#Pangan Arsip - Parade.id https://parade.id/tag/pangan/ Bersama Kita Satu Sun, 02 Jan 2022 05:06:59 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.2 https://parade.id/wp-content/uploads/2020/06/cropped-icon_parade-32x32.jpeg #Pangan Arsip - Parade.id https://parade.id/tag/pangan/ 32 32 Kim Jong Un Sebut Pangan Rakyat dalam Pidato, Bukan Nuklir https://parade.id/kim-jong-un-sebut-pangan-rakyat-dalam-pidato-bukan-nuklir/ https://parade.id/kim-jong-un-sebut-pangan-rakyat-dalam-pidato-bukan-nuklir/#respond Sun, 02 Jan 2022 05:05:49 +0000 https://parade.id/?p=17046 Jakarta (PARADE.ID)- Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menandai 10 tahun berkuasa dengan berpidato, yang lebih banyak menyebut pangan dan seragam sekolah ketimbang senjata nuklir atau Amerika Serikat, menurut ringkasan yang dirilis media resmi, Sabtu. Kim berpidato di akhir Rapat Paripurna ke-4 Pertemuan ke-8 Komite Pusat Partai Buruh Korea (WPK) yang dimulai pada Senin. Sasaran […]

Artikel Kim Jong Un Sebut Pangan Rakyat dalam Pidato, Bukan Nuklir pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (PARADE.ID)- Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menandai 10 tahun berkuasa dengan berpidato, yang lebih banyak menyebut pangan dan seragam sekolah ketimbang senjata nuklir atau Amerika Serikat, menurut ringkasan yang dirilis media resmi, Sabtu.

Kim berpidato di akhir Rapat Paripurna ke-4 Pertemuan ke-8 Komite Pusat Partai Buruh Korea (WPK) yang dimulai pada Senin.

Sasaran utama Korut pada 2022 akan difokuskan pada pembangunan ekonomi dan peningkatan taraf hidup rakyat ketika negara itu menghadapi “perjuangan besar hidup dan mati”, kata Kim.

Pertemuan itu berbarengan dengan peringatan 10 tahun Kim menjadi pemimpin Korut setelah kematian ayahnya pada 2011.

Kim sebelumnya memanfaatkan pidato seputar Tahun Baru untuk mengumumkan kebijakan besar, seperti membangun hubungan diplomatik yang signifikan dengan Korea Selatan dan AS.

Namun ringkasan pidato yang disiarkan media resmi Korut tidak secara spesifik menyebut AS, tapi hanya menyinggung pembicaraan –yang tidak dijelaskan secara detail– tentang hubungan antar-Korea dan “urusan eksternal”.

Fokus domestik dalam pidato itu menegaskan masalah ekonomi yang dihadapi Kim di dalam negeri, di mana penutupan perbatasan untuk mencegah COVID telah membuat Korut semakin terisolasi.

Badan-badan bantuan internasional memperingatkan kemungkinan terjadinya kelangkaan makanan dan krisis kemanusiaan di Korut.

“Tugas utama Partai kita dan rakyat tahun depan adalah untuk memberikan jaminan pasti tentang implementasi rencana lima tahun dan membawa perubahan luar biasa dalam pembangunan negara dan taraf hidup rakyat,” kata Kim.

Dia menghabiskan sebagian besar pidatonya untuk menjelaskan isu-isu domestik, mulai dari rencana ambisius untuk membangun daerah pedesaan hingga pangan rakyat, seragam sekolah dan perlunya menindak “praktik-praktik nonsosialis”.

Fokus besar dalam pembangunan desa kemungkinan merupakan strategi populis, kata Chad O’Carroll, pendiri NK News, laman tentang isu-isu Korut yang berbasis di Korsel.

“Secara keseluruhan, Kim mungkin menyadari bahwa mengangkat rencana pengembangan militer canggih ketika rakyatnya mengalami kekurangan pangan dan kondisi sulit di luar Pyongyang bukanlah ide yang bagus tahun ini,” katanya lewat Twitter.

Laporan media resmi pada Sabtu menyinggung pembangunan “sistem persenjataan ultra modern” sebagai capaian besar tahun lalu. Disebutkan pula bahwa Kim menyerukan peningkatan pertahanan nasional untuk menghadapi situasi global yang tidak stabil.

