Jakarta (parade.id)- Pada hari Jumat Tanggal 18 Maret 2023 lalu, MPP ICMI Bidang Kesehatan mengadakan serial webinar menjelang puasa Ramadan.
Serial diskusi yang bertajuk ‘Tetap Sehat, Cantik dan Bugar’ ini dihadiri dua narasumber, yaitu dr. Irmadita Citrashanty Sp.KK FINDSDV (dosen Departemen Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Airlangga Surabaya) dan dr. Tirta Prawita Sari Sp.GK, M.Sc (dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta sekaligus dokter gizi klinik di RS Pondok Indah Jakarta).
Sebelum ke inti diskusi, Prof Dr. Ir Riri Fitri sari MSc,MM yang merupakan Wakil Ketua Bidang 6 sekaligus mewakili Ketua Umum MPP ICMI memberikan sambutannya, dengan menyatakan bahwa bidang kesehatan yang digawangi oleh Prof Fachmi dan lainnya sangat mempersiapkan menyambut bulan suci Ramadan dengan baik. Hal itu kata dia ditandai dengan pelaksanaan diskusi kali dengan tema tetap sehat, cantik dan bugar saat puasa di bulan Ramadan.
“Semoga para narasumber bisa menjelaskan tentang kesehatan kulit maupun gizi pada orang yang berpuasa agar kita bisa memasuki bulan suci ini dengan penuh persiapan. Dan kita bisa menjadi muslim dan muslimah yang baik yang tetap mempertahankan performance dan bisa menjadi hal yang positif buat umat yang lain,” harapannya.
Pada kesempatan selanjutnya Prof, Dr, dr, Fachmi Idris MKes Selaku Ketua Koordinator Bidan Kesehatan turu memberikan sambutannya. sambutannya dimulai dengan memetik ayat Alquran, Surat Al-Baqarah ayat 183 (YA ayyuhalladzina amanu kutiba ‘alaikumus siam kama kutiba ‘alalazina ming qablikum la’allakum tattaqun)—yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaiman diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Menurut Prof Fachmi, ayat yang sering kita dengan ini menjadi renungan tentang perintah berpuasa dari Allah kepada kita orang-orang yang beriman—bahwa puasa adalah kewajiban.
“Ayat selanjutnya yaitu Al-Baqarah ayat 184 berbunyi, yang artinya ‘Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan maka itu lebih baik baginya dan puasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya’,” kutipnya.
Ia berharap, semoga dalam kesempatan ini para narasumber bisa menyampaikan beberapa riset terkait puasa dan kesehatan kulit serta gizi yang baik buat orang berpuasa.
Dr, Irmadita Sp.KK., menjadi pembicara pertama. Ia mengupas mengenai “Kulit tetap sehat saat berpuasa”. Ia memaparkan lapisan kulit manusia yang terdiri dari: lapisan tanduk/sel kulit mati; sel pigmentasi (warna kulit); pembuluh darah (Nutrisi pada kulit); kolagen dan elastn (kulit tetap kencang). Komponen utama dari kulit ini terdiri dari air 70 persen dan lemak.
Kemudian ia memaparkan permasalahan kulit manusia. Di antaranya masalah jerawat, bercak hitam kerutan, kendur, dan lainnya.
“Semakin tua kulit tidak semakin berminyak tapi semakin kering. Yang artinya kulit kita semakin terganggu. Dan karena kering akan mempercepat proses penuaan kulit,” ungkapnya.
Kata dia, hal tersebut karena kondisi kulit saat berpuasa tentu mengalami asupan cairan yang berkurang, sehingga membuat kulit semakin kering. Kulit yang kering buat mudah gatal, timbul iritasi, terlihat kusam dan tidak sehat.
Untuk mengatasinya, kata dia tidak cukup dengan pelembab dari luar tetapi memenuhi asupan nutrisi dan cairan juga penting agar kulit terlihat cantic dan sehat.
“Mengurangi asupan gula juga berpengaruh terhadap kecantikan kulit,” katanya.
Selain itu, bisa juga dengan menghindari kulit hidrasi dari luar dengan minum yang cukup 2 liter sehari (2 gelas saat berbuka, 4 gelas saat sebelum tidur); konsumsi buah-buahan kaya antioksidan dan tinggi kadar air, rendah gula: dan hindari mandi dengan air terlalu panas.
Sementara itu, pembicara atau narasumber kedua, dr. Tirta Prawaita Sari, Sp.GK., M.Sc., membahas tentang bagaimana “Mengatur Pola Makan agar Tetap Sehat dan Bugar saat Berpuasa”.
