Site icon Parade.id

Waketum Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA) Bicara soal Poros Politik

Foto: Waketum PRIMA, Ma’ruf Asli Bhakti

Jakarta (PARADE.ID)- Waketum partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA), Ma’ruf Asli Bhakti mengatakan bahwa dalam konteks Indonesia kekinian tampaknya kita membutuhkan lompatan-lompatan politik yang agak kencang, karena kita sedang menghadapi kekuasaan yang destruktif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Dalam konteks ini saya ingin menguatkan apa yang disampaikan Ketua Umum, bahwa gagasan (partai baru) yang disambut (baik) dalam rapat harian DPP,” kata dia, dalam diskusi virtual dengan tema: “Poros Politik Baru dalam Perspektif Gerakan”, Jumat (20/8/2021).

Sehingga, katanya, ia pikir bahWa PRIMA memang harus menelurkan gagasan baru, lompatan politik sebagai kaum muda.

“Kalau lihat sosok di PRIMA bagaimana saya melihat Taliban di Afghanistan, terlepas perspektif kawan-kawan dalam fenomena Taliban, tetapi secara kelembagaan. Stigma-stigma yang melekat padanya (Taliban) dan saya melihat dari perspektif gerakan, itu kekuatan yang luar biasa. Taliban itu kan kelompok pelajar, santri,” ia membandingkan.

Sebenarnya, kata dia, gagasan anak-anak muda yang memiliki lompatan berpikir agak jauh melihat kondisi Afghanistan yang pada waktu awalnya porak poranda setelah diduduki oleh kaum-kaum penjajah. Waktu itu Rusia, yang kemudian melahirkan Taliban, lantas kemudian 5 tahun berkuasa mereka dihabisi lagi, diduduki lagi oleh Amerika dan berlangsung selama 20 tahun.

“Saya sempat berpikir bahwa Taliban itu sudah game over, karena 20 tahun itu bukan waktu yang pendek menghadapi mesin-mesin perang yang dimiliki oleh Amerika dan koalisinya di sana. Namun ternyata, secara dramatis pengambil alih kekuasaan itu tanpa pertumparan darah,” kenangnya.

Kemudian katanya jika dilihat juga dari perspektif militer, itu peralatan-peralatan militer Amerika ditinggal begitu banyak. Dimana ketika ia berbincang dengan beberapa tokoh, mantan petinggi militer mengatakan bahwa melihat kalau peninggalan Amerika di sana sangat menggiurkan karena peralatan itu jauh lebih besar kekuatan dibanding kekuatan Indonesia, Angkatan Darat.

Dalam perspektif gerakan, lanjutnya, bahwa memang gagasan poros politik baru itu bukan sesuatu yang kosong tapi sesuatu yang penuh arti dan penuh semangat serta sebuah arti identitas. Suka atau tidak suka poros politik baru ini sudah menjadi sebuah kebutuhan, karena kondisi kekinian kita tidak normal.

Andaikan normal saja, kata dia, kita mungkin tidak perlu mengkritik terlalu jauh terhadap pemegang kendali kekuasaan hari ini. Kita, katanya, siap saja bertarung secara fear, ikuti tahapan-tahapan Pemilu dst.

“Tapi kondisi terakhir ini dengan kita melihat situasi yang tidak terlalu normal. Bahkan kita disuguhi wacana-wacana amandemen untuk 3 periode. Kemudian wacana 1 periode tapi 8 tahun. Sehingga Pemilu 2024 itu kemungkinan diundur menjadi 2027. Wacana itu saya dapat dari perbincangan kawan-kawan KPU,” akunya.

“Ini kan sebenarnya sangat jelas bahwa muatan misi oligarki itu sangat kencang. Membajak kekuasaan demokrasi di republik ini. Dan saya kira itu tidak bisa kita biarkan,” sambungnya.

Namun kata dia tentu saja, tidak bisa kita lakukan dengan cara-cara yang biasa. Harus dengan cara-cara yang lua biasa. Artinya PRIMA tidak boleh lagi mengatakan bahwa partai orang biasa saja, tetapi harus menjadi partainya orang luar biasa, katanya.

Kegalauan dan pengalaman pahit dengan rezim ini seperti yang dialami oleh Ketum KASBI, Nining Elitos, disebutnya, berharap kawan-kawan pergerakan buruh Indonesia ini betul-betul bisa solid berkolaborasi dengan kekuatan poros yang teman-teman gagas ini.

Ini, kata dia, sebenarnya bukan gagasan heroik oleh seorang hero, tetapi ini adalah membaca keinginan yang terjadi kondisi psikologis rakyat Indonesia yang tidak mampu mengungkap situasinya, karena bicara sedikit dibungkam.

Kemudian tidak sempat berpikir tentang Negara ini, karena mereka dibuat lapar. Jangankan mikir Negara, demokrasi, ini mau masak air saja kadang-kadang kata dia sudah susah. Belum dengan teman-temannya, masak ikan, sudah pusing.