Pabrik traktor yang disebutnya dalam pidato kemungkinan akan digunakan untuk memproduksi kendaraan peluncur rudal, kata analis asing, dan Korut diyakini telah meningkatkan persenjataannya meski menerapkan lockdown.

Laporan tentang pidato Kim tidak menyebut seruan AS untuk pembicaraan soal penghapusan nuklir, atau desakan Korsel untuk mengumumkan akhir Perang Korea 1950-1953 secara resmi sebagai langkah untuk melanjutkan negosiasi.

Korut sebelumnya mengatakan pihaknya terbuka untuk upaya diplomasi, namun menganggap tawaran AS merupakan sesuatu yang hampa ketika “tindakan bermusuhan” seperti latihan militer dan sanksi terus berlanjut.

*Sumber: Antara 

Artikel Kim Jong Un Sebut Pangan Rakyat dalam Pidato, Bukan Nuklir pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/kim-jong-un-sebut-pangan-rakyat-dalam-pidato-bukan-nuklir/feed/ 0
Kasad Terus Matangkan Komponen Ketahanan Pangan https://parade.id/kasad-terus-matangkan-komponen-ketahanan-pangan/ https://parade.id/kasad-terus-matangkan-komponen-ketahanan-pangan/#respond Mon, 17 Aug 2020 04:51:25 +0000 https://parade.id/?p=5899 Jakarta (PARADE.ID)- Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Andika Perkasa, terus mematangkan rencana pembentukan komponen cadangan dan ketahanan pangan matra darat sebagaimana telah diarahkan Kementerian Pertahanan. Di dalam pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin, disebut dia melakukan pertemuan dengan jajaran petinggi TNI AD terkait pelaporan kesiapan rencana pembentukan komponen cadangan dan ketahanan pangan itu. […]

Artikel Kasad Terus Matangkan Komponen Ketahanan Pangan pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (PARADE.ID)- Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Andika Perkasa, terus mematangkan rencana pembentukan komponen cadangan dan ketahanan pangan matra darat sebagaimana telah diarahkan Kementerian Pertahanan.

Di dalam pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin, disebut dia melakukan pertemuan dengan jajaran petinggi TNI AD terkait pelaporan kesiapan rencana pembentukan komponen cadangan dan ketahanan pangan itu.

Pertemuan itu membahas perencanaan perekrutan dan seleksi, penyiapan kurikulum pendidikan, perencanaan sosialisasi, pengorganisasian komponen cadangan, perencanaan kebutuhan perbekalan hingga pemanfaatan lahan milik TNI AD untuk pertanian.

”Tanah yang dimiliki TNI AD dimana pun bisa dimanfaatkan, tapi yang tidak berbentuk satuan sehingga bisa dikonversi menjadi lahan pertanian dan bisa langsung dikerjakan,” kata dia.

Perkasa memberikan arahan prioritas untuk ketahanan pangan yang digariskan, yakni menanam jagung dan singkong karena termasuk tanaman yang mudah untuk dibudidayakan tanpa harus menunggu proses yang lama.

Pemerintah telah menetapkan kebijakan tentang kemandirian bangsa di bidang pangan dengan cara membuat lumbung-lumbung pangan di berbagai kawasan Indonesia.

(Antara/PARADE.ID)

Artikel Kasad Terus Matangkan Komponen Ketahanan Pangan pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/kasad-terus-matangkan-komponen-ketahanan-pangan/feed/ 0
Kurban dan Ketahanan Pangan https://parade.id/kurban-dan-ketahanan-pangan/ https://parade.id/kurban-dan-ketahanan-pangan/#respond Mon, 03 Aug 2020 14:56:43 +0000 https://parade.id/?p=5256 Jakarta (PARADE.ID)- Salah satu momen penting perayaan Idul Adha adalah penyembelihan hewan kurban. Ritual ini berakar pada peristiwa penyembelihan Ismail oleh Ibrahim  atas perintah Allah , yang pada akhirnya Ismail diganti dengan seekor domba. Pengorbanan Ismail oleh ayahnya itu menjadi kisah bersama yang populer di kalangan pengikut agama-agama yang berakar pada keyakinan Nabi Ibrahim seperti […]

