#Akademisi Arsip - Parade.id https://parade.id/tag/akademisi/ Bersama Kita Satu Tue, 26 Oct 2021 08:40:57 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.3 https://parade.id/wp-content/uploads/2020/06/cropped-icon_parade-32x32.jpeg #Akademisi Arsip - Parade.id https://parade.id/tag/akademisi/ 32 32 Akademisi: Media Massa Sarana Edukasi Penggunaan Bahasa Indonesia https://parade.id/akademisi-media-massa-sarana-edukasi-penggunaan-bahasa-indonesia/ https://parade.id/akademisi-media-massa-sarana-edukasi-penggunaan-bahasa-indonesia/#respond Tue, 26 Oct 2021 08:40:57 +0000 https://parade.id/?p=15807 Purwokerto (PARADE.ID)- Akademisi Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Blanyumas, Jawa Tengah, Eko Sri Israhayu mengharapkan media massa dapat menjadi sarana edukasi dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Saat dihubungi di Purwokerto, Selasa, pengajar Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMP itu menilai media massa daring terutama […]

Artikel Akademisi: Media Massa Sarana Edukasi Penggunaan Bahasa Indonesia pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Purwokerto (PARADE.ID)- Akademisi Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Blanyumas, Jawa Tengah, Eko Sri Israhayu mengharapkan media massa dapat menjadi sarana edukasi dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Saat dihubungi di Purwokerto, Selasa, pengajar Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMP itu menilai media massa daring terutama yang sebelumnya berbasis pada media cetak cukup tertib dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

“Saya masih bisa melihatnya itu sebagai satu bentuk upaya menjaga bagaimana menjaga bahasa Indonesia karena berita itu juga termasuk sebagai penggunaan bahasa Indonesia ilmiah, seperti bahasa Indonesia yang baik dan benar,” katanya.

Menurut dia, hal itu tidak lepas dari redaktur pelaksana yang selama ini tetap menjaga penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar seperti halnya dalam pemberitaan media cetak.

Sementara dalam media daring yang baru bermunculan, kata dia, banyak yang tidak menghiraukan struktur berita yang baik dan lebih menonjolkan sensasinya lebih dahulu.

Bahkan, lanjut dia, hal itu juga dijumpai pada salah satu media daring yang sebenarnya juga berasal dari sebuah media massa cetak.

“Mereka sudah tidak terlalu hirau berkaitan dengan struktur berita yang baik, istilahnya yang penting sensasi dulu, kadang-kadang dicari intinya di mana, nanti diulangi lagi, diulangi lagi, seperti itu. Menurut saya, itu tidak efektif, padahal sebetulnya yang selama ini kita pegang, kaitannya dengan bahasa jurnalistik sebagai suatu media penyampaian berita tentu saja digunakan bahasa yang efektif,” kata dosen yang akrab disapa Yayu itu.

Menurut dia, penggunaan bahasa yang tidak efektif itu banyak dijumpai dalam media-media daring yang belum mendapatkan tempat di hati masyarakat.

Lebih lanjut, dia mengakui hingga saat ini masih banyak dijumpai pejabat yang belum menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar karena saat sekarang begitu terbuka dalam kaitannya dengan komunikasi dan berbahasa, sehingga dari apa yang terucapkan dimasukkan begitu saja dalam bahasa tulis.

“Padahal, tentu saja berbeda, antara bahasa tulis dan bahasa lisan. Mestinya ketika wartawan memasukkan itu menjadi suatu berita, tentu saja pembahasannya berbeda, kecuali itu merupakan kalimat langsung yang merupakan semacam inti atau kalimat kunci yang memang dijadikan andalan pemberitaan, barangkali memang berbeda, enggak apa-apa,” katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan pengolahan bahasa setelah melalui tangan redaktur akan berbeda dengan berita yang dibuat wartawan.

Yayu mengakui kadang-kadang orang menganggap gampang terhadap penggunaan bahasa Indonesia dan cenderung menyepelekan.

