#Haedar Arsip - Parade.id https://parade.id/tag/haedar/ Bersama Kita Satu Sat, 27 Apr 2024 09:06:49 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.3 https://parade.id/wp-content/uploads/2020/06/cropped-icon_parade-32x32.jpeg #Haedar Arsip - Parade.id https://parade.id/tag/haedar/ 32 32 Silaturahmi Idulfitri DDII: Perkembangan dan Keterkaitannya dengan Muhammadiyah https://parade.id/silaturahmi-idulfitri-ddii-perkembangan-dan-keterkaitannya-dengan-muhammadiyah/ https://parade.id/silaturahmi-idulfitri-ddii-perkembangan-dan-keterkaitannya-dengan-muhammadiyah/#respond Sat, 27 Apr 2024 09:06:49 +0000 https://parade.id/?p=26903 Jakarta (parade.id)- Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) menggelar Silaturahmi Idulfitri, Sabtu (27/4/2024). Kegiatan berlangsung di Aula Masjid Al Furqan, Kramat Raya 45, Jakarta Pusat. Ketua Umum DDII Adian Husaini dalam sambutannya mengungkapkan perkembangan lembaga yang dipimpinnya. “Perkembangan Dewan Da’wah dan keluarga besar Dewan Da’wah luar biasa. Saya dalam tiga tahun sudah keliling hampir di seluruh provinsi […]

Artikel Silaturahmi Idulfitri DDII: Perkembangan dan Keterkaitannya dengan Muhammadiyah pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (parade.id)- Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) menggelar Silaturahmi Idulfitri, Sabtu (27/4/2024). Kegiatan berlangsung di Aula Masjid Al Furqan, Kramat Raya 45, Jakarta Pusat.

Ketua Umum DDII Adian Husaini dalam sambutannya mengungkapkan perkembangan lembaga yang dipimpinnya.

“Perkembangan Dewan Da’wah dan keluarga besar Dewan Da’wah luar biasa. Saya dalam tiga tahun sudah keliling hampir di seluruh provinsi sudah saya kunjungi. Banyak dai-dai lulusan STID M Natsir yang menggerakkan dakwah di daerah pelosok,” ungkap Adian kepada hadirin.

Dikatakan Adian, saat ini Kampus M Natsir yang didirikan DDII telah meluluskan hampir seribu alumni.

“Dai-dai alumni STID M Natsir ini luar biasa. STID M Natsir sudah meluluskan dai-dai tingkat S1,” ujar Adian.

Menurut Adian, kaderisasi dai S1 merupakan langkah meneruskan perjuangan pendiri DDII, Mohammad Natsir. Semasa hidup, M Natsir berjuang melakukan kaderisasi ulama dan intelektual.

Tokoh nasional seperti Amien Rais, Didin Hafidhuddin, AM Saefuddin, Jimly Ashiddiqie, pernah merasakan sentuhan dakwah M Natsir.

“Bahkan PM Malaysia Anwar Ibrahim memiliki kesan dengan Pak Natsir. Kami pernah diundang secara khusus oleh Anwar Ibrahim, setengah jam Anwar Ibrahim menceritakan Pak Natsir,” jelas Adian.

Kader-kader M Natsir, jelas Adian, tersebar di berbagai daerah Indonesia. Banyak para kader yang kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dan dakwah.

Selain itu, M Natsir juga berperan mendirikan Rumah Sakit Yarsi.

“Jejak dakwah Pak Natsir itu luar biasa. Kalau kita keliling, di Padang Sumatera Barat ada enam RS Yarsi, yang mendirikan Pak Natsir,” kata Adian.

Pada kesempatan ini, Adian juga memaparkan rencana kelanjutan pembangunan komplek Dewan Da’wah di Kramat Raya 45, Jakarta Pusat. Di antaranya pembangunan menara masjid yang simbol syiar dakwah Islam.

Kemudian lima lantai Menara Dakwah diproyeksikan untuk pengembangan bisnis.

“Lima lantai (Menara Dakwah) rencananya buat hotel syariah. Diperlukan anggaran Rp 37 miliar,” jelas Adian.

Selain keluarga besar DDII yang hadir, turut pula Ketum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, Prof Jimly Asshiddiqie, Hamdan Zoelva, Didin Hafidhuddin, AM Saefuddin, Ustaz Alfian Tanjung, Ustaz Farid A Okbah, Prof Daud Rasyid, Ustaz Erick Yusuf, Cholil Ridwan, dan banyak lagi.