Artikel Kurban dan Ketahanan Pangan pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (PARADE.ID)- Salah satu momen penting perayaan Idul Adha adalah penyembelihan hewan kurban. Ritual ini berakar pada peristiwa penyembelihan Ismail oleh Ibrahim  atas perintah Allah , yang pada akhirnya Ismail diganti dengan seekor domba. Pengorbanan Ismail oleh ayahnya itu menjadi kisah bersama yang populer di kalangan pengikut agama-agama yang berakar pada keyakinan Nabi Ibrahim seperti Islam, Kristen dan Yahudi. Namun Islam selangkah lebih maju dengan memperingati ritual pengorbanan itu sebagai salah satu hari raya.

Secara bahasa kurban (Arab: q-r-b) bermakna dekat atau mendekat. Berkurban berarti satu ikhtiar untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui penyembelihan hewan (kambing, lembu, sapi, unta). Menurut Ali Syari’ati ritual kurban bukan sekedar bermakna mendekatkan diri kepada Tuhan, tetapi juga mendekatkan diri kepada sesama, terutama kaum miskin dan terpinggirkan. Ini ditandai dengan pembagian daging hewan kurban kepada fakir miskin dan mereka yang membutuhkan.

Namun demikian, kurban sesungguhnya tidak sekedar berdimensi teologis dan sosial. Secara intrinsik kurban juga berdimensi ekonomis karena memuat pesan bagi manusia untuk memperhatikan ketahanan pangannya, khususnya di aspek pemenuhan gizi yang berasal dari daging hewan. Ketika Tuhan memerintahkan menyembelih binatang, itu artinya Dia memerintahkan hambanya untuk menjaga persediaan hewan sembelihan itu, karena tanpa stok persediaan yang cukup, perintah itu tidak bisa terlaksana secara sempurna. Ini sesuai dengan kaidah fikih: maa laa yatimm al-waajib illa bihi fahuwa waajib, “Sebuah kewajiban yang tidak bisa dilaksanakan tanpa adanya sesuatu yang lain, maka sesuatu itu juga berhukum wajib.”

Setidaknya ada tiga argumen penting bagi pernyataan di atas. Pertama, secara historis tradisi kurban yang rutin dilaksanakan umat Islam saat ini bersumber dari peristiwa pengorbanan Ismail oleh Nabi Ibrahim. Ibrahim merupakan salah seorang Nabi yang berprofesi sebagai peternak. Ada banyak Nabi yang memiliki profesi sama seperti Ibrahim, di antaranya Luth, Musa dan Muhammad.

Meskipun belum memiliki tanah di Kanaan, Ibrahim dan keponakannya (Luth) tercatat telah memiliki domba, kambing, dan sapi yang banyak sehingga  padang rumput di tanah itu tidak cukup untuk ternak mereka dan sering menimbulan perselisihan di antara pekerja-pekerjanya. Untuk menyelesaikan perselisihan itu, Ibrahim pindah ke wilayah barat (Palestina) sedangkan Luth pindah ke wilayah timur di Kota Sodom, Yordania. Dalam posisi sebagai peternak sukses itulah Ibrahim mendapat perintah Tuhan untuk menyembelih anaknya Ismail, yang segera diganti dengan kambing oleh Tuhan.

Kisah ini mengindikasikan bahwa kewajiban berkurban itu terletak pada ketersediaan ternak yang melimpah. Dalam konteks yang lebih luas, ketersediaan ternak tersebut selayaknya merupakan hasil dari keberlimpahan produksi ternak di negara setempat, tidak diimpor dari negara lain.  Sebagaimana Ibrahim yang memiliki binatang ternak yang melimpah ketika mendapat perintah berkurban.

Memang, secara fikih tidak ada ketentuan yang secara qath’i melarang penggunaan hewan impor untuk kurban. Ulama hanya menetapkan kriteria kecukupan umur, kesehatan dan tidak ada cacat pada ternak yang akan disembelih, namun sejarah memberi petunjuk kuat  akan adanya “syarat” produksi sendiri sebagai binatang kurban.

