#Sastrawan Arsip - Parade.id https://parade.id/tag/sastrawan/ Bersama Kita Satu Sun, 19 Jul 2020 14:14:55 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.2 https://parade.id/wp-content/uploads/2020/06/cropped-icon_parade-32x32.jpeg #Sastrawan Arsip - Parade.id https://parade.id/tag/sastrawan/ 32 32 Puisi-puisi Cinta Sapardi Djoko Damono yang Abadi https://parade.id/puisi-puisi-cinta-sapardi-djoko-damono-yang-abadi/ https://parade.id/puisi-puisi-cinta-sapardi-djoko-damono-yang-abadi/#respond Sun, 19 Jul 2020 14:14:55 +0000 https://parade.id/?p=4125 Jakarta (PARADE.ID)- Sastrawan Tanah Air, Sapardi Djoko Damono menghembuskan nafas terakhirnya di usia ke-80 tahun pada Minggu pagi. Meski raganya tak lagi ada, karya-karyanya yang romantis dan meneduhkan hati dapat selalu dikenang sepanjang waktu oleh banyak generasi. Berikut sejumlah puisi romantis nan manis karya mendiang Sapardi. 1. “Hujan Bulan Juni” Tak ada yang lebih tabah […]

Artikel Puisi-puisi Cinta Sapardi Djoko Damono yang Abadi pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (PARADE.ID)- Sastrawan Tanah Air, Sapardi Djoko Damono menghembuskan nafas terakhirnya di usia ke-80 tahun pada Minggu pagi.

Meski raganya tak lagi ada, karya-karyanya yang romantis dan meneduhkan hati dapat selalu dikenang sepanjang waktu oleh banyak generasi. Berikut sejumlah puisi romantis nan manis karya mendiang Sapardi.

1. “Hujan Bulan Juni” Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu.

Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu.

Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu.

“Hujan Bulan Juni” merupakan novel karya Sapardi yang berisikan kumpulan puisi, sajak, dan cerita, terbit pada tahun 1994.

“Hujan Bulan Juni” pernah diadaptasi menjadi film pada tahun 2017 dengan judul yang sama, diperankan Adipati Dolken dan Velove Vexia.

2. “Aku Ingin” Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

“Aku Ingin” merupakan salah satu puisi yang ada di dalam buku “Hujan Bulan Juni”. Kata-katanya yang sederhana terasa romantis dan dekat dengan pembacanya.

3. “Sajak-sajak Kecil Tentang Cinta” Mencintai angin harus menjadi siut…
Mencintai air harus menjadi ricik…
Mencintai gunung harus menjadi terjal…
Mencintai api harus menjadi jilat…
Mencintai cakrawala harus menebas jarak…

Mencintaimu harus menjadi aku.

“Sajak-sajak Kecil Tentang Cinta” ada dalam buku karya Sapardi berjudul “Melipat Jarak”, yang diterbitkan pada tahun 2015. Buku ini mencakup karya tulis sajak Sapardi sejak tahun 1995 sampai 2015.

4. “Pada Suatu Hari Nanti” Pada suatu hari nanti,
jasadku tak akan ada lagi,
tapi dalam bait-bait sajak ini,
kau tak akan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti,
suaraku tak terdengar lagi,
tapi di antara larik-larik sajak ini.

Kau akan tetap kusiasati,
pada suatu hari nanti,
impianku pun tak dikenal lagi,
namun di sela-sela huruf sajak ini,
kau tak akan letih-letihnya kucari.

Puisi ini hadir di “Hujan Bulan Juni”, dan semakin menjadikan buku tersebut sebagai salah satu karya fenomenal dari “Eyang” Sapardi.

5. “Yang Fana Adalah Waktu” Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa.
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.
Kita abadi.

Puisi ini hadir di buku kumpulan puisi “Perahu Kertas” yang terbit pada 1983. Bila dibaca saat ini, ketika sosoknya telah tiada, agaknya semakin membuat pembaca merasa bahwa Sapardi akan selalu hidup lewat karyanya.

Selamat jalan, Eyang Sapardi.
Karya dan cinta yang kau tuangkan lewat tulisan akan terus abadi.

