Site icon Parade.id

Wacana Radikalisme Bisa Membuat Prasangka dan Fitnah

Foto: ilustrasi, dok. jawapos.com

Jakarta (PARADE.ID)- Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menyebut bahwa wacana radikalisme itu bisa membuat prasangka serta fitnah yang tiada henti. Selain itu bisa pula dijadikan alat bungkam kritik atau refleksi fobia terhadap Islam.

“Ini yg bikin demokrasi RI jeblok ke rangking 102,” katanya, baru-baru ini, melalui akun Twitter-nya.

Cuitan Fadli di atas, merespon berita di salah satu media terkait ucapan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Reformasi dan Birokrasi (MenPANRB) Tjahjo Kumolo yang membeberkan fakta bahwa banyak orang pintar di lingkungan pemerintahan namun terpapar radikalisme.

Hal itu disampaikan Tjahjo saat menjadi penanggap rilis Lembaga Survei Indonesia (LSI) bertajuk ‘Tantangan Reformasi Birokrasi: Persepsi Korupsi, Demokrasi dan Intoleransi di Kalangan PNS’, Ahad (18/4/2021).

“Kami banyak kehilangan orang-orang pintar yang seharusnya bisa duduk di eselon 1, yang dia seharusnya bisa duduk di eselon 2, yang seharusnya dia bisa Jadi Kepala Badan atau lembaga, tapi dalam TPA (Tes Potensi Akademik), dia terpapar dalam masalah radikalisme terorisme, ini tanpa ampun,” kata Tjahjo, mengutip gelora.co.

“Kami sudah ada datanya semua lewat medsosnya yang dia pegang, kedua lewat PPATK dan sebagainya, saya kira ini kita harus cermati secara bersama-sama,” sambung dia.

Menurut Fadli, ucapan Tjahjo itu harusnya diperbaiki. Pasalnya, jangan-jangan apa yang kerap dinilai oleh orang terkait radikalisme boleh jadi justru tidak tahu apa itu sebenarnya radikalisme.

“Harus dievaluasi, jangan2 yg nilai radikalisme tak mengerti radikalisme itu apa,” kata Fadli.

Kendati demikian, lewat paparan survei LSI yang menilai toleransi di lingkungan PNS sudah membaik, Tjahjo mengamini. Ia menilai produktivitas ASN selama tiga tahun terakhir cukup membaik.

(Rgs/PARADE.ID)

Exit mobile version