#RizalFadillah Arsip - Parade.id https://parade.id/tag/rizalfadillah/ Bersama Kita Satu Sun, 06 Jun 2021 08:09:12 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://parade.id/wp-content/uploads/2020/06/cropped-icon_parade-32x32.jpeg #RizalFadillah Arsip - Parade.id https://parade.id/tag/rizalfadillah/ 32 32 Perang Indonesia Lawan Arab Saudi https://parade.id/perang-indonesia-lawan-arab-saudi/ https://parade.id/perang-indonesia-lawan-arab-saudi/#respond Sun, 06 Jun 2021 08:09:12 +0000 https://parade.id/?p=12987 Jakarta (PARADE.ID)- Masih teringat ketika tahun 2003 Timnas Indonesia dikalahkan telak oleh Tim Saudi Arabia dengan angka 6-0. Pada tahun 2004 Indonesia juga kalah 0-3. Pada tahun 1997 Saudi pun menang 4-0. Dalam perhajian Saudi adalah tuan rumah dan pemberi izin masuk rumahnya. Kini jama’ah haji Indonesia gagal masuk ke Saudi Arabia. Bahkan bertubi-tubi menerina […]

Artikel Perang Indonesia Lawan Arab Saudi pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (PARADE.ID)- Masih teringat ketika tahun 2003 Timnas Indonesia dikalahkan telak oleh Tim Saudi Arabia dengan angka 6-0. Pada tahun 2004 Indonesia juga kalah 0-3. Pada tahun 1997 Saudi pun menang 4-0. Dalam perhajian Saudi adalah tuan rumah dan pemberi izin masuk rumahnya. Kini jama’ah haji Indonesia gagal masuk ke Saudi Arabia. Bahkan bertubi-tubi menerina pukulan. Gawang haji Indonesia sekurangnya 4 kali kebobolan, skor 4-O untuk Saudi.

Bobol pertama, ketika awal umroh untuk jamaah Indonesia yang distop dengan alasan vaksin Sinovac yang tidak tersertifikasi WHO. Baru saja dibuka untuk beberapa pemberangkatan, ternyata ditutup kembali.

Bobol kedua, “dilempar” isu bahwa Indonesia tidak mendapat quota dari Saudi Arabia. Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco menginformasikan kepada publik, demikian juga dengan Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Sadzily mengenai 11 Negara yang mendapat izin masuk. Soal izin terkait haji atau bukan memang bias.

Bobol ketiga, menunggu tanpa kepastian serta beratnya mengantisipasi waktu “mepet” . Menag Yaqut  Qoumas mengumumkan bahwa tahun ini Indonesia tidak memberangkatkan jama’ah dengan alasan Covid 19. Pemerintah Saudi melalui Dubes Essam At Thaqafi “sangat menghargai” keputusan Indonesia yang tidak memberangkatkan jama’ah tersebut.

Bobol keempat, serangan mematikan berupa surat kepada Ketua DPR Puan Maharani yang berisi bantahan atas ungkapan Sufmi Dasco dan Ace Hasan Sadzily. Kedubes Saudi menegaskan bahwa Pemerintah Saudi belum menginstruksikan pemberian quota haji kepada negara manapun.

Dengan adanya bantahan dari Kedubes tersebut, situasi menjadi hangat. Suara menggugat Pemerintah pun bermunculan. Pro dan kontra terjadi. Sebagian calon jama’ah yang kecewa mulai menarik dana “titipan” nya. Tuntutan Pemerintah bertanggungjawab atas kegagalan ini semakin mengemuka.

Suasana sepertinya sedang terjadi “perang” antara Indonesia dan Saudi. Memang sebagai penentu pelaksanaan ibadah haji, Saudi Arabia selalu berada di atas angin dan sering bersikap semaunya. Tak mau tahu kesulitan negara lain khususnya dalam persiapan haji. Faktanya situasi dibuat “mepet” bahkan “dalam keputus-asaan” akhirnya Pemerintah Indonesia  mengumumkan untuk  tidak memberangkatkan. Hebatnya Saudi segera menyatakan “penghargaan” atas keputusan ini.

Nampak ada “perang” atau “permainan” dalam kasus pemberangkatan haji. Perang halus.

Mengapa Saudi memerangi Indonesia hingga membombardir 4-0 ?

Sinovac (China)  versus Pfizer Biontech (AS-Jerman), Moderna (AS), AstraZeneca (Inggris), dan Johnson & Johnson (AS) adalah peta kepentingan bisnis dan politik global.  Lalu, tentu sikap “anti Arab” yang ditunjukkan  baik oleh Pemerintah Indonesia atau buzzer bukan tidak berkonsekuensi. Isu radikalisme dan intoleransi yang dikaitkan dengan salafisme dan wahabisme sangat menyinggung Saudi. Begitu juga dengan kriminalisasi HRS dan habaib serta pembunuhan brutal pengawal HRS menjadi perhatian serius bagi Saudi Arabia.