“Sebetulnya tidak demikian. Bahkan sampai saat ini pun kadang-kadang sampai tingkat pendidikan lebih tinggi, menuliskan ‘di’ yang dirangkai (sebagai awalan, red.) dan ‘di’ yang dipisah (sebagai kata penghubung, red.) suka bingung. Jadi, saya kira mesti ditumbuhkan sebagai orang Indonesia, bagaimana kita punya gerakan supaya cinta bahasa dan sastra Indonesia,” katanya.

Apalagi saat sekarang, kata dia, bahasa Indonesia juga diajarkan di banyak negara seperti Rusia dan Australia. Oleh karena itu ketika mengajar mahasiswa reguler, pihaknya memutarkan video tentang orang-orang di luar negeri yang belajar bahasa Indonesia.

Menurut dia, hal itu dilakukan agar jangan sampai bangsa Indonesia belajar bahasa negaranya sendiri justru dari orang Rusia atau Australia.

Selain itu, dia mengharapkan media massa juga bisa memberikan edukasi dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Ia mengharapkan momentum Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober dapat menumbuhkan rasa cinta dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi semua kalangan.

*Sumber: Antara

Artikel Akademisi: Media Massa Sarana Edukasi Penggunaan Bahasa Indonesia pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/akademisi-media-massa-sarana-edukasi-penggunaan-bahasa-indonesia/feed/ 0
Akademisi Tolak Narasi Talibanisasi KPK https://parade.id/akademisi-tolak-narasi-talibanisasi-kpk/ https://parade.id/akademisi-tolak-narasi-talibanisasi-kpk/#respond Sat, 09 Oct 2021 04:11:00 +0000 https://parade.id/?p=15425 Jakarta (PARADE.ID)- Akademisi yang juga Rais Syuriah PCI (Pengurus Cabang Istimewa) Nahdlatul Ulama (NU) di Australia dan New Zealand Nadirsyah Hosen, mengaku menolak narasi talibanisasi KPK, dan kini HTI-isasi KPK. “Perlu org waras & berani utk menjaga NKRI dari politisasi agama & korupsi. Soal Taliban, HTI & benderanya, akun @na_dirs dari dulu termasuk paling keras […]

Artikel Akademisi Tolak Narasi Talibanisasi KPK pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (PARADE.ID)- Akademisi yang juga Rais Syuriah PCI (Pengurus Cabang Istimewa) Nahdlatul Ulama (NU) di Australia dan New Zealand Nadirsyah Hosen, mengaku menolak narasi talibanisasi KPK, dan kini HTI-isasi KPK.

“Perlu org waras & berani utk menjaga NKRI dari politisasi agama & korupsi. Soal Taliban, HTI & benderanya, akun @na_dirs dari dulu termasuk paling keras melawan & menjaga agar umat tdk terkecoh,” demikian bunyi akun Twitter @na_dirs, Sabtu (9/10/2021).

Dalam persepsinya, saat ini ada dua kepentingan yang sebetulnya yang bertemu saat ini. Pertama soal koruptor yang resah dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kedua soal pendukung Presiden Jokowi yang ingn KPK menangkap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan,

“Yg ditarget sosok Novel Baswedan. Itu saja inti masalah KPK,” kata dia.

Kalau kalian benar-benar pro NKRI, kata dia, maka seharusnya KPK terus diperkuat, bukan dibonsai. Kalau ada bukti kuat Anies korupsi, silakan tangkap.

“Tapi jangan hanya utk kepentingan politik, lantas kalian gandengan tangan dg para koruptor yg tertawa melihat kondisi KPK saat ini.”

Akun itu mengingatkan agar jangan menggunakan teknik yang sama untuk melemahkan KPK demi kebencian pada Anies. Kalau demikian, maka menurutnya sama saja (kalian) melakukan politisasi agama dengan narasi taliban di KPK.

