Site icon Parade.id

Tradisi Membangunkan Sahur dan Toa Masjid Itu Tradisi Islam Nusantara

Ustaz Tengku Zulkarnain

Jakarta (PARADE.ID)- Mantan Wasekjen MUI, Ustaz Tengku Zulkarnain mengatakan bahwa tradisi membangunkan sahur dan toa mesjid itu adalah tradisi Islam Nusantara. Sehingga ia ragu jika ada masyarakat yang ingin menyelisihinya.

“Ada yg berani MEMBRANGUSNYA…? Hehe…,” cuitannya, baru-baru ini.

Ustaz Tengku mencatat, setidaknya ada hal-hal yang berbau penolakan terhadap “ajaran” Islam belakangan ini. Mula-mula, lanjutnya, mereka menolak cadar, jenggot, celana cingkrang dll.

Alasannya macam-macam, salah satunya berbau Arab, bukan tradisi Islam Nusantara. Tetapi justru sekarang menolak toa masjid dan membangunkan sahur cara tradisional Islam di Jawa.

“Hemm. Kalau berani bilang saja terus terang “kami menolak Islam”. Biar jelas dan terang..”

Bagi yang menyoalkan toa masjid untuk membangunkam sahur, harusnya teliti dahulu bagaimana keislaman dan keragaman berkembang di Indonesia. Terlebih di daerah Jawa Timur dan lainnya yang ia sebut hal itu sudah tradisi. Kearifan lokal, dan itu diperlukan.

Di mesjid tempat ia tinggal, yakni di masjid Rafiuddin di Medan, mik hanya untuk azan dan ikamah. Mengaji, salat pakai mik dalam saja.

“Membangunkan sahur satu menit saja dan tdk jerit jerit pukul 3.30 Wib Shubuh.”

Perlu diketahui, bahwa menurutnya di zaman penjajah Belanda, toa masjid tidaklah dipermasalahan. Bahkan di rezim seperti Presiden Soekarno, Soeharto, Habibie, Gusdur, Mega, dan SBY tidak ada masalah dan terlihat aman-aman saja.

Hanya zaman ini yang ia rasa dipersoalkan. Hal itu pun menjadi pertanyaan baginya: siapa mereka sesungguhnya yang menyoal toa masjid dll?

(Rgs/PARADE.ID)

Exit mobile version