Kini pilihan apakah kita akan melakukan perlawanan dengan mengerahkan pasukan panser dan buzzer untuk lebih tajam menyerang Arab dengan kadrunisasi atau wahabisasi atau radikal radikul ?Kriminalisasi yang berlanjut dengan menghajar habis HRS dan memperkuat persekutuan dengan China untuk  menghadang Saudi-Amerika ? Ingin mengulangi sejarah sepakbola yang berakhir imbang 1-1 (tahun 1997), O-O (tahun 2011) dan 3-3 pada tahun 2020 ?

Mengingat aspek psiko-politis kedekatan umat Islam Indonesia dengan Saudi Arabia yang diikat oleh ibadah umroh dan haji serta kesejarahan yang panjang sejak masuknya agama Islam, serta masih butuhnya Indonesia akan investasi (mungkin juga hutang luar negeri) dari negara petro dollar Timur Tengah pimpinan Saudi Arabia, maka nampaknya pilihan akan lebih defensif ketimbang agresif. Pilihan bimbang, ngeles, atau basa-basi. Khas rezim Jokowi.

Targetnya hanya 4-1. Atau jangan-jangan semakin terpuruk dengan kalah lebih telak lagi, 6-0 he hee.

Bandung, 6 Juni 2021

*Pemerhati Politik dan Keagamaan, M. Rizal Fadillah

Artikel Perang Indonesia Lawan Arab Saudi pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/perang-indonesia-lawan-arab-saudi/feed/ 0
Toleransi yang Menghancurkan https://parade.id/toleransi-yang-menghancurkan/ https://parade.id/toleransi-yang-menghancurkan/#respond Mon, 17 May 2021 07:53:11 +0000 https://parade.id/?p=12561 Jakarta (PARADE.ID)- Viral video paduan suara menyanyikan lagu Asmaul Husna di dalam Masjid Istiqlal. Berkostum beragam meski berwarna putih. Ada yang pakai kerudung ada pula yang rambut terurai meski berpenutup kepala. Konduktor berkopeah haji. Sebagai sebuah paduan suara, maka iramanya terkesan gerejani. Di media sosial minim pujian, yang ada adalah banyaknya kritik tidak setuju Masjid […]

Artikel Toleransi yang Menghancurkan pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (PARADE.ID)- Viral video paduan suara menyanyikan lagu Asmaul Husna di dalam Masjid Istiqlal. Berkostum beragam meski berwarna putih. Ada yang pakai kerudung ada pula yang rambut terurai meski berpenutup kepala. Konduktor berkopeah haji. Sebagai sebuah paduan suara, maka iramanya terkesan gerejani.

Di media sosial minim pujian, yang ada adalah banyaknya kritik tidak setuju Masjid Istiqlal digunakan sengaja konon untuk memeriahkan Iedul Fitri.  Tertulis grup paduan suara “Jakarta Youth Choir” dan netizen menduga tidak semua muslim penyanyinya. JYC biasa dilatih dan dikonduktori Septi Adi Kristanto Simanjuntak. Founder dan pembina JYC adalah Ponirin Ariadi Limbong.

Ironinya adalah ketika kegiatan ibadah di Masjid Istiqlal dilakukan secara terbatas dan ketat sebagai efek pandemi, justru kegiatan nyanyi-nyanyi paduan suara dilaksanakan di dalam Masjid. Meskipun lagunya Asmaul Husna namun sangat terasa tak pantas.

Memang Jakarta Youth Choir sering ikut dalam berbagai perlombaan konser paduan suara di tingkat nasional maupun internasional. Beberapa penghargaan didapat dari lomba antara lain tahun 2018 yang diadakan di Gereja Santa Maria di Pusat Kota Roma. Tahun 2020 dari Consorco  Corale Internazionale di Roma juga, hanya dilaksanakan secara virtual.

Perkara bahwa non muslim boleh atau haram untuk Masuk masjid terjadi pro dan kontra di kalangan ulama. Sebagian besar mengharamkan kecuali ada uzur dan izin umat Islam. Dalam kaitan madzhab hanya Hanafi yang membolehkan, Syafi’i dan Hanbali mengharamkan walau demi kemashlahatan, sedangkan Maliki mengharamkan kecuali ada uzur.

Jika dilihat dari keperluan sekedar nyanyi-nyanyi nampaknya tidak masuk dalam kategori uzur syar’i. Apalagi dengan irama gerejani yang di luar budaya Islami. Karenanya masuknya group paduan suara JYC bernyanyi di Masjid Istiqlal pantas menjadi kontroversi. Sebenarnya jika hanya untuk memeriahkan lebaran, cukup shooting dilakukan di halaman dengan latarbelakang Masjid Istiqlal. Aman.