“Akun ini tdk setuju Ahok menista agama dan tetap kritis dg Anies. Tapi kami menolak pelemahan KPK. ”

Sebab akun ini, lanjutnya, sejak dahulu tegas melawan politisasi agama saat Pilkada DKI.

“Terakhir, tanya diri kalian sendiri: kalian Pro NKRI atau Pro Koruptor atau Pro Politisasi agama sih? Kalau kami posisinya jelas: Menjaga NKRI, Mendukung pemberantasan korupsi dan Mempromosikan Islam rahmatan lil alamin, serta Mendukung Jokowi sampai 2024.”

(Sur/PARADE.ID)

Artikel Akademisi Tolak Narasi Talibanisasi KPK pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/akademisi-tolak-narasi-talibanisasi-kpk/feed/ 0
Akademisi UI : Candi Borobudur Lumbung Ilmu Pengetahuan dan Budaya https://parade.id/akademisi-ui-candi-borobudur-lumbung-ilmu-pengetahuan-dan-budaya/ https://parade.id/akademisi-ui-candi-borobudur-lumbung-ilmu-pengetahuan-dan-budaya/#respond Mon, 07 Jun 2021 11:29:51 +0000 https://parade.id/?p=13021 Magelang (PARADE.ID)- Candi Borobudur merupakan lumbung ilmu pengetahuan dan lumbung budaya, kata Dewan Pakar Sound of Borobudur yang juga guru besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Prof Melani Budianta Ph.D. “Candi Borobudur bukan sekadar batu atau tempat berselfie, tetapi sebuah lumbung ilmu pengetahuan dan lumbung budaya,” kata Melani Budianta pada peluncuran International Conference Sound of […]

Artikel Akademisi UI : Candi Borobudur Lumbung Ilmu Pengetahuan dan Budaya pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Magelang (PARADE.ID)- Candi Borobudur merupakan lumbung ilmu pengetahuan dan lumbung budaya, kata Dewan Pakar Sound of Borobudur yang juga guru besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Prof Melani Budianta Ph.D.

“Candi Borobudur bukan sekadar batu atau tempat berselfie, tetapi sebuah lumbung ilmu pengetahuan dan lumbung budaya,” kata Melani Budianta pada peluncuran International Conference Sound of Borobudur dengan tema Music over nations yang berlangsung secara virtual di Jakarta, Senin.

Ia menyampaikan begitu banyak pengetahuan yang bisa digali dari relief-relief Candi Borobudur, musik hanyalah salah satu bagian dari pengetahuan yang bisa digali dari candi tersebut.

“Dengan masuk di satu dimensi saja sudah begitu banyak pengetahuan dan gerak yang bisa dilakukan, multi dimensi dari segi penggalian musiknya, jejaringnya, ajakannya memanggil orang untuk mengeksplorasi,” katanya.

Menurut dia Candi Borobudur juga merupakan lumbung budaya, bukan hanya untuk sebagian orang, tetapi untuk semua orang. Artinya seluruh komunitas yang ada di sekitar Borobudur bisa memakai atau memanfaatkan Borobudur untuk penghidupannya, untuk kreasinya, dan lainnya.

“Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah dan sudah melihat bagaimana teman-teman di Sound of Borobudur (SOB) ini bekerja sejak lima tahun lalu, mereka mendapatkan inspirasi dari panel-panel candi, kemudian mempelajarinya, mencari kaitannya dengan alat-alat musik yang ada lalu membuat replikanya, mencoba memainkannya dan berbagai hal lainnya.

Kemudian pada April 2021, katanya para ahli juga sudah berkumpul karena untuk membuat klaim pengetahuan diperlukan sebuah proses akademik dan hal itu sudah dilakukan berkumpul ada etnomusikologi, sejarawan, arkeolog, yang kemudian membahas mengupas panel-panel Candi Borobudur.