Pada kesempatan itu, Haedar diminta memberikan tausiah oleh DDII.

Dalam tausiahnya, Haedar menyinggung beberapa hal. Salah satunya keterkaitan Muhammadiyah dan DDII.

“Kita ada irisan, keterkaitan langsung dalam rumpun umat Islam. Lalu ada Masyumi yang merupakan ikhtiar menyatukan kekuatan politik umat Islam,” kata Haedar.

Haedar mengatakan demikian karena DDII didirikan oleh Allahyarham Mohammad Natsir, yang merupakan Ketua Umum Partai Masyumi periode 1949-1958.

Masyumi, kata Haedar, adalah wadah titik temu dan merajut kekuatan umat Islam di awal-awal negara Republik Indonesia berdiri. Termasuk di dalamnya para tokoh Muhammadiyah.*

Artikel Silaturahmi Idulfitri DDII: Perkembangan dan Keterkaitannya dengan Muhammadiyah pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/silaturahmi-idulfitri-ddii-perkembangan-dan-keterkaitannya-dengan-muhammadiyah/feed/ 0
Haedar: Muhammadiyah Berpolitik Kebangsaan https://parade.id/haedar-muhammadiyah-berpolitik-kebangsaan/ https://parade.id/haedar-muhammadiyah-berpolitik-kebangsaan/#respond Tue, 17 Oct 2023 07:45:10 +0000 https://parade.id/?p=25303 Yoyakarta (parade.id)- Muhammadiyah sejak awal berdiri 1912 sampai saat ini bergerak dalam politik kebangsaan, yakni membangun bangsa dan negara serta terlibat aktif dalam dinamikanya sesuai posisinya sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan. Bersamaan dengan itu Muhammadiyah dengan tegas tidak mengambil jalan politik praktis atau politik yang berorientasi langsung pada perebutan kursi kekuasaan sebagaimana dilakukan oleh partai atau […]

Artikel Haedar: Muhammadiyah Berpolitik Kebangsaan pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Yoyakarta (parade.id)- Muhammadiyah sejak awal berdiri 1912 sampai saat ini bergerak dalam politik kebangsaan, yakni membangun bangsa dan negara serta terlibat aktif dalam dinamikanya sesuai posisinya sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan.

Bersamaan dengan itu Muhammadiyah dengan tegas tidak mengambil jalan politik praktis atau politik yang berorientasi langsung pada perebutan kursi kekuasaan sebagaimana dilakukan oleh partai atau kekuatan politik formal.

Demikian dinyatakan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir dalam amanahnya pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

“Muhammadiyah memang pernah menjadi Anggota Istimewa Masyumi tahun 1945-1962, tetapi tidak otomatis menjadi partai politik meski saat itu terlibat dalam dinamika politik praktis,”tukas Haedar.

Sejak Masyumi bubar itu, lanjut Haedar, Muhammadiyah menarik diri dari keterlibatan partai politik dan kegiatan politik praktis. Kesibukan terlibat dalam Masyumi menyebabkan dakwah dan amal usaha Muhammadiyah terbengkalai. Muhammadiyah pun dikelola dengan cara partai politik. Karena itu, lahirlah sejumlah Khittah yang menjadi garis perjuangan dalam politik.

Ada Khittah Ponorogo 1969, Khittah Ujung Pandang 1971, Khittah Surabaya 1978, dan kompilasi terakhir ialah Khittah Denpasar 2002 yang disebut “Khittah Berbangsa dan Bernegara”.

“Jadi mungkin orang masih berdebat soal posisi netral atau tidak netral, independen atau tidak independen, atau apapun istilahnya, namun semua harus berbasis pada pemikiran resmi Khittah dan posisi Muhammadiyah sebgai ormas yang telah memilih jalur non-politik praktis”, tegasnya.

Esensi dari semua itu, ujar Haedar, “Mau memakai istilah netral atau independen tidak masalah, yang penting intinya Muhammadiyah berkiprah dalam politik kebangsaan atau politik kenegaraan (high politics), sebaliknya tidak berkiprah dalam politik kekuasaan (real politics, politik praktis)”.

“Silakan kaji secara seksama semua Khittah tersebut secara mendalam disertai pemahaman atas konteks dan perjalanan Muhammadiyah sejak berdiri hingga saat ini. Jangan dangkal dalam memahaminya, apalagi sekadar pemikiran sesaat secara perseorangan,” tegas Haedar.

