#Prank Arsip - Parade.id https://parade.id/tag/prank/ Bersama Kita Satu Wed, 04 Aug 2021 04:01:28 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.2 https://parade.id/wp-content/uploads/2020/06/cropped-icon_parade-32x32.jpeg #Prank Arsip - Parade.id https://parade.id/tag/prank/ 32 32 Di Balik Prank, Ada Wabah Feodalisme https://parade.id/di-balik-prank-ada-wabah-feodalisme/ https://parade.id/di-balik-prank-ada-wabah-feodalisme/#respond Wed, 04 Aug 2021 04:01:28 +0000 https://parade.id/?p=14223 Jakarta (PARADE.ID)- Politisi Gelora, Fahri Hamzah mengatakan bahwa di balik prank di negeri ini, ada wabah feodalisme, yang menurutnya sangat mematikan, yakni ABS (asal bapak senang). Walau menurut Fahri wabah ini sudah lama, tetapi ia tidak mati oleh demokrasi. “Satu generasi harus berkomitmen mematikannya. Berjanjilah pada diri sendiri, kita akan musnahkan ini sebelum pandemi!” kata […]

Artikel Di Balik Prank, Ada Wabah Feodalisme pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (PARADE.ID)- Politisi Gelora, Fahri Hamzah mengatakan bahwa di balik prank di negeri ini, ada wabah feodalisme, yang menurutnya sangat mematikan, yakni ABS (asal bapak senang). Walau menurut Fahri wabah ini sudah lama, tetapi ia tidak mati oleh demokrasi.

“Satu generasi harus berkomitmen mematikannya. Berjanjilah pada diri sendiri, kita akan musnahkan ini sebelum pandemi!” kata dia, Rabu (4/8/2021).

Fahri mengatakan demikian karena ia mengaku melihat bahwa ada orang-orang yang memperlakukan pemimpinnya dengan cara yang sungguh mengerikan. Ia pun memberikan warning kepada pemimpin itu, kalau tidak waspada maka sebenarnya bawahannya sedang menggalikannya kubur.

Ia menyebut bahwa ABS adalah penyakit akut bangsa ini. Namun sayang, katanya, hal itu juga sudah masuk ke kampus dan lembaga pendidikan.

“Jika mengatakan yang benar sulit, maka artinya wabah #AsalBapakSenang sudah masuk ke paru2 bangsa, seperti korban corona itu. Semoga banyak yg sadar,” tertulis di akun Twitter-nya.

Menurut mantan Wakil Ketua DPR ini, Pemimpin itu harusnya jangan dibikin senang terus. Tapi juga harus dibikin benar. Pemimpin pun menurutnya juga harus memberi jalan bagi kata-kata pahit tetapi benar.

“Wabah #Feodalisme bukan wabah biasa. Pandemi akibat virus dalam sejarah bisa selesai sendiri setelah tercapai kekebalan alami (natural herd immunity). Tapi feodalisme dengan berbagai variannya umurnya sudah berabad2. Dan terbukti tidak bisa hilang malah berkembang.”

Terkait prank, menurutnya harus ada komitmen satu generasi menghadapinya. Jika tidak, kita bisa jadi bangsa sakit selamanya dan tidak bisa bangkit selamanya.

“Saya menanggapi isu #PRANK dengan mengingatkan kita bahwa ia berakar pada penyakit sosial yang sudah mewabah lama di tempat kita.”

Ia pun mengajak kita berbenah, kritik diri kita sepedas-pedasnya. serta mengajak kita berterima kasihlah kepada yang berani mengkritik. Kalau perlu beri penghargaan kepada perbedaan pendapat.

“Hargai ilmu melebihi kekuasaan sebab kekuasaan tanpa ilmu akan jadi tirani dan penindasan. Kita pasti bisa kalau kita mau bersatu!”

(Rgs/PARADE.ID)

Artikel Di Balik Prank, Ada Wabah Feodalisme pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/di-balik-prank-ada-wabah-feodalisme/feed/ 0
Apa yang Dikejar? https://parade.id/apa-yang-dikejar/ https://parade.id/apa-yang-dikejar/#respond Fri, 07 Aug 2020 05:22:42 +0000 https://parade.id/?p=5435 Jakarta (PARADE.ID)- Dua remaja di Bandung bermain “prank” dengan membagikan “daging kurban” berupa bungkusan plastik berisi sampah kepada orang-orang di jalanan. Akibat ulah sembarangan itu keduanya digelandang ke kantor polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kepada wartawan ketika ditanya kenapa melakukan ulah yang keterlaluan dan meresahkan publik? Jawabannya santai, “ingin meraih banyak subscribe dan viewers seperti para artis […]

Artikel Apa yang Dikejar? pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (PARADE.ID)- Dua remaja di Bandung bermain “prank” dengan membagikan “daging kurban” berupa bungkusan plastik berisi sampah kepada orang-orang di jalanan. Akibat ulah sembarangan itu keduanya digelandang ke kantor polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Kepada wartawan ketika ditanya kenapa melakukan ulah yang keterlaluan dan meresahkan publik? Jawabannya santai, “ingin meraih banyak subscribe dan viewers seperti para artis di Jakarta”.