Kondisi batin rakyat seperti itu sebenarnya luar biasa. Harus ada kelompok-kelompok intelektual, muda, pergerakan yang bisa menangkap ini yang kemudian dikonsolidasikan menjadi sebuah poros kekuatan. Dan saya memaknai bahwa ketika kita sudah bicara tentang poros politik baru ini, ini sebetulnya kondisi sedang tidak normal.

“Artinya, ini pandangan pribadi dan teman-teman mungkin saja bisa berbeda, PRIMA sudah menggagas sebuah sikap untuk melawan kekuasaan ini dengan cara yang tidak normal. Artinya dengan cara yang sudah luar biasa,” tegasnya.

“Bisa dikatakan berarti PRIMA juga siap dalam konteks memenangkan dengan poros politik yang digagas itu tanpa melalui Pemilu. Kira-kira seperti itu,” sambungnya.

Dan memang ia mengakui bahwa beberapa waktu belakangan ini banyak diskusi dengan kalangan, itu poros-poros baru sebenarnya poros yang sudah terbentuk itu sudah cukup banyak.

Hanya saja kata dia kehebatan penguasa itu mampu meredam. Senjata utamanya kata dia adalah pandemi.

“Kalau kita lihat ada poros yang muncul seperti KAMI. Jadi, kalau kita melihat bahwa di tengah-tengah masyarakat sebenarnya banyak poros-poros yang kalau kita katakan kelompok. Kelompok-kelompok yang sudah memunculkan, yang sudah muncul di tengah masyarakat ini sebenarnya sudah lahir,” ucapnya.

“Sehingga kita hanya perlu mengartikumulasikan. Ada kelompok KAMI, misalnya. Tetapi juga bisa dibungkam. Jauh sebelum itu ada FPI. Itu kan sebenarnya poros,” kata dia lagi.

Artinya, menurut dia, sekali pun lembaga-lembaga mereka, gerakan-gerakan mereka sudah “dimusnahkan”, tetapi ide itu tak pernah mati. Dan orang-orang itu juga ada.

Dan memang yang namanya berhadapan dengan rezim, dimana rezim ingin mengamankan kekuasaannya, apalagi ditopang oleh oligarki yang sudah nyaman mengeruk kekayaan bangsa ini dengan cara berkolaborasi dengan penguasa. Bahkan jadi penguasa.

“Oleh karena itu menurut saya, PRIMA sebagai garda penggagas, mengajak semua pihak, kelompok masyarakat itu memang perlu melahirkan artikulasi yang baik. Bisa dipahami semua pihak, karena pada dasarnya kelompok-kelompok yang melawan hari ini cukup banyak, tetapi diam,” kata dia lagi.

Kalau kita lihat di medsos-medsos, di luar buzzer, kata dia, kalau yang mengedepankan kelompok oposisi partai politik. Misalnya ada PKS, ada Demokrat. Itu menurut dia disinyalir oleh kawan-kawan juga sebetulnya kalau mereka menjadi antitesa dari rezim hari ini, mereka juga adalah kelompok yang sebenarnya memiliki catatan yang dirasakan oleh rakyat.

Artinya, yang mau diganti dan diganti juga akan seperti itu. Maka substansi gagasan poros baru ini sebenarnya memunculkan kekuatan yang betul-betul baru, yang betul-betul memiliki gagasan bagaimana Indonesia bisa keluar dari persoalan pencitraan politik, dari persoalan pengerukan kekayaan Negara yang rakus oleh segelintir orang.

Bagaimana Indonesia bisa keluar dari cengkraman oligarki yang mereproduksi kekuasaan dengan cara-cara yang tidak fear. Dan itu akan menjadi tantangan bagi kita sebenarnya bagi PRIMA untuk tampil, karena risiko pembungkaman itu cukup besar yang kita hadapi.

“Contohnya saja Habib Rizieq yang pernah dinisbahkan sebagai Imam Besar oleg gerakan 212 yang menurunkan massa yang begitu banyak pada akhirnya dibungkam,. Apakah kemudian PRIMA cukup tangguh untuk menghadapi itu? Menurut saya satu-satunya jalan ini kita bisa bersama rakyat,” kata dia.

“Rakyat itu tentu semua kekuatan elemen bangsa yang ada di negeri ini, yang mampu kita yakinkan secara maksimal tentang kondisi dan situasi hari, sambungnya.

Maka kata dia harus ada lompatan baru. Dan ia kira peristiwa di Taliban itu juga bisa menjadi sebuah bukti bahwa sebuah gerakan sebenarnya terpendam. Tapi kemudian jika diartikulasikan dengan baik dan mampu survive atas tekanan yang ada itu ternyata bisa berbuah manis dengan tentu saja dengan cara-cara baik.

“Dalam konteks keindonesian, saya kira PRIMA harus berada di posisi itu,” tutupnya.

(Sur/PARADE.ID)

Exit mobile version