Kesimpulannya, Muhammadiyah itu organisasi keagamaan dan kemasyarakatan yang bergerak dalam pembinaan masyarakat dan pembangunan bangsa, tetapi bukan bergerak dan menjalankan fungsi organisasi pilitik. Itulah jalan yang dipilih Muhammadiyah dari periode ke periode sebagai wujud ijtihad politik Muhammadiyah. Jalan perjuangan yang meletakkan politik sebagai “al-umur ad-dunyawiyyah” yang meniscayakan ijtihad.

“Ijtihad Muhammadiyah ya tidak berpolitik praktis”, jelas Haedar. Lalu apa solusinya? Silakan baca dengan utuh Khittah Denpasar 2002,” lanjut Haedar.

Ijtihad politik Muhammadiyah itu memiliki landasan yang kokoh, lanjt Haedar. Pertama, dalam Islam tidak ada sistem dan bentuk perjuangan politik yang tunggal serta absolut, semuanya merupakan pilihan ijtihad sejak era Kekhalifahan Utama sampai selanjutnya dan saat ini. Kedua, dunia Islam pun sampai saat ini memiliki ragam sistem politik yang berbeda, meski dasar dan pemikirannya bersumbu pada Islam. Ketiga, Muhammadiyah sejak awal menetapkan jalan non-politik praktis, juga merasakan dampak negatif dari pelibatan diri dalam kancah politik praktis yang membuat dakwah dan gerakannya terbengkalai. Bacalah sebab lahirnya Kepribadian Muhammadiyah, serta seiring dengan itu Muhammadiyah melahirkan sejumlah Khittah.

“Karenanya para anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah merujuklah pada pemikiran-pemikiran resmi organisasi seperti Khittah dan Kepribadian dalam membawa arah Muhammadiyah, bukan berdasarkan pandangan dan selera pribadi-pribadi,” tegas Haedar.

(Edy/parade.id)

Artikel Haedar: Muhammadiyah Berpolitik Kebangsaan pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/haedar-muhammadiyah-berpolitik-kebangsaan/feed/ 0
Sambutan Haedar Nashir di Pembukaan Muktamar ke-18 Pemuda Muhammadiyah https://parade.id/sambutan-haedar-nashir-di-pembukaan-muktamar-ke-18-pemuda-muhammadiyah/ https://parade.id/sambutan-haedar-nashir-di-pembukaan-muktamar-ke-18-pemuda-muhammadiyah/#respond Wed, 22 Feb 2023 07:40:39 +0000 https://parade.id/?p=23377 Jakarta (parade.id)- Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan sambutan di Pembukaan Muktamar ke-18 Pemuda Muhammadiyah di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (22/2/2023). Dalam sambutannya, banyak hal yang disampaikan Haedar. Di awal sambutan, Haedar mengucapkan selamat atas acara pembukaan untuk Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Balikpapan, Kalimantan Timur. Ia berharap muktamar berjalan baik, lancar, dan mengikuti muktamar Muhammadiyah, […]

Artikel Sambutan Haedar Nashir di Pembukaan Muktamar ke-18 Pemuda Muhammadiyah pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (parade.id)- Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan sambutan di Pembukaan Muktamar ke-18 Pemuda Muhammadiyah di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (22/2/2023). Dalam sambutannya, banyak hal yang disampaikan Haedar.

Di awal sambutan, Haedar mengucapkan selamat atas acara pembukaan untuk Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Balikpapan, Kalimantan Timur. Ia berharap muktamar berjalan baik, lancar, dan mengikuti muktamar Muhammadiyah, Aisyiah, dengan penuh martabat dan berkemajuan.

Kemudian, Haedar selaku Pimpinan  Muhammadiyah, mengucapkan terima kasih kepada Presiden Jokowi bersama seluruh anggota kabinet Indonesia baru yang menaruh perhatian begitu rupa kepada angkatan muda Muhammadiyah, khususnya Pemuda Muhamadiyah pada hari ini. Haedar menyebut Presiden termasuk presiden yang paling sering menghadiri acara Muhammadiyah dan berkunjung ke Menteng Raya 62.

“Maka kami hanturkan terima kasih. Dan apresiasinya juga luar biasa pada Milad ke-108, beliau mengatakan  bahwa Muhammadiyah anugragh Tuhan untuk bangsa Indonesia,” apresiasinya.

Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Megawati Soekarnoputri yang juga hadir pada pembukaan muktamar. Haedar sebut kehadiran Megawati spesial.