(Antara/PARADE.ID)

Artikel Puisi-puisi Cinta Sapardi Djoko Damono yang Abadi pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/puisi-puisi-cinta-sapardi-djoko-damono-yang-abadi/feed/ 0
Selamat Jalan, Pak Sapardi Djoko Damono https://parade.id/selamat-jalan-pak-sapardi-djoko-damono/ https://parade.id/selamat-jalan-pak-sapardi-djoko-damono/#respond Sun, 19 Jul 2020 11:23:08 +0000 https://parade.id/?p=4113 Jakarta (PARADE.ID)- Kita kehilangan salah-satu penulis besar. Pergi. Hari ini. Dan tidak akan kembali lagi. Kalian tahu, apa yang menyedihkan saat penulis pergi? Kita tidak bisa lagi menunggu-nunggu tulisannya. Jangankan sebuah buku, jangankan sepotong sajak yang indah nan menggugah, bahkan satu huruf pun tak ada lagi. Seperti menunggu di halte bus saat pagi lengang. Kabut […]

Artikel Selamat Jalan, Pak Sapardi Djoko Damono pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (PARADE.ID)- Kita kehilangan salah-satu penulis besar. Pergi. Hari ini. Dan tidak akan kembali lagi.

Kalian tahu, apa yang menyedihkan saat penulis pergi? Kita tidak bisa lagi menunggu-nunggu tulisannya. Jangankan sebuah buku, jangankan sepotong sajak yang indah nan menggugah, bahkan satu huruf pun tak ada lagi.

Seperti menunggu di halte bus saat pagi lengang. Kabut mengambang, dan kita tahu persis, tidak ada lagi bus yang akan datang di sana. Sudah selesai.

Tapi tidak mengapa. Karena kalian harus tahu, apa yang selalu membuat tersenyum saat penulis pergi? Tulisannya. Legacy. Warisan. Penulisnya boleh jadi sudah pergi, tapi ‘usia’ tulisannya bisa panjang sekali.

Maka kenanglah sajak hebat nan elok itu,

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”

Atau sajak yang satu ini,

“Pada suatu hari nanti,
jasadku tak akan ada lagi,
tapi dalam bait-bait sajak ini,
kau tak akan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti,
suaraku tak terdengar lagi,
tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,

pada suatu hari nanti,
impianku pun tak dikenal lagi,
namun di sela-sela huruf sajak ini,
kau tak akan letih-letihnya kucari.”

Selamat jalan, Pak Sapardi Djoko Damono.

*Dari pembaca tulisan Pak Sapardi, Tere Liye

Artikel Selamat Jalan, Pak Sapardi Djoko Damono pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/selamat-jalan-pak-sapardi-djoko-damono/feed/ 0
Sastrawan Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia https://parade.id/sastrawan-sapardi-djoko-damono-meninggal-dunia/ https://parade.id/sastrawan-sapardi-djoko-damono-meninggal-dunia/#respond Sun, 19 Jul 2020 04:11:20 +0000 https://parade.id/?p=4094 Jakarta (PARADE.ID)- Setelah dirawat selama beberapa waktu karena sakit, sastrawan Tanah Air, Sapardi Djoko Damono menghembuskan nafas terakhirnya di Tangerang Selatan, Minggu (19/7) pagi, di usia ke-80 tahun. “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Telah meninggal dunia sastrawan besar Indonesia, Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono di Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan pada hari ini 19 […]

Artikel Sastrawan Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
Jakarta (PARADE.ID)- Setelah dirawat selama beberapa waktu karena sakit, sastrawan Tanah Air, Sapardi Djoko Damono menghembuskan nafas terakhirnya di Tangerang Selatan, Minggu (19/7) pagi, di usia ke-80 tahun.

“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Telah meninggal dunia sastrawan besar Indonesia, Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono di Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan pada hari ini 19 Juli 2020, pukul 09.17 WIB,” demikian pesan singkat yang diterima ANTARA.

Sebelumnya, Sapardi dirawat di rumah sakit sejak Kamis (9/7) lalu karena menurunnya fungsi organ tubuh.

“Sastrawan Sapardi Djoko Damono masuk ICU di Eka Hospital, BSD. Kerja organ tubuh menurun. Mari kita doa bagi kesehatannya,” tulis sutradara dari Komunitas Teater Keliling, Rudolf Puspa melalui akun Twitter-nya pada Jumat (10/7).

Sapardi merupakan sastrawan Indonesia yang aktif sejak tahun 1950an hingga kini.

Tak hanya menulis sajak dan puisi, pria yang lahir pada 20 Maret 1940 itu juga memiliki karya tulis lain berupa esai dan cerita pendek.

Sejumlah puisi karya Sapardi pun mulai diapresiasi dan diangkat ke bentuk seni lainnya seperti dimusikalisasi.

Sapardi Djoko Damono telah menulis puluhan buku dan karya tulis. “Hujan Bulan Juni” (1994) adalah salah satu karyanya yang paling terkenal.

(Antara/PARADE.ID)

Artikel Sastrawan Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia pertama kali tampil pada Parade.id.

]]>
https://parade.id/sastrawan-sapardi-djoko-damono-meninggal-dunia/feed/ 0