol yg sangat dihormati dgn perasaan pilu bahwa niatnya inginnya pres dihambat oleh kandidat partai lain. Tapi semua terobati dgn pembayaran tiket calon wakil presiden tajir yg disepakati dan dia nampak mulai happy karena biaya operasional Terganti!” ceritanya, Ahad (5/6/2022).

Uang pengganti yang disiapkan oleh capres tajir atau cawapres tajir kata Fahri, itu cukup besar dan cukup menghibur sehingga bahkan sekarang para pimpinan parpol pemakan semakin teracuni oleh fakta bahwa mereka tidak harus mencalonkan diri karena uang cash dari capres atau bohir tajir cukup besar.

Ada kemungkinan, ia melanjutkan, bahwa mereka juga senang kalau kandidatnya sedikit. Artinya, kalau calonnya sedikit, tiket juga sedikit—membuat harga tiket jadi mahal. Kalau PT 20 persen maksimal tiket hanya lima. Tapi kalau PT 0 persen, bisa-bisa tiket itu lebih dari 20 sejumlah parpol, sehingga murah.

“Sementara popularitas mereka sebagai kandidat tidak naik mereka juga tidak merasa mampu melalui hari-hari kampanye yang dahsyat akhirnya mendingan jualan tiket dan sangat baik kalau tiketnya berharga mahal.ini seperti rezeki setiap 5 tahun yang sangat dinanti-nanti!” tertulis demikian di akun Twitter-nya.

Sebenarnya, kata mantan Wakil Ketua DPR RI ini, siklus ini kita sebut sebagai siklus krisis parpol, atau bahkan kematian partai politik.

Parpol sebagai pusat kaderisasi dan representasi rakyat menurut dia tidak terbukti dan tak lagi terjadi. Mereka kata Fahri tidak lebih hanya menjadi penyedia punggung bagi berkuasanya oligarki.

Ia pun menantang parpol untuk menyiapkan diri kembali dan memasuki pemilu 2024 sebagai titik tolak bagi kembalinya peran partai sebagai sumber leadership nasional dan sebagai sumber representasi rakyat yang sebenarnya. Kalau kita mau jujur maka kita bisa, kata dia.

“Kumpul2 ini hanya gertakan doang kepada kandidat tajir dan Bohir besar supaya harga tiket mereka lebih mahal. Mereka tidak mau nunggu di ujung: sudah kandidat mereka tidak dicalonkan akhirnya tiket dibayar murah seperti yang terjadi pada pilpres yang lalu. Mereka gigit jari!”

Kalau betul mereka ingin mencalonkan Ketua Umum partai kata Fahri, mereka sendiri dan tidak berniat jualan tiket kepada kandidat tajir dan bandar besar, tentu mereka sudah memperjuangkan PT 0 persen, alias tanpa treshold. Tapi buktinya mereka tidak mau ubah UU karena mereka memang mau jualan tiket.

“Sungguh malang nasib kita sebagai bangsa besar dengan pemilih hampir 200 juta tapi para pemain yang akan bertanding diputuskan di belakang layar Oleh segelintir orang dengan cara mengatur skor pertarungan seperti kelakuan para mafia sepak bola!”

(Rob/PARADE.ID)

Exit mobile version