“Bagi ananda sekalian, angkatan muda Muhammadiyah, Ibu Megawati bukan siapa-siapa, bukan orang lain—dari keluarga besar Muhammadiyah. Kalian tahu, ayahnya adalah, Bung Karno, ibunya Fatmawati. Bung Karno adalah anggota resmi Muhammadiyah dan tahun 38-42 sewaktu di Bengkulu, beliau resmi menjadi Pimpinan Majelis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah,” ungkap Haedar.

Beliau juga (Soekarno), tahun 62 ketika menutup muktamaar setengah abad menyampaikan, “Makin lama, saya makin cinta Muhammadiyah.”

Bahkan kata Haedar Soekarno menyampaikan, “Yang saya sesalkan kenapa setelah saya jadi presiden, saya tidak pernah ditarik iuran anggota Muhammadiyah.”

Seokarno kata Haedar juga menyampaikan kesaksian, “Sudah lama saya, selain menjadi Anggota Muhammadiyah, saya ngintil (baca: menjadi murid Kiai Ahmad Dahlan).”

Kata Haedar, sejak Seokarno bertemu usia 18 tahun di Surabaya, di rumahnya Cokroaminoto. Kiai Dahlan-lah mengajarkan agama. Sampai Seokarno mengatakan, “Saya masuk Muhammadiyah, karena sesuai dengan alam pikiran saya, yakni Islam progresif. Islam berkemajuan.”

Pun kepada Fatmawati yang ia yakini tentu sangat kita tahu. Dia adalah putri Hasan Din, tokoh dan konsul Muhammadiyah Bengkulu. Fatmawati aktivis Nasyiatul Aisyiah. 4 Januari 1946, cerita Haedar, ketika Indonesia pindah ke Yogyakarta (Ibu Kota sementara), Bung Karno, mengudang tokoh-tokoh pimpinan Aisyiah ke istana gedung agung Yogya.

“Lalu beliau menyampaikan, ‘Bawalah, ajaklah Ibu Fatmawati ini untuk aktif kembali di Aisyiah’,” kutip Haedar.

Lalu kata Haedar, di situ diceritakan bahwa, Fatmawati menyampaikan, “Ketika saya menjahit bendera merah putih untuk proklamasi kemerdekaan, saya menyenandungkan lagu nasyiahku.”

“Itu jejak sejarah yang berlangsung hingga hari ini sebagai sebuah spirit buat anak-anakku sekalian, bahwa dua tokoh ini, juga Kiai Dahlan dan Nyai Dahlan adalah negarawan yang memiliki basis pemikiran selain nasionalisme, juga religiusitas keislaman Muhammadiyah. Maka ketika ini, Pemuda Muhammadiyah mengangkat tema Negarawan dan Harmoni Membangun Bangsa, ambillah spirit itu,” pesannya.

Negarawan, kenegarawanan menurut dia adalah satria atau kesatriaan (pemuda), yakni mereka yang mengutamakan kepentingan umum, kepentingan rakyat, kepentingan bangsa, kepentingan umat manusia selain dan di atas kepentingan diri dan kelompoknya sendiri. Maka ada tiga substansi yang menurutnya harus diambil oleh pemuda yang bermuktamar.

“Jika ingin menjadi negarawan berbasis, satu relijiusitas—yang melahirkan kesalehan, etika dan kebaikan hidup, termasuk jiwa jujur dan menjaga marwah. ‘Itulah pemuda yang diberi petunjuk Allah dan di dalamnya bersemi iman yang mencerahkan dirinya dan  lingkungan’,” sampainya.

Juga punya kemandirian, pemuda itu—pemuda dan negarawan, lanjutnya, bukanlah mereka yang mengtakan, “Itulah, inilah, ayahku, dan tokoh idolaku. Tapi katakanlah: inilah aku.”

“Ia tidak pernah bersembunyi dan berada di balik ketokohan orang lain tetapi di dalam dirinya,” pesannya lagi.

Ketiga kata Haedar, pemuda harus punya sifat cerdas. Tak mengapa menurut Haedar misal mengambil seluruh pemikiran dari mana pun datangnya, termasuk dari yang berbeda agama, suku, golongan, dan pandangan politik. Tapi kata dia ambil yang terbaik.

“Dan gunakan pikiran itu untuk mencerahkan kehidupan. Juga harus punya sikap berkhidmat, mengurus urusan orang lain, urusan publik, urusan rakyat,” ia kembali berpesan.