Indikasi itu semakin kuat jika kita merujuk ke peristiwa kurban yang terjadi pertama kali dalam sejarah umat manusia, yaitu peristiwa pertengkaran Qabil dan Habil sehingga turun perintah untuk berkurban. Dalam kisah itu Allah memerintahkan keduanya berkurban sesuatu dari hasil usaha mereka sendiri, bukan dari usaha orang lain. Sebagai petani Qabil berkurban dengan buah-buahan, sedangkan Habil mengurbankan seekor domba yang gemuk dan sehat karena ia seorang peternak.

Penyebutan kurban dari hasil usaha sendiri dalam kisah Qabil-Habil dan penggantian Ismail dengan seekor domba dalam kisah Ibrahim seolah-olah menyatakan kepada kita bahwa hewan kurban itu seharusnya berasal dari usaha kita sendiri, atau berasal dari dalam negeri sendiri, bukan diambil dari usaha orang lain atau didatangkan dari negara luar.

Indikasi pertama tersebut diperkuat dengan argumen kedua, yaitu penggunaan kata “kurban” untuk menyebut ibadah penyembelihan ternak di hari raya Idul Adha. Secara bahasa kata “q-r-b” sebagai akar kata kurban memang bermakna dekat, dan para ulama memahami sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah. Namun selain bermakna itu, Dictionary of modern Arabic Writenmencatat arti lain “q-r-b”, yaitu vicinity (di sekitar), kinship (pertalian keluarga), dan relationship (hubungan).

Makna-makna tersebut seakan-akan menyatakan bahwa kurban itu merupakan sesuatu yang sangat dekat dengan atau berada di sekitar kita (vicinity). Kedekatan itu diibaratkan seolah-olah menjadi bagian dari keluarga kita sendiri (kinship). Maka tidak berlebihan jika kita memahami binatang yang akan dijadikan hewan kurban itu seharusnya dipelihara di sekitar kita sendiri, bukan hewan yang diternak dan diimpor dari negara-negara yang berada jauh di seberang sana.

Ketiga, dalam fikih terdapat kaidah “Perkara wajib yang tidak bisa sempurna (pelaksanaannya) kecuali dengan keberadaan sesuatu hal, maka sesuatu hal tersebut hukumnya wajib pula”. Contoh populer kaidah ini adalah hukum wajib bagi wudhu karena tanpanya pelaksanaan kewajiban shalat menjadi tidak sempurna (batal).

Jumhur ulama memang menetapkan hukum kurban pada Idul Adha sebagai sunnah muakkadah (sangat dianjurkan), bukan wajib. Namun kiranya kaidah itu juga bisa diterapkan pada perkara yang termasuk sunnah (anjuran); “Jika sebuah kesunnahan tidak bisa sempurna kecuali dengan keberadaan sesuatu hal, maka keberadaan sesuatu hal tersebut juga berhukum sunnah”.

Maka, anjuran untuk berkurban secara tidak langsung juga merupakan anjuran untuk mengadakan binatang kurban. Memang, pengadaan hewan kurban bisa dilakukan melalui impor dari negara lain. Namun jika dikaitkan dengan dua argumen di atas, bisa dipahami bahwa anjuran berkurban itu seharusnya dilakukan secara mandiri melalui swasembada, bukan melalui impor.

Dengan demikian, ajaran penyembelihan hewan kurban pada perayaan Idul Adha sesungguhnya bukan sebuah ajakan untuk melakukan impor besar-besaran binatang ternak dari negara-negara luar seperti yang rutin dilakukan pemerintah kita. Sebaliknya, ajaran itu merupakan sebuah perintah tidak langsung bagi bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim ini untuk secara serius memperhatikan ketahanan pangannya, khususnya di bidang daging, secara mandiri. Allahu a’lam.*

*Ahmad Khoirul FataDosen Fak Ushuluddin & Dakwah IAIN Sultan Amai Gorontalo, alumni Pon Pes Arraudlatul Ilmiyah YTP Kertosono Nganjuk/hidayatullah

Artikel Kurban dan Ketahanan Pangan pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/kurban-dan-ketahanan-pangan/feed/ 0