Puasa menurut dia adalah gaya hidup yang sudah diterapkan sejak lama dan diyakini memberi manfaat bagi kesehatan. Tidak hanya gaya hidup kata dia, melainkan puasa juga telah menjadi salah satu bagian terapi dari kedokteran kuno.
Puasa kata dia adalah cara detoksifikasi terbaik yang paling mudah dan murah. Bahkan, kini manusia modern telah menerapkan puasa untuk berbagai tujuan.
“Ahli dari Jepang menyatakan bahwa durasi puasa yang panjang itu memberikan efek yang baik terhadap metabolisme tubuh. Namun kita tidak perlu berpuasa selama itu untuk mendapatkan perubahan metabolik yang didasari oleh perubahan hormonal dalam tubuh, puasa bisa juga sependek-pendeknya 12 jam,” ungkapnya.
“Apakah semua manfaat medis itu dapat diperoleh setelah Ramadhan berakhir? Puasa memang memberikan manfaat kesehatan, berupa manfaat metabolik yang baik bagi tubuh dan, fungsi metabolik yang baik akan mempengaruhi status kesehatan termasuk fungsi kekebalan tubuh. Namun, manfaat metabolik puasa dapat dirusak oleh pola konsumsi yang salah selama Ramadan,” ia melanjutkan.
Selain itu, soal pengaturan pola konsumsi yang memperhatikan faktor risiko terhadap inflamasi kata dia akan menjaga manfaat puasa bagi kesehatan. Dimana seharusnya kita kata dia mampu membelenggu setan-setan pada saat berbuka puasa, sebagaimana kita membelenggunya pada waktu berpuasa.
“Jangan mengundang setan ikut sahur dan berbuka, yang mengakibatkan rusaknya pola konsumsi karena kalap dan balas dendam,” dr. Tirta mengingatkan.
Lalu, untuk memilih menu sahur dan berbuka agar manfaat kesehatan puasa tidak rusak, Dokter Gizi Klinik RS. Pondok Indah Jakarta ini memberikan saran. Kata dia, pada waktu sahur disarankan yang gizinya lengkap, protein dan serat yang cukup, mengandung lemak baik, dan upayakan tanpa pengolahan dengan menggoreng.
Selain itu ia menyarankan agar mengurangi makanan tinggi garam karena dapat membuat haus. Juga kurangi minuman yang dapat membuat dehidrasi, seperti kafein.
“Tidak mengonsumsi menu sahur terlalu banyak, 30-40 persen dari kebutuhan energi harian sudah cukup. Perubahan pola kunsumsi saat berpuasa dapat merusak manfaat puasa. Konsumsi gula harus dihindari saat berpuasa. Keharusan makan manis saat berpuasa harus ditinjau lagi. Peningkatan konsumsi gula meningkatkan asupan energi dalam jangka panjang yang menyebabkan terjadi obesitas. Makanan yang disarankan saat berbuka puasa adalah protein, karbohidrat kompleks dan serat,” paparnya.
Dalam paparannya dr. Tirta Prawita Sari menyampaikan empat kesimpulan. Pertama, puasa memberikan manfaat metabolik yang baik bagi tubuh. Kedua, fungsi metabolik yang baik akan mempengaruhi keseluruhan status kesehatan termasuk funsi kekebalan tubuh.
Ketiga, manfaat metabolik dari puasa dapat dirusak oleh pola konsumsi yang salah. Dan keempat, pengaturan pola konsumsi yang memperhatikan faktor risiko terhadap inflamasi serta asupan jumlah energi akan menjaga manfaat puasa bagi kesehatan.
Menutup paparannya, dr. Tirta menganjurkan agar umat Islam dapat mengambil banyak manfaat dari puasa bagi kesehatannya. Untuk kesehatan dan kebugarannya, selain puasa Ramadan. Sebab Islam mengenal banyak jenis puasa.
“Ada puasa Syawal, puasa Nabi Daud, puasa Senin-Kamis, puasa Arafah, puasa Ayyamul Bidh, dan seterusnya,” terangnya.
Webinar ditutup oleh moderator Agung Prihatna S.Sos M.Kesos dengan mengemukakan bahwa puasa adalah sesuatu yang rahasia, tidak ada amal yang tampak baginya. Semua amal ibadah disaksikan oleh makhluk sedangkan puasa langsung disaksikan oleh Allah SWT.
(Rob/parade.id)