Warganet juga dihebohkan dengan wawancara seorang musisi Ibukota dengan orang yang disebut professor ahli mikrobiologi yang diklaim berhasil menemukan obat herbal antibodi yang mampu menyembuhkan dan mencegah Covid-19 dalam hitungan 2-3 hari.

Obat herbal tersebut  dapat  menyembuhkan ribuan pasien yang terkena corona. Gara-gara tayangan kontroversial di Channel Youtobe milik sang musisi tersebut, keduanya diadukan dan diperkarakan ke polisi hingga menjadi urusan hukum. Kabarnya ancamannya cukup berat melanggar UU ITE sampai sepuluh tahun.

Boleh jadi masih terdapat kasus sejenis yang bermain di dunia media sosial berujung menjadi keresahan publik dan  perkara hukum. Gara-gara ambisi ingin dapat pelanggan (subscribe) dan penonton (viewers) sebanyak mungkin yang ujungnya meraih popularitas dan uang yang besar.

Mengejar popularitas dan uang sah adanya. Manusia hidup tidak lepas dari hasrat inderawi yang alamiah itu, baik tersembunyi maupun terang-terangan. Namun mengejar apapun mesti ada koridor atau pagarnya. Tidak bisa semaunya sendiri.

Kenapa? Pertama, manusia itu hidup dengan dan bersama orang lain. Tidak hidup sendirian. Memperjuangkan hasrat dan kepentingan sendiri wajar. Tapi jangan merugikan kepentingan orang lain. Inilah hukum dasar bersosial sebagai homo Sapiens, yang membedakan manusia dengan hewan. Hewan saja punya dunia yang saling menghormati satu sama lain  berdasar insting dan habitatnya. Apalagi manusia yang berakal-budi. Allah mengingatkan kaum beriman jangan berbuat curang yang merugikan sesama, yang artinya:  “Celakalah bagi orang-orang yang curang” (QS Al-Muthafifin: 1). Boleh bekerjasama dalam kebaikan dan taqwa, tapi jangan bekerjasama dalam dosa dan tercela (QS Al-Maidah: 2).

Kedua, manusia itu memiliki norma dan nilai  yang berdasar pada agama dan keadaban budaya. Manusia, apalagi insan beriman, memiliki patokan hidup mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang baik dan mana yang buruk.  Mana yang pantas dan mana yang tidak pantas. Manusia beradab dan beriman tidak bisa bertindak semaunya sendiri yang liar.

Dalam memperjuangkan sesuatu, istilah Machiavelli, demi meraih virtuoso (kejayaan) ada tipologi orang yang menghalalkan segala cara (the end justifies the means). Bagi orang beriman perbuatan menghalalkan segala cara tersebut tidak dibenarkan. Sebab pada akhirnya akan merugikan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Tuhan mengingatkan,

”Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 188).

Perjuangkan hal baik dengan cara yang baik. Melawan kemunkaran pun harus dengan cara yang makruf, jangan dengan cara yang munkar. Itulah batas ranah keadaban manusia beriman dan berakal budi mulia.

Jadi, kenapa mesti menerabas segala cara yang akhirnya merugikan diri dan sesama. Usahakan urusan dunia secukupnya dengan halal dan baik, itulah yang akan membawa ketenteraman hati dan pikiran. Membawa kemaslahatan. Cukup tapi berkah itu berharga. Apalagi lebih dari cukup tetapi diperjuangkan dengan halal dan baik, tentu berkahnya berlipat.

Bagi setiap warganet dan wargabangsa raihlah sesuatu dengan wajar tanpa berlebihan, agar tidak bermuara kerugian. Apalagi bagi para petinggi dan elit negeri, bertindaklah yang seksama, arif nan bijaksana dalam membawa bahtera bangsa dan negara. Jangan sekehendaknya karena merasa kuasa dan digdaya. Pejuang kebenaran pun niscaya rendah hati dan menjadi teladan utama dengan menempuh cara mulia dan tidak tersandera pada sikap adigung-adiguna. Semua penting refleksi diri, apa yang sejatinya dicari? Bermaknakah untuk diri, sesama, dan lingkungan tempat kita berada. Fa-aina tazhabun (QS At-Takwir: 26). Apa yang dikejar?

*PP Muhammadiyah, Haedar Nasir

Artikel Apa yang Dikejar? pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/apa-yang-dikejar/feed/ 0