(Rob/parade.id)

Artikel Sambutan Haedar Nashir di Pembukaan Muktamar ke-18 Pemuda Muhammadiyah pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/sambutan-haedar-nashir-di-pembukaan-muktamar-ke-18-pemuda-muhammadiyah/feed/ 0
Muhammad Nabi Mulia https://parade.id/muhammad-nabi-mulia/ https://parade.id/muhammad-nabi-mulia/#respond Thu, 29 Oct 2020 03:02:50 +0000 https://parade.id/?p=8322 Jakarta (PARADE.ID)- Jabir bin Abdullah berkisah. Suatu hari kami melihat keranda jenazah lewat. Nabi kemudian berdiri. Kami pun ikut berdiri bersamanya. Lalu kami mengatakan, “Wahai Nabi, itu jenazah orang Yahudi”. Beliau bersabda, “Kematian itu membuat kesedihan yang mendalam. Bila kalian melihat jenazah, berdirilah.” Itulah penggalan contoh kemuliaan Nabi Muhammad sebagaimana dinukilkan dalam hadis yang diriwayatkan […]

Artikel Muhammad Nabi Mulia pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (PARADE.ID)- Jabir bin Abdullah berkisah. Suatu hari kami melihat keranda jenazah lewat. Nabi kemudian berdiri. Kami pun ikut berdiri bersamanya.

Lalu kami mengatakan, “Wahai Nabi, itu jenazah orang Yahudi”.

Beliau bersabda, “Kematian itu membuat kesedihan yang mendalam. Bila kalian melihat jenazah, berdirilah.”

Itulah penggalan contoh kemuliaan Nabi Muhammad sebagaimana dinukilkan dalam hadis yang diriwayatkan Muslim.

Ketika belia, Muhammad membikin jejak emas kemuliaan yang bersejarah. Kala itu era Jahiliyah. Para kabilah Arab nyaris bertumpah darah karena berselisih siapa yang berhak mengangkat hajar aswad ke Ka’bah.

Saat itu ada renovasi Baitullah. Mereka akhirnya bersepakat, yang mengangkat ialah orang yg pertama kali masuk ke kompleks Rumah Allah itu. Ternyata Muhammad muda.

Dengan kearifan, Muhammad minta setiap kepala kabilah mengangkat ujung kain yg di atasnya diletakkan batu hitam itu.

Lalu Muhammad meletakkan hajar aswad di sudut Ka’bah. Itulah Muhammad sang pendamai dan anti kekerasan. Muhammad sang terpercaya, Al-Amin.

Tatkala Fathu Makkah tahu 630 M. Muhammad s.a.w. memberi jaminan keselamatan jiwa kaum kafir. Bahkan, ketika sebagian sahabat euforia denga mengatakan, “inilah hari laknat bagi kaum kafir”.

Nabi mengingatkan agar diucapkan, “Hadza yaumul marhamah”, inilah hari kasih sayang bagi semua. Pembebasan kota bersejarah yang melibatkan lebih 10 ribu pasukan itu sama sekali tak meneteskan darah.

Nabi akhir zaman itu mempraktikkan sabdanya dalam tindakan,“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).

Sekaligus mewujudkan risalah Islam sebagai rahmat bagi semua, “Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya: 107).

Umat Muhammad pun tentu wajib meneladani kemuliaan dan uswah hasanah Nabi. Berbuatlah baik, sebarkan damai, dan jauhi kekerasan. Penghinaan terhadap Nabi tidak akan meruntuhkan keagungan baginda, meski kita selaku umatnya harus membelanya dengan cara beradab dan mulia.

Lawan kemunkaran dengan kebaikan sebagaimana Nabi mengajarkan akhlak mulia dan rahmat bagi semesta.

Jadi, bagaimana mungkin Nabi yang mengajarkan dan mempraktikkan kemuliaan hidup bagi semua orang. Justru dihinakan oleh orang-orang yang mengaku insan modern berkeadaban maju.

Nama dan sosok Muhammad menjadi bahan lecehan. Apalagi pelecehan itu terjadi di dunia pendidikan yang mestinya mengajarkan keagungan perilaku bagi siapa saja. Bukankah saat ini kita hidup di zaman peradaban tinggi?

Rupanya, dunia modern masih perlu belajar alfabeta peradaban utama kepada Muhammad Sang Nabi mulia.

*Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir

Artikel Muhammad Nabi Mulia pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/muhammad-nabi-mulia/feed/ 0