Nazaruddin Umar, MA PhD Imam Besar Masjid Istiqlal patut untuk mengklarifikasi dan mempertanggungjawabkan kegiatan yang tak pantas ini. Jangan sampai nyanyi di Masjid terkesan sebagai balasan dari santri-santri yang ikut menyanyikan “Merry Christmas” atau “Haleluya” di Gereja.

Kalau sudah begini maka namanya adalah “toleransi yang menghancurkan”.

Bandung, 17 Mei 2021

*Pemerhati Politik dan Keagamaan, M. Rizal Fadillah

Artikel Toleransi yang Menghancurkan pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/toleransi-yang-menghancurkan/feed/ 0
Hancur Dunia Kampus https://parade.id/hancur-dunia-kampus/ https://parade.id/hancur-dunia-kampus/#respond Sun, 28 Jun 2020 10:25:31 +0000 https://parade.id/?p=1866 Jakarta (PARADE.ID)- Sungguh parah negara ini. Kooptasi kampus sudah masif. Negara rasa zaman penjajahan. Suara kritis dibungkam atas nama radikalisme, intoleran, atau sejenisnya. Setelah di UGM acara diskusi dirusak dan pembicara diteror habis, kini Majelis Wali Amanat ITB diganggu oleh permintaan Gerakan Anti Radikalime Alumni ITB. Prof Din Syamsuddin merasa harus mempertimbangkan untuk mengundurkan diri […]

Artikel Hancur Dunia Kampus pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (PARADE.ID)- Sungguh parah negara ini. Kooptasi kampus sudah masif. Negara rasa zaman penjajahan.

Suara kritis dibungkam atas nama radikalisme, intoleran, atau sejenisnya.
Setelah di UGM acara diskusi dirusak dan pembicara diteror habis, kini Majelis Wali Amanat ITB diganggu oleh permintaan Gerakan Anti Radikalime Alumni ITB.

Prof Din Syamsuddin merasa harus mempertimbangkan untuk mengundurkan diri sebagai anggota Majelis Wali Amanat ITB demi “harmonia in progressio”.
Korban radikalisme kampus. Permainan politik murahan.

ITB yang telah menghasilkan pejuang dan proklamator bangsa sekelas Ir. Soekarno haruskah mencoreng diri di masa rezim Jokowi ?
Tangan tangan anti demokrasi, anti kritik, berbau kolonialis bisa mengobrak-abrik kampus ?
Bandung kota perjuangan. Kampus sekelas ITB seharusnya memperlihatkan citra yang membanggakan, otonom, dan progresif.

Prof Din Syamsuddin Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Mantan Ketua Umum Muhammadiyah, serta tokoh yang malang melintang dalam organisasi perdamaian dunia.
Menjadi pengurus di lembaga-lembaga yang menyerukan pentingnya toleransi antar agama.
Tak ada bawaan atau watak membuat makar atau yang para sampah sebut radikal.

Aneh jika Ketua MWA Yani Panigoro “ngotot” untuk menyingkirkan Prof Din, apakah karena ia adalah tokoh Islam yang kritis?
Jaringan luas yang dimiliki sangat membantu untuk merealisasikan semangat ITB sebagai a world class university.
Sayangnya keluasan itu berbalas kesempitan pandangan di internal ITB sendiri. Memasung kebebasan akademik.

Secara pribadi bagi seorang Din Syamsuddin diyakini tidak terlalu penting untuk tetap menjadi anggota Majelis Wali Amanat. Dengan mudah untuk mengundurkan diri.
Akan tetapi budaya intoleran, menekan, dan radikal oleh gerakan palsu anti radikalisme adalah merendahkan martabat alumni perguruan ternama di kota Bandung ITB.

Sungguh sangat prihatin pada kehancuran dunia kampus di Indonesia.
Para akademisi yang semestinya berfikir obyektif, analitis, logis, serta kritis nampaknya telah dirusak oleh kekuatan kolonialis, pragmatis, dan mungkin agen kapitalis atau komunis.
Para Pencercah berhati kusam.

Sebenarnya tak ingin mencampuri urusan yang bukan almamater sendiri, tapi hati ini teriris dan harus berteriak kepada kekuatan para penjajah.
Anda telah berhasil menghancurkan kampus-kampus kami!.

Untuk saat ini. Tapi yakinlah tidak untuk selamanya. Kami segera merdekakan!

Bandung, 28 Juni 2020

*Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Artikel Hancur Dunia Kampus pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/hancur-dunia-kampus/feed/ 0