Site icon Parade.id

Sebut Poros Prabowo-Puan Terbentuk karena Alasan Materiil, Kualitas Peneliti BRIN Wasisto Dipertanyakan

Jakarta (PARADE.ID)- Relawan Poros Prabowo-Puan mempertanyakan kualitas salah satu peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo. Pertanyaannya itu muncul karena Wasisto menuding bahwa Poros Prabowo-Puan terbentuk karena alasan materiil.

“Pernyataan pertama Wasisto sudah menyebut nama relawan yang materiil, dan mana yang tidak. Problemnya disitu. Apakah itu hasil riset atau bukan? Sejak kapan ada penelitian terkait relawan saat ini?” kata Koordinator Presidium Nasional Poros Prabowo-Puan, Andianto, dalam rilisnya, Sabtu (26/2/2022), kepada parade.id.

Kata Andianto, kalau hasil riset terdahulu, lalu dijadikan landasan riset tentang relawan maka bisa dimaklumi. Namun, kata Andianto, Wasisto tidak sebutkan di awal dan langsung menuding relawan ini materil relawan itu bukan.

“Konsekuensinya kan mendegradasi relawan yang satu dan menyanjung relawan yang lain seperti relawan Ganjar, Anies, dll,” paparnya.

“Apa dia pernah menjadikan kelompok-kelompok relawan sekarang, khususnya kami sebagai obyek penelitiannya? Kok dengan yakinnya sudah mengkategorikan Poros Prabowo Puan relawan yang berharap materiil dan yang tidak.”

Kemudian landasan kajian terdahulu hanya sebagai acuan saja untuk melakukan penelitian sekarang. Tentu itu menurut Andianto salah besar. Kajian yang tidak objektif, prematur, dan tendesius politisnya besar.

Harusnya peneliti sekelas BRIN, tidak menyebutkan kelompok relawan ini berharap materiil, yang kelompok relawan itu tidak, tanpa melakukan wawancara penelitiannya terlebih dahulu.

“Itu namanya kajian halu, tidak up to date n menafikan unsur dinamika sospol.”

Poros Prabowo-Puan mengimbau kepada Wasisto untuk segera mengkoreksi pernyataannya yang menyudutkan kelompoknya, dan segera juga meminta maaf secara terbuka di publik.

“Kami juga dengan senang hati dan terbuka mengundang dia untuk lakukan wawancara penelitian Poros Prabowo-puan sepuasnya.”

Peneliti relawan yang diduga menafikkan karisma Prabowo
Prabowo merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai akar rumput yang kuat. Tidak seperti tudingan Wasisto selama ini.

Dari pemilu ke pemilu Prabowo mempunyai pendukung yang besar, dan loyalis yang kuat. Sebagaian besar masyarakat tetap menginginkan Bapak Prabowo agar maju menjadi Presiden RI 2024.

Di tangan Prabowo sebagai pemimpin yang karismatik rakyat bisa makmur, Indonesia bisa bangkit dan negara bisa maju, kata Andianto.

“Wasisto menafikkan elektabilitas Prabowo yang paling tinggi, dibanding kandidat capres yang lain. Karismatik Bapak Prabowo yang lain adalah beliau mampu menjadikan partai gerindra, sebagai partai yang besar, nomor dua pemenang pemilu setelah PDIP, hanya dalam kurun waktu yang singkat.”

Peneliti relawan yang diduga menyimpan politik anti feminisme
Pernyataan Wasisto menurut Poros Prabowo-Puam sangat tendensius, dimana pernyataan sebelumnya hanya menyebutkan relawan Prabowo Subianto Puan Maharani saja tetapi tidak menyebutkan relawan lainnya seperti relawan Ganjar, Anies Baswedan, Eric Tohir, Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar dll.

“Kalau memang hasil riset, tidak akan tendensius dan pastinya berimbang dan obyektif. Bukan mengangkat relawan yang satu, dan menjatuhkan relawan lainnya.”

Andianto melihat, tampak perspektif maskulinistas dari Wasisto sangat kental, ingin menyerang figur perempuan. Padahal Lembaga Legislatif saja mengharuskan adanya kuota 30 persen keterwakilan perempuan.

Wasisto seperti tidak menghargai Megawati sebagai pimpinnanya di BRIN, dimana kita tahu Megawati juga yang telah melahirkan Puan Maharani.

“Dalam perspektif gender, seolah-olah Puan Maharani itu korban playing victim dari peneliti BRIN. Seharusnya Peneliti BRIN mensupport calon pemimpin berjenis kelamin perempuan, yang biasanya didukung oleh aktifis feminisme.”

“Bahkan Erick Thohir saja menunjuk para pemimpin perempuan untuk mengisi jabatan-jabatan tinggi di BUMN. Erick menargetkan porsi pemimpin perempuan di BUMN harus terus meningkat hingga 25 persen pada 2023.”

Andianto pun menyebut, hal ini seperti membuktikan bahwa adanya politik kekuasaan dan bukan politik negara. Tampak jelas adanya conflik interest seorang peneliti BRIN yang kehilangan kajian ilmiahnya dan tidak bermutu.

(Rob/PARADE.ID)

Exit mobile version