Pada seminar Borobudur sebagai Pusat Musik Dunia 7-9 April 2021 tersebut, katanya ada beberapa temuan misalnya ada 200 jenis alat musik dan menegaskan kembali bahwa Borobudur adalah sumber data artefaktual tertua yang terbanyak menggambarkan orkestrasi musik dengan beragam komplseksitasnya.

Kemudian 44 panel di Candi Borobudur menunjukkan aspek-aspek yang muncul dari musik, bukan hanya dalam tataran spiritual dan religi tetapi juga dilihat di panel itu bagaimana musik sebagai hiburan, musik sebagai sarana ekonomi untuk mencari nafkah dan bagaimana musik itu sebagai penyembuhan, meditasi.

Purwa Caraka dari Yayasan Padma Sada Svargantara menyampaikan musik adalah bahasa universal manusia.

Ia menyampaikan penemuan relief alat musik di Candi Borobudur sebenarnya merupakan kejadian yang sudah lama, tidak ada yang istimewa dari kejadian itu, namun hal ini hanya menjadi sebuah ilmu pengetahuan pasif saja.

Selama 13 abad Borobudur ada di tempatnya, tidak ada yang berusaha mengeksplorasi lebih dari sekadar batu mati sehingga gagasan untuk membunyikannya adalah sebuah gagasan yang cerdas dan original serta perlu ditindaklanjuti dengan baik oleh semua pihak.

Ia menuturkan dengan ratusan gambar relief alat-alat musik dengan lebih 40 relief panel menunjukkan aktivitas musik di tempat itu pada 13 abad yang lalu dan sejauh ini belum ditemukan di tempat lain.

Uniknya lagi sebagian besar alat-alat musik itu tidak ditemukan lagi di Jawa Tengah, tetapi justru ditemukan menyebar di 34 provinsi di Indonesia bahkan ditemukan kemiripannya di 40 negara lain.

Ia menyampaikan bukti Borobudur sebagai pusat musik dunia sekaligus memberikan penguatan kajian-kajian ilmiah mengenai Borobudur di berbagai bidang keilmuan.

Bukti tingginya peradaban saat itu dapat terlihat pada relief yang menggambarkan bukan saja bentuk alat-alat musik tetapi juga orang bermain musik secara berkelompok atau sekarang disebut orkestra. Dalam bermain kelompok dipastikan ada hal-hal yang tidak sederhana menyangkut aransemen, tata bunyi, harmonisasi, struktur. dan juga tidak kalah pentingnya manajemen walaupun saat itu dilakukan secara tradisional.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kemenparekraf Rizki Handayani Mustafa mengatakan kegiatan International Conference Sound of Borobudur merupakan salah satu rangkaian kegiatan internasional lima destinasi super prioritas yang akan diselenggarakan oleh Kemenparekraf dari bulan Juni hingga November 2021.

Ia menyampaikan destinasi super prioritas Borobudur memiliki Candi Borobudur yang merupakan mahakarya anak bangsa dan warisan budaya dunia, warisan ini tentunya harus dijaga dan lestarikan. Agar dapat menjaga dan melestarikannya maka perlu meraih kembali Borobudur relevan bagi masa kini.

Ia menjelaskan International Conference Sound of Borobudur akan berlangsung pada 24-25 Juni 2021, dengan kegiatan antara lain penampilan musisi dari dalam negeri dan musisis dari 10 negara Asia untuk berkolaborasi membunyikan alat-alat musik seperti yang terdapat pada relief candi Borobudur.

Kemudian seminar dengan para pakar untuk menggali kolaborasi bersama, mini eksebisi dari 10 UMKM di kawasan Borobudur untuk memamerkan dan menawarkan keunikan, kekhasan, serta produk unggulan lokal.

*Sumber: antaranews.com

Artikel Akademisi UI : Candi Borobudur Lumbung Ilmu Pengetahuan dan Budaya pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/akademisi-ui-candi-borobudur-lumbung-ilmu-pengetahuan-dan-budaya/feed/ 0